June 9, 2008

Darah yang mengalir dalam diri setiap Anak Bangsa adalah darah yang penuh semangat Juang

Bangsa yg besar adalah bangsa yg mengingat kebesaran dan keberhasilan bangsanya di masa lalu. Kebanggaan terhadap kejayaan bangsa akan menumbuh kembangkan rasa percaya diri. Dengan selalu mengingatkan pada keagungan sejarah masa lalu, kita memiliki rasa percaya diri. Terpaksa hal ini kita harus suarakan terus menerus. Hanya dengan cara repetitive dan intensisive suatu pemahaman bisa merasuk dalam pikiran. Itulah yang dilakukan para pengiklan produk.Mau tdk mau, suka tdk suka. Saat ini bangsa ini sedang mengalami keterpurukan dan krisis percaya diri. Dengan membangkitkan kenangan kejayaan masa lalu, diharapkan secara perlahan kita mampu membangun rasa percaya diri. Hanya rasa percaya diri yg mampu membangkitkan bangsa dari keterpurukan berkepanjangan. Kita memiliki kemampuan sumber daya alam melimpah dan tanah yg subur. Yakinilah. Marilah kita kelola secara bijak.

Dalam buku : INDONESIA, Land under The Rainbow ditulis oleh Mochtar Lubis, tertulis secara jelas bahwa pada abad ke satu masehi saja kita telah berhasil melakukan perdagangan dan menetap di Madagaskar. Yang diperdagangkan adalah rempah, jenis tanaman yg unik Indonesia, khas tanah khatulistiwa. Untuk mencapai ke sana, pelaut kita harus mengarungi Lautan Hindia. Luar biasa. Rempah adalah jenis dagangan yg paling diminati. Sekilas ingatan kita melayang pada suatu keadaan. Ketika pertama sekali bangsa Belanda mendarat dan mau berdagang rempah ke Indonesia, negara mereka dililit hutang yang sangat besar. Begitu berhasil menguasai perdagangan rempah di Indonesia, mereka berhasil melunasi hutang. Bahkan cadangan devisa negara mereka surplus. Mari kita berandai-andai. Seandainya kita pada saat itu mau bersatu, tentu kita bangsa Indonesia menjadi negara yg kaya. Sudah sejak dulu pula pulau Sumatera dikenal sebagai pulau emas, karena hasil tambangnya; Suwarnadwipa, pulau emas. Jadi sesungguhnya kekayaan sumber daya alam kita sudah lama dikenal. Sehingga tidak mengherankan bila bumi pertiwi ini menjadi incaran sampai sekarang.

Demikian juga pulau Jawa dikenal sebagai tanah yg subur. Masa pemerintahan Airlangga yang kerajaannnya berada di Jawa Timur mampu memproduksi beras dengan baik. Bahkan mampu dikirim ke bagian timur Indonesia. Cara bercocok tanam padi bangsa Indonesia sangat terkenal dan mempunyai ciri khas. Misal cara pemberian air sawah di Bali, sistem subak. Cara pengairan dengan sistem sistem penbagian air sawah yg khas Indonesia. Ciri sistem persawahan ini tidak dimiliki negara lain. Dan tentu saja ini yg cocok dan tepat bagi masyarakat dan kontur tanah Indonesia. Jadi sangatlah menggelikan ketika seorng pejabat kita berkata akan mendatangkan ahli petanam padi dari China untuk mengajari kita bercocock tanam padi. Sekilas ingatan kita melayang pada era pemerintahan Presiden Suharto yang pernah berhasil dengan swasembada beras.

Hal yg sangatlah mengherankan adalah bahwa bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yg miskin. Sebuah pertanyaan besar. Dimana kesalahan kita? Sumber daya alam melimpah, tanah subur, dan sumber daya manusia unggul. Buktinya, banyak anak bangsa yang pintar dan menonjol yang saat ini bekerja di luar negeri. Salah satunya ternyata profesor termuda di Amerika Serikat adalah bangsa Indonesia.

Budaya untuk menghargai sejarah dan hidup secara harmoni dengan alam. Hal ini juga tercermin dari batu bertulis yg ditemukan dekat Palembang, tertulis dalam huruf Pallava. Batu bertulis itu dibuat oleh Raja Sri Jayanaca pada suatu bangunan taman. Disebutkan bahwa segala sesuatu yg ada dalam taman dipersembahkan bagi semua makhluk hidup. baik manusia maupun hewan. Sungguh luar biasa pernyataan tersebut. Pernyataan yg tidak mengatas namakan agama tertentu. Nilai universalitas yg terkandung dalam tulisan tsb menggugah kebanggaan dalam diri. Alangkah jauh bedanya dengan karakter mental bangsa kita saat ini. Masih dilahirkan di tanah yang sama. Tapi mengapa karakter mentalnya sudah jauh bergeser. Sadarlah rakyat Palembang, sampai saat inipun kita masih makan padi yang tumbuh dari tanah yg sama dengan yang dimakan oleh Raja Sri Jayanaca. Mengapa justeru ketika datang agama impor mentalitas ke-universalitasan kita menurun? Bukankah artinya bahwa sesungguhnya ajaran asli leluhur kita yang sering dikatakan ajaran kuno malah mengandung budaya luhur yang lebih agung dalam menghargai kearifan alam? Jangan dulu keburu membantah dan dengan cepat mengatakan saya kafir. Renungkanlah dengan kepala dingin. Dari situ baru kita bisa merasakan keagungan dan kebesaran jiwa para leluhur kita. Seharusnyalah jangan kita begitu cepat terpesona dg sesuatu yg baru dan cepat melupakan budaya luhur kita sendiri. Kebenaran sejarah tidak bisa musnah. Kalaupun di negeri sendiri sebagian dari kita berusaha mengingkarinya, mampukah mereka menghilangkan transkrip yg dibawa oleh pemerintah Belanda yang saat ini tersimpan rapi diperpustakaan Belanda.

Dalam buku ini juga tertulis suatu pernyatan bahwa pada abad ke 8 Sriwijaya pernah menjadi pusat ajaran Budha. Seorang lhama pembaharu Budha bernama Atisha pernah belajar selama 12 tahun pada seorang pendeta Budha dari Sumatera bernama Dharmakirti sebelum melanjutkan penyebaran agama Budha ke Tibet. Jadi sebagaimana pernah ditulis oleh Bapak Anand Krishna dalam bukunya berjudul : Atisha-Melampaui Meditasi, ajaran Agama Budha yg telah diwarnai oleh budaya nusantara sudah menyebar sampai ke Tibet. Yang mulia Dalai Lhama sendiri mengakui hal tersebut. Sungguh membanggakan kita semua ternyata kita mempunyai andil yang ajarannya diterapkan sampai saat ini. Bangkitlah semangat anak bangsa, kau bukanlah turunan bangsa yang lemah. Pelajari dan maknai kembali keagungan masa lalu nenek moyangmu sebagai pejuang yang tidak kenal menyerah.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone