July 10, 2008

Melihat Tari Topeng Monyet dan Introspeksi Diri

Mengamati Tari Topeng Monyet

Seekor monyet memakai celana blue jean overall, berkacamata hitam, dengan topi di kepala, dan tas sekolah dipunggungnya, mengayuh sepeda kecil dengan dada dibusungkan. Dengan penampilan luar sesuai tradisi manusia, mungkin dia sudah merasa sebagai manusia. Bunyi gendang, tepuk tangan dan sorak sorai penonton, membuat dia semakin yakin bahwa dirinya adalah manusia yang sedang menari. Tetapi……….. ketika ada kacang disebarkan didepannya, dia lupa persepsinya sebagai manusia, diambilnya kacang tersebar dan dimakannya sambil berjalan. Memperhatikan tingkah Topeng Monyet, kita perlu introspeksi apakah kita pun hanya berbaju manusia dan merasa sebagai manusia, tetapi begitu datang kesukaan dan kenikmatan di depan kita, lantas kita pun tidak berbeda dengan Topeng Monyet. Apakah setelan jas dan dasi, peci, batik, baju koko, jilbab serta seragam Korpri hanya penampilan luarnya saja, dan ketika ketika ada fulus kita berebut tanpa etika?

Kebutuhan Dasar Manusia

Dilihat dari sudut pandang biologis, kebutuhan dasar manusia dan hewan amat mirip dan biasa sebagai disebut instink hewani. Pertama, kebutuhan makan untuk mengatasi lapar dimana perbedaannya hanya manusia makan yang sudah masak sedangkan hewan makan yang masih mentah. Kedua, kebutuhan seks, untuk mengatasi gejolak nafsu, dimana perbedaannya hanya manusia membutuhkan surat nikah sedangkan hewan sekadar naluri suka sama suka. Ketiga, kebutuhan tidur, untuk mengatasi mengantuk, dimana manusia memilih tidur di rumah yang bagus sedangkan hewan di lubang dan goa. Keempat, kebutuhan akan rasa nyaman, sehingga untuk mengatasi rasa takut atau khawatir, binatang bisa berbuat kekerasan, bahkan membunuh.

Bila manusia dalam hidupnya hanya bertindak untuk memenuhi kebutuhan dasarnya atau instinknya, ia masih seperti hewan. Bila di dalam diri sudah rasa timbul kasih baru pantas disebut manusia. Kasih dapat berarti memaafkan kesalahan orang; kasih dapat berarti memberi tanpa menerima; dan rasa kasih tidak dapat di logika karena sudah masuk ranah hati.

Synap saraf stabil dalam otak yang mengurusi pikiran bawah sadar

Terbentuknya synap baru, disebabkan oleh perhatian pada suatu rangsangan atau stimulus, dan pengulangan atau dimunculkannya stimulus tersebut berulang kali. Dalam diri manusia, synap-synap baru merupakan hasil conditioning oleh orang tua, masyarakat, pendidikan, adat-istiadat, agama, dan lain sebagainya. Dengan begitu terbentuklah sirkuit synap-synap saraf yang lebih permanen, stabil, dan sulit dihilangkan. Dalam bahasa meditasi, inilah yang disebut mind. Ia diperbudak oleh conditioning tersebut dan tidak bebas lagi untuk mengekspresikan dirinya. Meditasi mengantar manusia pada penemuan jati diri. Latihan-latihan meditasi akan membebaskan manusia dari conditioning yang membelenggu jiwanya.

Katarsis dan Afirmasi dapat memperbaiki pikiran bawah sadar

Perubahan diawali dengan pemahaman keadaan yang sebenarnya dan kemudian pemahaman tersebut diimplementasikan dalam tindakan sehari-hari. Tindakan berdasar pemahaman tersebut perlu dilakukan secara berulang-ulang agar menjadi kebiasaan dan untuk selanjutnya dapat merubah perilaku dan karakter. Proses pemahaman lebih efektif apabila manusia dalam keadaan tenang. Kegelisahan menyebabkan ketidak tenangan dan suasana yang tidak kondusif bagi proses pemahaman.

Agar kegelisahan dan juga trauma belenggu bawah sadar terbuang, dapat dilakukan katarsis. Setelah tindakan katarsis dan dalam keadaan tenang dapat dilakukan afirmasi yang akan merasuk ke dalam pikiran bawah sadar. Salah satu afirmasi ajaran Guru adalah mengulangi terus menerus, “Aku bukanlah Badan. Aku adalah Jiwa Abadi”. Dalam bahasa lain, afirmasi yang diulang-ulang itu disebut japa atau zikr. Tujuannya sama: membebaskan manusia dari kesadaran jasmani, dari instink hewani. Setelah tercapai pemahaman baru, maka pemahaman ini harus diupayakan untuk dilaksanakan sehari-hari sehingga menjadi bagian dari pikiran bawah sadar. Pola pemikiran lama dibuang dan diganti dengan pola pemahaman yang baru, conditioning mind diganti dengan created mind. Semoga.

Triwidodo.

Juli 2008.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone