September 14, 2008

Anak Korban Iklan sebagai Generasi Penerus di Masa Depan

Pakdhe Jarkoni yang sedang membaca koran di serambi rumahnya, didatangi mbah Urip tetangga sebelah. Dan terjadilah diskusi yang asyik.

Mbah Urip: Pakdhe Jarkoni, saya itu sering mengajak cucu saya jalan-jalan ke mall. Kan enak, ruangannya dingin, bersih, yang dilihat bagus-bagus. Cuma cucu saya selalu mengajak ke tempat mainan. Maunya dibelikan robot digimon, katanya temannya sudah pada punya. Makanan pun yang dibeli yang sering keluar iklan di tivi. Yah, paling banter aku belikan baju, tetapi cucu saya mintanya yang ada gambar Naruto yang sering keluar di film kartun.

Pakdhe Jarkoni: Memang globalisasi itu juga mencakup 3 F: food, makanan; fun, mainan; dan fashion, pakaian. Repotnya ini menyangkut anak-anak yang pada zaman sekarang banyak dituruti kemauannya oleh orang tuanya.

Mbah Urip: Anak-anak kan tidak apa-apa to Pakdhe, hitung-hitung kita menyenangkan anak atau cucu, karena masa kecil kita kurang terpenuhi keinginannya.

Pakdhe Jarkoni: Tidak demikian Mbah Urip, 25 tahun lagi mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin Indonesia. Mereka generasi penerus bangsa. Ingatan waktu kecil itu demikian kuat, pemahaman pada waktu itu masuk ke dalam bawah sadar dan akan mewarnai kehidupan selanjutnya. Dan, begitu pemahaman sudah menjadi kebiasaan bahkan menjadi perilaku atau karakter, maka untuk merubahnya sudah demikian sulit. Anak yang banyak kemudahan dan serba instan akan membuat daya juangnya lemah, kesabarannya tipis dan mudah menderita stress.

Mbah Urip: Kalau demikian pantas ya Pakdhe di masa depan masalah stress menjadi masalah utama masyarakat.

Pakdhe Jarkoni: Belum lagi mereka yang masih kecil diberi pengetahuan orang dewasa dari tivi, hanya mereka yang wajahnya putih yang disebut cantik. Hanya yang genit dan seksi yang disenangi lelaki. Memang banyak faktor yang membuat anak ingin membeli produk, mereka yang memerlukan produk tersebut, 37%. Mereka yang menyukai produk yang diiklankan, 32%. Yang iklannya menarik, 21%. Dan, sebab modelnya menarik, 13%. Ada juga anak yang ingin membeli karena merknya terkenal, pengaruh teman sebaya dan iklan yang di ulang-ulang yang tanpa sadar telah masuk menjadi bagian dari bawah sadar. Dan mereka menjadi konsumtif, ketergantungan pada barang luar negeri semakin parah. Karena hampir semua barang yang diiklankan di tivi merupakan produk Perusahaan Multi Nasional yang bermodal kuat, maka negara kita menjadi semakin rapuh.

Mbah Urip: Terus mulai dari mana Pakdhe kita membenahi hal ini?

Pakdhe Jarkoni: Ya mulai dari memberesi diri, kemudian memberesi keluarga kita sendiri, memberesi lingkungan kita dan ikut mengurusi negeri. Paling banyak di antara kita, adalah mereka yang mengerti, tetapi mereka berdiam diri. Inilah yang menjadi penyebab kekacauan negeri ini. Mungkin mereka amal pribadinya dianggap baik, tetapi mereka nanti harus mempertanggung-jawabkan kemengertiannya dan mengapa mereka berdiam diri saja. Akan datang waktunya setiap anggota tubuh akan diminta pertanggungan-jawabnya yaitu ketika mulut kita terkunci dan anggota tubuh yang berbicara???

Triwidodo, September 2008.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone