Beberapa hari Pakdhe Jarkoni tidak muncul, menengok Pamannya di Gunung Salak. Begitu nongol. Lik Darmo mampir ke rumahnya bersilaturahmi.
Lik Darmo: Pakdhe Jarkoni, tadinya Pakdhe kelihatan gelisah memikirkan negara, tetapi sekarang sudah nampak tenang. Mendapat ilmu apa dari Pamannya Pakdhe? Kalau kami memang tenang, karena tidak memikir kondisi lingkungan, kan kami tidak bisa merubah kondisi yang terlanjur parah Pakdhe? Emangnya Gue Pikirin!
Pakdhe Jarkoni: Mohon maaf Lik Darmo, Kritik boleh kan? Panjenengan orangnya alim, hatinya lembut, tidak pernah berbuat merugikan orang lain, tetapi Lik Darmo tidak begitu peduli pada lingkungan? Di semua lapisan ada korupsi, keadilan amburadul, kekayaan alam negeri dijarah. Perusahaan Multi Nasional menggilas usaha kecil. Paklik tetap tenang, damai dan percaya kepada keadilan Tuhan. Menurut Paman kami, kedamaian Lik Darmo masih semu.
Lik Darmo: Terus terang saja Pakdhe, kami tidak tersinggung, wong kami memang mengikuti Sesepuh yang alim, yang mengerti tentang nature of thing, sifat alami, beliau menjelaskan secara gamblang semua persoalan di alam ini. Kami dapati di kitab-kitab suci juga demikian, apakah kami salah Pakdhe. Memang demikian adanya.
Pakdhe Jarkoni: Kami baru saja paham bahwa mereka yang sedang naik gunung, pandangannya terfokus ke puncak, kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Mereka tersebut sudah memahami hukum alam dan disebut Resi. Tetapi ada Resi Drona yang hidupnya dibiayai dengan dana Korawa. Ada Resi Durwasa yang tidak bisa mengendalikan diri dan suka menyumpah orang.
Lik Darmo: Wah, Pakdhe ngaget-ageti, membuat kaget, apakah kami mengikuti dan mempelajari ajaran menarik yang menurut pakdhe kurang memperhatikan lingkungan? Ada ego yang kurang terdeteksi, bahwa yang penting kami dapat cepat mencapai puncak kesadaran?
Pakdhe Jarkoni: Mungkin saja suatu ajaran lengkap, tetapi yang dipelajari hanya tindakan-tindakan ketika naik gunung. Pelajaran ketika menuruni gunung tidak menarik kita, karena penuh resiko. Sebaiknya kita mengikuti Pemandu yang setelah mendapat pencerahan, mulai turun gunung, mereka melihat keadaan di bawah lebih jelas. Mereka melihat ketidakadilan dengan jelas. Mereka disebut Bhagawan. Kanjeng Nabi Muhammad, Gusti Yesus adalah Bhagawan, walau jelas spiritualis, perhatikan ajaran kemasyarakatannya. Prabu Kresno tidak duduk diam menjadi Resi di puncak Gunung, beliau turun ditengah masyarakat membimbing Arjuna menegakkan keadilan. Kalau semua orang mengikuti resi yang sedang naik ke puncak, maka kedamaiannya yang diperoleh masih semu. Kedamaian itu akan dimanfaatkan oleh mereka yang mendapatkan keuntungan dari kedamaian semu tersebut. Mungkin Indonesia akan habis dan terpecah-belah dan mereka belum sampai ke puncak juga.
Lik Darmo: Pakdhe, Pamanmu luar biasa, tetapi ada satu pertanyaan lagi. Bukankah kita tanpa belajar spiritual juga bisa melihat kondisi sekitar dan berusaha memperbaiki keadaan?
Pakdhe Jarkoni: Lain sekali Lik Darmo. Arjuna kalau perang berdasarkan keinginan berkuasa belum tentu menang. Arjuna mengerti spiritual dulu baru berperang, dia mengerti bahwa dia tidak bisa mati, yang mati hanya tubuhnya. Dia memahami jatidirinya setelah diajari Sri Krishna, baru berperang untuk menjalankan dharma. Landasan utama adalah spiritual dulu, baru berjuang. Kanjeng Nabi Muhammad mengajari Tauhid dulu, baru mengajak berjuang.
Lik Darmo: Terima kasih sekali Pakdhe, akan kurenungkan dulu, saya melihat kebenaran. Tetapi akan terjadi perubahan pandangan yang sangat drastis. Sekali lagi terima kasih Pakdhe, lain kali kita bicarakan lagi. Kami perlu minum jamu tolak angin. Tubuhku terasa greges-greges, demam, mendengarkan penjelasan Pakdhe.
Pakdhe Jarkoni: Baik Lik Darmo, semoga Gusti, Hyang Widhi memberikan dalan padhang, jalan yang terang. Amin. So be it.
Triwidodo, September 2008.