Sambil minum teh kental manis, Pakdhe Jarkoni berbincang-bincang dengan Wisnu, keponakannya yang menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri.
Pakdhe Jarkoni: Wisnu, saya sedang ketawa sendiri, he he he ada rubrik dokter yang membahas tentang masturbasi dalam surat kabar.
Wisnu: Tidak apa-apa to Pakdhe, asal tidak keseringan! Daripada otak sumpek tidak dapat berpikir, kan sehat-sehat saja. Memangnya Pakdhe belum pernah muda?
Pakdhe Jarkoni: Saya pribadi melihat anak bangsa kita sebagian besar suka masturbasi. Hanya memuaskan diri dalam khayalan. Cinta suci kepada Ibu Pertiwi hanya diangan-angan. Ingin masyarakat adil makmur, tetapi cari kemakmuran bagi diri sendiri saja. Kesenangan sendiri. Sedikit sekali yang berjuang bagi Ibu Pertiwi, yang katanya dicintainya. Menghadapi sebagian anak bangsa yang ekstrem yang memakai kekerasan dalam tindakannya, mereka tidak setuju juga, tetapi hanya dibatin dalam hati, tindakan nyata tidak ada, bukankah itu masturbasi? Mencari nikmat dalam bayangan.
Wisnu: Betul juga Pakdhe. Sebagaian besar anak bangsa menjadi silent majority. Diam, asyik sendiri dalam comfort zone, paling-paling membayangkan kapan pemimpin setegas Bung Karno dan Pak Harto muncul dan bertindak tegas. Memang pemimpin kita tersebut mempunyai kelemahan, akan tetapi mereka tegas dan mencintai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dengan konsekuen.
Pakdhe Jarkoni: sebagian anak bangsa yang lain suka memaksakan kehendak, dengan kekerasan pula. Ini sih bukan masturbasi, tetapi sudah memperkosa.
Wisnu: Pakdhe mau mengatakan kebiasaan waktu muda terbawa sampai dewasa dan menjadi karakter bangsa? Saya memang melihat kenyataan, hanya sedikit anak muda yang menyibukkan diri dengan berkarya memuaskan Sang Kekasih, mempersiapkan bahtera rumah tangga dengan sebaik-baik nya, sehingga lupa dengan khayalan dan tidak juga memaksakan kehendak. Dan Pakdhe mengatakan bahwa Sang Kekasih kita adalah Ibu Pertiwi.
Pakdhe Jarkoni: Guru Pakdhe memberi nasehat: Jangan berandai-andai. Jangan melamun. Apa yang ada dalam khayalanmu itu bisa menjadi kenyataan. Percaya diri, keahlian dan kesiapsediaan untuk kerja keras. Trisakti itu yang kau butuhkan.
Wisnu: Iya Pakdhe, Gurunya Pakdhe pernah menjelaskan ada 3 tingkatan tindakan: pertama, bertindak dipenuhi nafsu seks, hanya mau menerima saja, hanya memuaskan diri sendiri; kedua, atas dasar cinta, memberi dan menerima, aku berbhakti pada Ibu Pertiwi, tetapi imbalannya apa? Gaji, fasilitas? Keduanya masih termotivasi dari luar; ketiga, atas dasar kasih, lebih banyak memberi daripada menerima. Kasih timbul dari dalam diri, tidak tergantung luar. Bahagia dari dalam.
Pakdhe Jarkoni: Kata seorang pakar kesehatan, sebetulnya bakteri dan virus yang berbahaya itu sekitar 10% saja. Kalau saja kita minum yakult, bakteri baik, maka kita akan sehat. Sekarang ini virus dan bakteri bangsa yang berbahaya nampak menguasai Ibu Pertiwi. Dibutuhkan virus dan bakteri baik 10 % saja, virus yang mencintai Ibu Pertiwi, maka Ibu Pertiwi akan kembali sehat. Semoga. Mau daftar? Atau tetap asyik dengan diri sendiri saja?
Triwidodo
November 2008.