Motivasi dengan fokus sasaran di luar diri
Motivasi bergantung pada sumber dari luar, apakah imbalan jabatan, uang, penghargaan ataupun kehidupan akhirat nanti. Motivasi memerlukan reward dan punishment, penghargaan dan sanksi. Motivasi memang diperlukan bagi seseorang yang kebahagiaannya bergantung di luar diri. Ini juga merupakan dasar bagi Management by Objective, manajemen berdasar sasaran, yang menurut Sun Tzu yang penting hasil akhirnya.
Tanpa kesiapan diri untuk mencintai pekerjaan motivasi sulit dicapai. Apalagi bila terjadi konflik antara keinginan dan perasaan, antara pikiran dan hati. Kesuksesan akibat motivasi bagaimanapun tergantung dari dalam diri juga. Apalagi apabila seseorang telah sadar bahwa kebahagiaan di luar itu hanya fatamorgana, keinginan yang tidak pernah terpuaskan. Dan tidak puas identik dengan tidak bahagia.
Menggunakan hati
Hati, perasaan sangat baik berproses dalam dalam bidang rasa kemanusiaan. Akan tetapi Pemimpin yang hanya mengandalkan hati sulit berhasil. Pemimpin dengan terlalu banyak penasehat, agar tindakan sukses dan populer, dapat diterima semua pihak, terlalu mengedepankan rasa, akan sulit mengambil suatu keputusan dan terkesan pemimpin peragu. Pemimpin dengan sifat missionaris kurang optimal, karena terlalu memperhatikan hubungan manusiawi saja. Menggunakan hati, perasaan dalam bidang kebatinan mungkin bisa, tetapi dalam diri manusia masih terdapat keinginan-keinginan duniawi. Sifat bawaan hewani seperti keinginan makan, minum, seks dan tidur atau nyaman masih terbawa dalam diri manusia, sehingga tetap akan terjadi konflik dalam dirinya.
Budi Pekerti
Leluhur kita mengetengahkan Ajaran Budi Pekerti. Kata Pekerti berasal dari kata Prakrti, alam, bersifat alami. Budi, adalah pikiran jernih, pikiran yang sudah terkelola dengan baik. Pikiran jernih yang mengandung rasa keyakinan diri, percaya diri dan bersifat alami, tidak dipaksakan. Kombinasi akal dan pikiran yang berasal dari dalam diri, bukan dari luar diri. Segala sesuatu berasal dari dalam, kalau dalamnya sudah mantap maka keluarnya akan mantap, tidak terombang ambing. Diri yang mantap memungkinkan bekerja tanpa pamrih. Bukan berarti malas, tetapi bekerja dengan fokus penuh pada pekerjaan dan bukan pada hasil luar serta dikerjakan dengan penuh kesadaran diri. Setiap proses dijalankan dengan kecermatan, inilah dasar dari Management by Process, setiap tahapan dilakukan dengan penuh kesadaran dan diberi semacam cheklist. Hasil hanya merupakan akibat dari serangkaian proses saja.
Budi pekerti harus disampaikan sejak usia dini. Lima tahun pertama, atau katakan sampai 12 tahun atau lulus sekolah dasar adalah masa penting bagi pendidikan budi pekerti. Guru yang berjiwa pendidik, yang bukan hanya bekerja karena tidak mendapatkan pekerjaan lainnya, atau atas dasar imbalan luar saja akan sangat berpengaruh positif dalam masa ini.
Anak yang sejak kecil sudah diajari bahasa asing, baik juga untuk memahami bahasa internasional agar kita maju. Tetapi yang dipahami tentang bahasanya bukan tentang budaya asingnya, yang akan mempengaruhi mereka yang berada dalam masa perkembangan.
Anak-anak kita sejak kecil sudah dimasuki pemahaman kepercayaan yang terkotak-kotak, dan bahkan ada yang mengandung semacam kebencian terhadap kepercayaan lain. Pemasukan pemahaman sejak kecil tersebut terekam dalam bawah sadar dan sulit mengubahnya di kemudian hari. Tidak heran, setelah menjadi dewasa banyak menjadi pribadi yang ekstrem. Tidakkah kita merasa bersalah dengan hal ini? Melupakan pelajaran budi pekerti dan menggantinya dengan ajaran pemahaman kepercayaan yang mengandung kebencian dan mengakibatkan bangsa Indonesia seperti saat ini.
Mungkinkah setelah peristiwa G30S PKI, yang hampir semua masyarakat melupakan budi pekerti dan memasukkan pemahaman kepercayaan yang terkotak-kotak sejak usia dini mengakibatkan kesemrawutan bangsa seperti saat ini? Anak-anak tersebut pada waktu itu sudah berusia 40-an. Ibarat makhluk hidup, Sang Pemahaman, yang diberi perhatian oleh masyarakat akan tumbuh berkembang, dan semakin lama ada yang semakin ekstrim.
Siapakah yang bergembira dengan terpecah-belahnya bangsa Indonesia? Sudah jelas pihak asing yang ingin mendapatkan kekayaan Indonesia dengan mudah akan sangat bergembira. Sudah saatnya kita sadar. Bangun para Arjuna bangkitlah, Kita Semua Cinta Indonesia.
Triwidodo
November 2008.