Pulang kuliah Wisnu langsung menghampiri Pakdhe Jarkoni dan langsung mengajak berdebat.
Wisnu: Selamat Sore Pakdhe. Kami baru tahu bahwa kuliah pendidikan agama itu sebetulnya bersifat umum, bukan pendidikan agama tertentu. Sehingga mahasiswa dapat menghargai agama lain bukan prejustice, praduga seperti yang terjadi saat ini.
Pakdhe Jarkoni: Betul! Dalam agama yang dianut Pakdhe, setiap Surat dalam Kitab Suci didahului Bismillah hirrohmannirohim, dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, intinya kita diingatkan tentang kasih, dan supaya kasih menjiwai tindakan kita sehari-hari. Ada Hadist yang kurang lebih berbunyi: Apabila kau tidur nyenyak dengan perut kenyang, sedang tetanggamu tidak dapat tidur karena lapar, maka kau belum muslim. Agama Kristen, Katholik, Buddha juga mempunyai inti kasih. Bukankah dalam semua agama mengandung Iman, Harapan dan Kasih?
Wisnu: Tentang bahwa kita harus mempertanggungjawabkan perbuatan kita sendiri dalam Islam terdapat pernyataan: Akan ada hari dimana mulut manusia dikunci dan anggota tubuhnya dimintai pertanggungan jawab. Dalam agama Kristen dan Katholik ada pernyataan: Ampunilah kami seperti kami mengampuni mereka yang bersalah kepada kami. Sapa sing nandur ngunduh. Siapa yang menanam akan menuai. Dalam agama Buddha dan Hindu ada aturan Hukum Sebab Akibat. Esensi setiap agama ada persamaannya.
Pakdhe Jarkoni: Yang beda adalah tradisi yang mengikutinya. Tradisi Arab dalam Islam, tradisi Barat dalam Kristiani, tradisi India dalam Hindu dan Buddha serta tradisi Tiongkok dari Buddha dan Kong Hu Cu. Dari dahulu nenek moyang kita menerima semua agama dengan terbuka, tetapi tradisinya biarlah tradisi Nusantara. Biarlah ada lebaran dan sungkeman, biarlah ada doa dengan tumpengan. Biarlah pernikahan diiringi gamelan.
Wisnu: Betul Pakdhe. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa kebudayaan adalah sifat unggulan dari seluruh Nusantara. Jadi kebudayaan itu sifat yang baik-baik. Kalau kita melakukan sesuai budaya kita, maka perbuatan kita akan selaras dengan DNA kita, dengan jatidiri kita. Biarlah agama masuk tetapi berkebudayaan Indonesia. Repotnya sejak zaman dahulu di Nusantara ini agama kerap dijadikan tabir bagi suatu kepentingan perebutan kekuasaan.
Pakdhe Jarkoni: Sifat-sifat unggulan tersebut disarikan menjadi Pancasila. Pancasila dapat mewadahi semua agama. Inti agama sama. Esensinya sama. Tradisi yang mengikutinya yang berbeda-beda. Ramalan bahwa sebelum tahun 2020 Indonesia terpecah menjadi 5 negara bisa menjadi kenyataan, apabila kita mempertentangkan tradisi dan mengabaikan esensi agama. Dan bangsa asing akan bertepuk tangan karena dapat menjarah Indonesia dengan mudah. Sadarlah adik-adik, sadarlah kakak-kakak, bersatulah.
Wisnu: Apapun agamamu kau orang Indonesia. Apapun sukumu kau orang Indonesia. Aku Cinta Indonesia. Semoga saja Pakdhe!
Triwidodo
November 2008.