February 12, 2009

Belajar Pada Kehidupan Bunga Teratai

Waktu sudah agak larut malam, anak-anak sudah pada tidur, ketika sepasang suami istri bercakap-cakap di beranda rumah di depan sebuah kolam ikan kecil. Ikan-ikan lele di kolam tersebut sudah pada mati karena tua dan sebagian lari ketika kolam meluap akibat banjir, hanya tinggal sepasang lele di kolam menemani sebuah tanaman bunga teratai. Suami istri tersebut sedang memandang tanaman teratai yang sedang berbunga. Mari kita dekati mereka.

 

Sang Isteri: Suamiku, bunga teratai bahkan dapat tumbuh di lingkungan kotor berlumpur, walaupun demikian daunnya selalu bersih. Apabila datang butiran debu pada permukaan daunnya, maka teratai mengalirkan tetesan air hujan pada permukaan daunnya ke arah butiran debu tersebut, menghimpun seluruh debu, dan membawanya mengalir ke bawah hingga jatuh ke permukaan air. Pada akhirnya, daun pun kembali bersih tanpa noda. Mengapa manusia yang merasa lebih sempurna dari tanaman dan hewan, bertindak tidak selaras dengan alam, sedangkan tanaman dan hewan bertindak selaras dengan alam?

 

Sang Suami: Coba renungkan kerja Alam, Isteriku! Teratai memiliki perangkat khusus untuk membersihkan daunnya. Dalam membersihkan debu kotoran kemelekatan, teratai telah bertindak sesuai kodratnya. Kecerdasan teratai dalam hal tersebut bahkan mengungguli manusia. Debu selalu datang dan teratai selalu membersihkan daunnya sampai akhir hayatnya. Manusia sudah mempunyai kesadaran, seandainya bertindak dengan penuh kesadaran, maka manusia juga selaras dengan alam. Tanaman dan hewan ’mind’-nya belum berkembang. Rasa takut mereka adalah rasa takut yang nyata, dan mereka bertindak alami, selaras dengan alam semesta. Menurut buku ’Vasishta Yoga’ hewan betul-betul merasa takut kepada sesuatu. Sedangkan manusia seharusnya sadar dia hanya takut pada ilusinya. Manusia yang telah sadar paham bahwa semua ini hanya ilusi, maya. Hanya sifat bawaan genetik tanaman dan hewan masih terbawa, dan ’mind’-nya memperbesar ketakutan dan juga keserakahannya. Aku ingat: ”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya”. (95:4-5). ’Mind’-nya memperbesar sifat kehewanannya, sehingga kesadarannya turun ke tingkat yang serendah-rendahnya.

 

Sang Isteri: Guru telah menjelaskan bahwa keterlibatan diri dengan obyek-obyek duniawi menyebabkan keterikatan, kemelekatan. Keterikatan membuahkan keinginan dan keinginan sering membuat penglihatan manusia menjadi kabur, dan akal sehatnya hilang. Saat ini manusia hampir selalu menjadi edan, gila pada dunia, dan apabila tidak ngedan, tidak bergilaria manusia tidak kebagian, demikian ungkapan Pujangga Ronggowarsito tentang keadaan zaman ini. Walaupun nasehat akhirnya: sebaik-baiknya yang gila tetap lebih baik yang sabar, sadar dan waspada.

 

Sang Suami: Isteriku, menjalani kehidupan berdasar pengetahuan saja tidak cukup. Apabila teratai menghilangkan debu kemelekatan sesuai dengan kodratnya, maka manusia memerlukan perjuangan berat untuk melepaskan kemelekatannya pada dunia. Diperlukan determination, kesungguhan untuk menghilangkan kemelekatan pada diri. Banyak orang yang paham bahayanya merokok bagi kesehatan, tetapi pengetahuan saja tidak cukup, harus ada perjuangan untuk menghentikannya. Sudah tahu penyakitnya karena makanan enak berlemak, tetapi tetap nekat makanan enak. Sudah tahu kelemahannya terhadap perempuan cantik yang memikat, tetapi tetap nekat berdekatan. Sudah paham pengambilan batu dan pasir di sungai dapat membahayakan jembatan dan bangunan air tetap juga dilaksanakan. Sudah paham penggundulan hutan menyebabkan banjir, tetap juga merambah hutan dijadikan permukiman dan pertanian. Sekedar pengetahuan saja tidak cukup.

Icha shakti, Gyaan shakti, Kriya shakti. Power of the Will, Power of Knowingness, Power of Action. Guru telah menjelaskan dalam ‘Total Success’.

 

Sang Isteri: Pikiran ditarik dengan kekuatan yang sangat besar oleh semua dorongan yang tidak disadari, naluri hawa nafsu, dan kemelekatan pada dunia lahiriah. Synap saraf ketergantungan di otak terhadap hal-hal yang enak, selalu meningkat, bertambah dosisnya. Manusia harus selalu waspada terhadap segala sesuatu yang nikmat bagi pikiran dan panca inderanya. Yang nikmat tersebut sering memabokkannya dan membuatnya menderita ketika kenikmatan tersebut tidak diperolehnya.

 

Sang Suami: Banyak manusia yang paham adanya jiwa dan raga, tetapi dalam berdoa kepada Yang Maha Kuasa selalu urusan raga, urusan dunia yang didahulukannya. Dalam menghadapi dilema selalu keselamatan raga, kenikmatan dunia yang diutamakan. Keselamatan jiwa pun diartikan keselamatan nyawa yang berarti fisik, raga, padahal banyak tindakan yang dilakukan demi raga padahal tindakan tersebut mengotori jiwa mereka. Ketakutan mati dan ketakutan lain-lainnya adalah ketakutan kehilangan nikmat dunia. Dan dunia yang dimengertinya adalah dunia luar yang tidak pernah abadi. Manusia mencari kebahagiaan dan selalu mencarinya ke luar dan hal tersebut tidak pernah memuaskannya. Kebahagiaan ada di dalam diri. Bahagia di dalam akan memancar ke luar. Ketakutan terjadi karena kita kurang yakin pada Tuhan.

 

Sang Isteri: Guru menulis SMS: Tuhan berada di mana-mana, di dalam dan diluar dirimu. Rasa takutmu hanyalah membuktikan bila kau belum menyadari kehadiran-Nya. Sadarilah!

 

Sang Suami: Guru ingin melepaskan kita dari penjara dunia. Kita tidak suka akan kondisi di penjara saat ini. Dan kita ingin mengubahnya, tetapi kita tidak pernah sadar bahwa kita meninggalkan penjara yang lama dan masuk penjara yang baru. Sayang sekali keberadaan Guru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran hanya dimanfaatkan sebagai pengetahuan. Kadang hanya dijadikan bahan diskusi untuk menang dalam perdebatan tanpa kesadaran untuk merubah diri. Tepat sekali karikatur seorang teman yang menggambarkan seseorang yang masih berada dalam penjara dan cukup puas melihat foto Guru di luar terali. Dia merasa telah mencintai Gurunya. Guru datang bukan untuk menghibur kita yang berada dalam penjara dunia, Guru berusaha mengajak kita ke luar dari penjara dunia. Isteriku, mari kita bergandengan tangan untuk tidak menyia-nyiakan cinta kasih Guru!

 

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

 

Februari 2009.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone