Dalam gubuk terbuka di tengah sawah, Pakdhe Jarkoni sedang berbincang-bincang dengan Lik Darmo, seorang petani sekaligus seniman. Lik Darmo, orangnya ceria, santai dan selalu membawa seruling ke sawah. Kalaupun tidak meniup seruling dia akan ura-ura, rengeng-rengeng, menyanyikan tembang kuno, sambil menggoyang-goyangkan badan. Seorang petani yang sudah langka, sekarang sudah tidak diproduksi lagi secara masal.
Pakdhe Jarkoni: Apa hubungannya menyanyi dan menari dengan kesehatan kita Lik?
Lik Darmo: Coba pakdhe dengarkan lagu klenengan, gamelan yang iramanya tenang, terus pegang nadi di pergelangan tangan. Kemudian bandingkan dengan irama cepat gamelan waktu perang dalam pagelaran wayang ataupun lagu-lagu cadas hingar-bingar putra pakdhe. Ternyata detak jantung kita berbeda sewaktu mendengarkan lagu yang tenang meditatif istilahnya pakdhe dengan lagu jreng-jreng. Padahal jantung erat kaitannya dengan gelombang otak. Lagu yang keras membuat jantung berdegub lebih kencang dan sering membuat stress. Saya juga menyukai lagu ‘jaipongan’, rasanya heppi gitu lho pakdhe, coba dirasakan.
Pakdhe Jarkoni: Woalah, paling ingat goyang pinggul para penari ‘jaipongan’ di tivi kan? Bagaimana pandangan pakdhe adanya Gubernur yang melarang tari jaipongan?
Menurut beliau tari tradisional tersebut mengandung unsur 3G yakni, geol, gitek dan goyang.
Lik Dharmo: Persoalan seni budaya ini menjadi persoalan serius pakdhe, mengingat budaya jaipongan adalah budaya yang patut dipertahankan. Tradisi budaya warisan nenek moyang yang luhur itu tidak boleh dikubur oleh kepentingan sekelompok manusia. Budaya leluhur kita, kaum pria TIDAK melihat wanita hanya sebagai objek SEKS & mesin pembuat anak saja. Pakdhe! Saya diajari Guru tentang kasih, saya melihat perempuan tidak dengan kacamata mau ‘nggitik’, menohok, tetapi saya bayangkan para wanita adalah ibu dan anak-anak saya. Seks sudah agak terlampaui lho Pakdhe.
Lik Darmo: Pada waktu membangun, berjuang, lagu yang cocok adalah lagu perjuangan dengan irama Mars. Katanya Hitler pun selalu menggunakan lagu-lagu demikian. Menurut temanku, Spanyol dan Inggris dulu negara yang sama-sama kuat, lagunya Ingris lagu-lagu perjuangan, Spanyol lagunya semacam Que Sera Sera, dalam jangka panjang hasilnya lain. Inggris masih jaya.
Pakdhe Jarkoni: Terima kasih Lik Dharmo, kami sekarang paham mengapa Bapak Guru meminta lagu Indonesia Raya dengan irama yang cepat. Dan mengapa lagu-lagu ngepop liriknya diganti lirik perjuangan dan kesatuan Indonesia.
Lik Darmo: Musik itu bersifat universal, dengan mendengarkan lagu pop diri terbuka dan lirik persatuan masuk merembes ke hati. Jenius sekali Guru panjenengan pakdhe.
Pakdhe Jarkoni: Universal? Artinya tanaman pun senang musik?
Lik Darmo: Suara gamelan itu dasarnya adalah suara alam yang diwujudkan dengan bunyi perangkat gamelan. Padi lebih sehat, sapi susunya lebih banyak, manusia dulu lebih tenang, lebih meditatif istilah pakdhe. Itu soonic bloom, suara yang menyebabkan tanaman berproduksi lebih besar pada dasarnya seperti suara garengpung, suara frekuensi tinggi sejenis serangga diwaktu kita masih main kelereng. Lagu-lagu jaipongan pun memberikan suasana kebahagiaan. Bukan hanya tanaman, airpun menurut penelitian Dr. Masaru Emoto juga membentuk kristal yang indah kala mendengar lagu indah puji-pujian dan kebahagiaan. Kami pernah masuk Ashram nya Guru Pakdhe, saya merasakan getaran-getaran nyanyian Ilahi masih tersimpan di dinding dan lantai-lantai.
Pakdhe Jarkoni: Maturnuwun Lik, kelompok muda-mudi Ashram telah menjadi alat Keberadaan untuk membangkitkan semangat manusia Indonesia. Lewat lagu-lagu mereka sudah berapa manusia Indonesia yang tersadarkan. Pemahaman Lik Darmo luar biasa, pantas Guru pakdhe mengatakan bahwa para seniman sudah mengaktifkan otak kanan, sudah menggunakan rasa, lebih dekat ke arah Keberadaan. Kami ini masih menggunakan otak kiri dan kethul, bebal juga.
Lik Darmo: Yang ini pendapat Darmo pribadi. Jangan dibuat perdebatan ya!!!!
Imam Ghazali dalam “Ihya” setelah membawakan beberapa hadis tentang bernyanyinya dua orang gadis itu, permainannya orang-orang Habasyah di dalam masjid Nabawi yang didukungnya oleh Nabi dengan kata-katanya: Karena kamu, aku melihat hai Bani Arfidah, dan perkataan Nabi kepada Aisyah: engkau senang ya Aisyah melihat permainan ini; dan berdirinya Nabi bersama Aisyah sehingga dia sendiri yang bosan serta permainan Aisyah dengan boneka bersama kawan-kawannya itu, kemudian Imam Ghazali berkata: Bahwa hadis-hadis ini semua tersebut dalam Bukhari dan Muslim dan merupakan nas yang tegas, bahwa nyanyian dan permainan, bukanlah haram.
Pakdhe Jarkoni: Ini juga pendapat pribadi Pakdhe, ya??? Di antara hiburan yang dapat menghibur jiwa dan menenangkan hati serta mengenakkan telinga, ialah nyanyian. Hal ini dibolehkan oleh Islam, selama tidak dicampuri omong kotor, cabul dan yang kiranya dapat mengarah kepada perbuatan dosa. Yang kotor itu kan pikirannya, ‘ibarat menepuk air di dulang terpercik ke muka sendiri’, pikirannya sendiri yang kotor, yang disalahkan orang lain, malah membuka aib sendiri. Bahkan disunatkan dalam situasi gembira, guna melahirkan perasaan riang dan menghibur hati, seperti pada hari raya, perkawinan, kedatangan orang yang sudah lama tidak datang, saat walimah, aqiqah dan di waktu lahirnya seorang bayi.
“Dari Aisyah r.a, bahwa ketika dia menghantar pengantin perempuan ke tempat laki-laki Ansar, maka Nabi bertanya: Hai Aisyah! Apakah mereka ini disertai dengan suatu hiburan? Sebab orang-orang Ansar gemar sekali terhadap hiburan.” (Riwayat Bukhari)
Dan diriwayatkan pula:
“Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: Aisyah pernah mengawinkan salah seorang kerabatnya dengan Ansar, kemudian Rasulullah s.a.w. datang dan bertanya: Apakah akan kamu hadiahkan seorang gadis itu? Mereka menjawab: Betul! Rasulullah s.a.w. bertanya lagi. Apakah kamu kirim bersamanya orang yang akan menyanyi? Aisyah menjawab: Tidak! Kemudian Rasulllah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya orang-orang Ansar adalah suatu kaum yang merayu. Oleh karena itu alangkah baiknya kalau kamu kirim bersama dia itu seorang yang mengatakan: kami datang, kami datang, selamat datang kami, selamat datang kamul” (Riwayat Ibnu Majah)
“Dan dari Aisyah r.a. sesungguhnya Abubakar pernah masuk kepadanya, sedang di sampingnya ada dua gadis yang sedang menyanyi dan memukul gendang pada hari Mina (Idul Adha), sedang Nabi s.a.w. menutup wajahnya dengan pakaiannya, maka diusirlah dua gadis itu oleh Abubakar. Lantas Nabi membuka wajahnya dan berkata kepada Abubakar Biarkanlah mereka itu hai Abubakar, sebab hari ini adalah hari raya (hari bersenang-senang).” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
Januari 2009.