April 30, 2009

Ego Pribadi, Ego Sektoral, Ego Negara Adikuasa dan Dampak Terhadap Alam

Lagu tentang hujan yang indah di tahun limapuluhan

….. Tik-tik-tik bunyi hujan di atas genting

Hujannya turun tidak terkira

Cobalah tengok daun dan ranting

Pohon dan kebun basah semua……

Pada tahun limapuluhan, bagi murid taman kanak-kanak dan anak kelas satu sekolah dasar lagu itu begitu indah dan sering dinyanyikan ketika hujan mulai turun.

Lima puluh tahun telah berlalu, hujan tidak lagi suatu yang indah, hujan lebat satu jam membuat pengendara sepeda motor terseok-seok menyeberangi jalan setinggi lutut anak remaja. Hujan sudah bukan sesuatu yang indah lagi.

 

Ego Pribadi, Ego Sektoral dan Ego Negara Besar

Yang membuat keterikatan dengan duniawi adalah ‘mind’ yang telah membentuk ego manusia. Ego yang merasa benar sendiri berdasar pemahaman diri sendiri. Ego itulah yang membuat kita tidak selaras dengan alam. Alam, seperti matahari, udara, air, angin, api dan tanah bersifat melayani dan tidak pernah membeda-bedakan, semua dilayani dengan penuh kasih, tidak ada sebersit ego pada tindakan mereka.

Berbagai sektor pembangunan juga mempunyai ego sektoral untuk menyejahterakan manusia. Masyarakat kurang lahan pemukiman, maka hutan dan sawah dijadikan komplek perumahan  yang asri.  Masyarakat butuh lahan pertanian untuk meningkatkan taraf hidup, maka hutan di pinggir gunung diubah menjadi lahan pertanian kentang yang subur. Untuk meningkatkan taraf ekonomi antar kota maka diperlukan sebuah jalan tol yang mulus yang membelah lahan pertanian. Pariwisata harus dikembangkan, dan sebuah pulau harus mempunyai Bandara Internasional yang megah, dan sawah yang hijau pun harus dikorbankan demi kesejahteraan yang lebih luas. Hotel berbintang, lapangan golf, waterboom semuanya memang dibutuhkan demi kesejahteraan manusia. Yang sering terabaikan adalah daya dukung lahan. Hutan di Indonesia semakin sempit, dalam setiap menit hutan di Indonesia  berkurang seluas tiga kali lapangan sepak bola. Upaya mempertahankan  lahan pertanian abadi yang tidak menyusut pun masih berada di atas kertas. Tanpa perencanaan yang holistik dan jernih, banjir semakin tahun semakin besar yang pada suatu saat dapat merusakkan semua hasil pembangunan.

Bukan hanya masalah tangkapan air di gunung, akan tetapi secara global telah terjadi perubahan intensitas hujan. Hujan di daerah Solo yang sekitar 2.100 mm per tahun, pada bulan Maret 2008 dalam 3 jam saja telah turun hujan setinggi 300 mm. Hujan sepertujuh tahun atau 50 hari,  diturunkan ke bumi dalam tiga jam, maka daya tampung sungai yang ada sudah tidak mampu lagi. Perubahan intensitas hujan tersebut tidak dapat dipisahkan dari global warming.

Hal utama yang dituding sebagai penyebab global warming adalah proses industrialisasi dan deforestasi yang terjadi di dunia. Negara-negara maju sebagai pelaku industrialisasi yang berlebihan menyebabkan peningkatan sangat besar terhadap emisi gas rumah kaca, terutama Amerika Utara dan Eropa yang menyumbang sekitar 22 milyar ton karbon per tahun, sementara negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Brazil dituduh sebagai pelaku deforestasi atau pengurangan hutan secara besar-besaran. Deforestasi dalam bentuk kebakaran hutan yang amat luas menyebabkan Indonesia berada di urutan ketiga negara penyumbang emisi CO2 terbesar setelah Amerika dan China.

Pasca berbagai konferensi dan kesepakatan untuk mengurangi dampak global warming yang dimotori oleh negara-negara maju, telah terjadi saling-lempar tanggung jawab. Walaupun 186 negara sudah sepakat untuk meratifikasi Protokol Kyoto, Amerika belum sepakat juga, padahal Amerika memiliki reputasi sebagai penyumbang emisi terbanyak di dunia. Dunia berbicara soal global warming dan menyeru negara-negara berkembang agar tidak mengeksploitasi hutan dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil serta menggantinya dengan sumber energi alternatif, misalnya dengan bio fuel. China yang sebagian besar bahan bakarnya menggunakan batubara, dianggap mempunyai andil yang besar dalam global warming. Akan tetapi berbagai perusahaan di China menyatakan isu batubara adalah isu persaingan bisnis untuk memperlambat produksi barang China. Ego beberapa negara adikuasa semakin memperparah kondisi dunia. Ketidakmauan mengurangi kenyamanan memperparah keadaan.

Akibat global warming, terjadi pencairan es di kutub yang menyebabkan banyak terjadi perubahan arah angin asehingga terjadi banyak badai di beberapa tempat dan kekeringan parah di daerah lainnya. Dalam 20 tahun mendatang, akibat kekurangan air, dunia akan kehilangan tanaman pangan yang kalau dijumlahkan setara dengan hasil tanaman pangan yang dihasilkan India plus Amerika

Akibat global warming, es kutub mencair dan dunia akan kelebihan air, juga selimut salju pegunungan Himalaya dan Tibet akan lenyap pada tahun 2100, sekarang pun di Himalaya sudah mulai kelihatan warna hijau tanaman yang merangkak dari bawah. Nyamuk-nyamuk pun mulai berkeliaran di daerah pegu nungan. Naiknya suhu 0.6 derajat Celcius membuat permukaan laut naik 20 cm. Apalagi bila es di Greenland mencair, akibatnya sangat dahsyat. Kenaikan sampai 1.0 m amat mungkin. Kalau saja Greenland meleleh total, maka air laut naik 7.0 m, dan Jakarta, Surabaya, Semarang habis.

 

Pentingnya kesadaran manusia

Banyak sekali kemajuan yang telah dicapai manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi untuk menyadari egonya sendiri yang telah menyebabkan permasalahan, sampai kini pun belum dicapai kemajuan yang berarti.

Guru pernah memberikan dongeng bahwa  Wisnu Pemelihara Dunia bertangan empat dengan  tanganpertama dalam posisi ‘blessing’ atau memaafkan, tangan kedua memegang terompet kerang, tangan ketiga memegang cakra serta tangan ke empat memegang gada. Kesalahan pertama dan akan dimaafkan. Setelah itu apabila kesalahan sering diulangi, Wisnu akan membunyikan terompet dengan keras agar manusia cepat sadar. Apabila setelah beberapa waktu yang digambarkan seperti berputarnya roda cakra, masyarakat masih bebal, maka pada akhirnya ‘gada Wisnu’ lah yang akan berbicara. Teman-teman yang paham dan sadar bersuaralah………………..

Terima Kasih Guru.

 

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

April 2009.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone