Rukun hanya terjadi jika semua pihak saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain. Saling menjaga juga saling mengapresiasi satu sama lain. Toleransi sering kali tidak berujung pada kerukunan, karena dalam toleransi ada pihak yang menjadi inferior atau minoritas, sehingga harus di-‘tolerir’ keberadaannya.
Kerukunan dalam bermasyarakat, apalagi masyarakat Indonesia yang sangat beragam mulai dari agama, suku, dan ras, mutlak diperlukan demi terciptanya kedamaian. Sayangnya banyak pihak yang justru mempunyai peran vital dalam masyarakat tidak menjunjung tinggi nilai kerukunan ini dengan menyebarkan pesan-pesan yang sarat dengan bibit perpecahan.
Seperti dalam Dialog Kerukunan Umat Beragama, yang disiarkan oleh TVRI pada hari Jumat, 12 Juni 2009 lalu. Salah satu panelis, seorang anggota DPR, mengatakan bahwa dalam masyarakat yang mayoritas beragama Islam, tidak seharusnya didirikan tempat ibadah agama selain agama Islam. Kerukunan seperti apa yang kiranya diharapkan oleh Bapak Anggota DPR kita yang terhormat tsb ? Dan beliau bicara di sebuah dialog bertemakan kerukunan umat beragama. Sungguh ironis!
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila, bukan berdasar pada mayoritas agama tertentu. Ketika hanya mayoritas saja yang diutamakan, diperhitungkan, apresiasi tidak mungkin terjadi. Hanya akan ada toleransi, si minoritas akan ditolerir keberadaannya dengan batasan-batasan yang ditentukan oleh sang mayoritas, seperti tidak boleh mendirikan tempat ibadahnya.
Sekali lagi, Indonesia adalah negara berdasar Pancasila, yang menjunjung semangat Bhineka Tunggal Ika, berbeda namun satu jua. Dalam semangat ini, perbedaan diterima sebagai sebuah berkah dan disikapi dengan apresiasi terhadap sesama anak bangsa. Hendaknya setiap elemen bangsa dan negara ini, apalagi elemen vital seperti DPR/ Wakil Rakyat dan TVRI yang merupakan televisi bangsa, bertindak selaras dengan dasar negara kita, Pancasila. Bukan malah menebarkan bibit perpecahan ke masyarakat luas.
Wakil rakyat dipilih bukan untuk menyuarakan kepentingan golongannya saja, tapi menyuarakan kepentingan seluruh masyarakat. Begitu pula dengan pihak media, yang sangat vital dalam penyebaran informasi. Cerminan ‘ketidakrukunan’ dalam acara dialog kerukunan ini harus menjadi instrospeksi bagi semua elemen bangsa, mau dibawa kemana bangsa ini ? Perpecahan atau Persatuan ?