July 25, 2009

Vamana Avatara dan Bertobatnya Asura Bali

Perhatikan pikiran Anda; perhatikan pola kerja mind Anda. Mind yang selama ini terasa begitu liar, sesungguhnya memiliki pola kerja yang sangat sederhana. Ibarat perseneling mobil. Mind hanya memiliki tiga gigi. Tidak lebih dari itu. Suka, tidak suka dan cuwek, itulah gigi-gigi mind. Tidak ada gigi keempat, kelima dan seterusnya. Hanya tiga gigi. Selama ini yang dilakukan oleh mind hanyalah tiga pekerjaan itu; Yang ia sukai, ia kejar, yang tidak disukai, ia tinggalkan, dan antara mengejar dan meninggalkan, kadang-kadang ia juga bisa bersikap cuwek terhadap sesuatu. *1 Atisha

Adaptasi Budaya

Para Leluhur Nusantara, sangat piawai mengadaptasi cerita ‘dari luar’ menjadi cerita khas Nusantara. Para Leluhur paham betul mengenai budaya masyarakat di Nusantara, dan juga hal-hal yang dapat menjadi pemicu peningkatan kesadaran masyarakat Nusantara. Dalam budaya Nusantara ada istilah ‘pakem’, pokok, hakikat yang tidak diubah, dan ada istilah ‘kembangan’, imaginasi, penyesuaian dengan kondisi masyarakat setempat. Imaginasi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.

Akan selalu terjadi pertentangan antara pengikut ajaran murni dan pengikut ajaran adaptasi. Mereka yang berkutat dalam tataran syariat akan menuduh, bahwa ‘kembangan’ itu mengada-ada, bid’ah. Sedangkan mereka yang memahami hakikat, paham setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda, karena sifat bawaan genetik dan lingkungan yang mempengaruhinya berbeda. Akan tetapi pada hakikatnya semua individu dapat meningkatkan kesadarannya melalui pemahamannya. Biarlah yang berselera terhadap yang dianggapnya  murni menjalankannya, dan biarlah yang cocok dengan ‘kembangan’ yang dapat lebih meresap kedalam dirinya melakukannya. Baginya pemahamannya, bagiku pemahamanku.

Konon ketika Mataram Kuna dipimpin oleh Mpu Sindok, beliau memerintahkan agar Tripitaka (Kitab Suci Hinayana) dan Saddharmapundarika (Kitab Suci Mahayana) dijadikan satu kesatuan dengan nama Sang Hyang Kamahayanikan (pembukaan berisi dari tripitaka dan isi dari saddharmapundarika). Kitab tersebut konon yang menginspirasikan dibangunnya candi Borobudur, Mendut dan Pawon… Kisah kesaktian Avatara Vamana yang ‘kunting’, cebol kelihatannya juga menginspirasi tentang kisah Sukrasana yang sakti, saudara Sumantri dan Arya Kalabendana paman Gatotkaca, bahkan mungkin Dewaruci yang semuanya ‘kunting’.

 

Kembalinya kejayaan Bali

Kebaikan dan ketidak baikan silih berganti sebagai penguasa dunia. Setelah kalah dalam memperebutkan amerta, Asura kalah dan kekuasaan tiga dunia dikuasai para Dewa. Bagaimana pun Bali pemimpin Asura adalah pejuang tangguh, dan tidak mudah menyerah. Bali menghadap Gurunya Sukracarya Yang Agung, “Guru engkau adalah pelindungku, aku siap melakukan apa pun untukmu dan aku yakin Guru tidak akan meninggalkan murid yang butuh bantuan.”

Sudah menjadi suratan Alam, bahwa dengan bantuan Sukracarya, Bali menjadi kuat kembali. Dia menyusun kekuatan para Asura yang kembali bersemangat. Dengan pasukan yang tangguh pasukan Bali menuju kota Amarawati, untuk merebutnya dari tangan para Dewa.  Ia kuat kembali. Brihaspati Guru Indra menyarankan agar Indra dan pasukannya meninggalkan Amarawati. Menurut Brihaspati, Bali mendapatkan anugerah dari Gurunya. Dan bintang Gurunya sedang bersinar terang. Akan ada waktunya anugerah kejayaan Bali akan akan dirampas oleh Gurunya pula. Dengan kepala tertunduk Indra menuruti nasehat Gurunya.

 

Kegigihan Aditi

Aditi ibu Dewa Indra kecewa, putra-putranya kalah dari Bali. Kekecewaan itu tidak membuatnya putus asa, dia sangat yakin bahwa kebenaran pasti jaya. Aditi tidak peduli, kala dia dilecehkan dengan apa perempuan menegakkan kebenaran. Ketika dari dirinya lahir Indra dan dewa-dewa lainnya masyarakat baru menghormatinya. Aditi ingat nasehat Kasyapa suaminya, “Maya Tuhan sangat mengagumkan. Seluruh dunia dibawah perbudakan karena ikatan kasih sayang. Aku tahu kau tidak bahagia karena para Dewa dikalahkan para Asura. Kau tidak memikirkan dirimu: pertama kau berempati atas penderitaan para Dewa; kedua, kau yakin pada Tuhan dan ; ketiga, kau yakin kebenaran pasti Jaya. Bertapalah, sebut nama Dia dan dengan keyakinanmu kau akan berhasil.”  

Aditi bertapa dan berdoa, “Aku tidak tahu bagaimana memujamu. Aku perempuan bodoh. Tapi aku mengetahui Kau baik hati penuh kasih, kasihanilah aku.” Aditi seakan mendengar jawaban, “Kau harus bersabar, Aku hanya memberi benih, kaulah yang berdaya upaya mengembangkan benih tersebut. Kau pantas menjadi ibu dari seorang avatara.”

Aditi begitu gigih, mungkin seperti melaksanakan ‘lima kekuatan’ spiritual dari Guru Atisha. *1 Atisha

Pertama : Kebulatan Tekad. Tidak melakukan sesuatu dengan setengah hati. Keberhasilan seorang sangat teragantung pada tekad yang kuat. Tekad yang kuat tidak berarti memikirkan “hasil akhir” melulu. Tekad yang kuat berarti “melakoni” peran dengan penuh kesungguhan dan ketulusan.

Kedua : Pengenalan Diri. Kekuatan kedua ini tidak membuat sombong atau arogan. Tidak angkuh, tetapi percaya diri. Tahu persis kemampuan diri, sehingga bisa melangkah maju tak gentar! Pendek kata, mengetahui dengan pasti “apa” yang dapat membantu dan “apa” yang justru bisa menjadi penghalang.

Ketiga : Benih Kebajikan. Subconscious mind bagaikan rumput liar. Benih apa pun yang ditanam tidak akan tumbuh, karena dihalang-halangi oleh rumput liar. Tidak ada jalan lain, kecuali mencabut rumput liar, membersihkan lahan, dan setelah itu baru menanam benih kebajikan. Pola pikiran lama harus dibuang lebih dahulu.

Keempat : Mengoreksi Diri. “Tidak perlu mengoreksi orang lain. Koreksilah diri dan dunia ini akan kekurangan satu orang tolol.” Demikian kata orang pujangga Barat, George Bernard Shaw. “Mengoreksi diri” memang membutuhkan keberanian yang luar biasa. Sulit sekali. Kita pikir, kita selalu benar dan orang lain selalu salah. Dan mengoreksi orang lain, mencela orang lain, menghujat orang lain menjadi gampang sekali.

Kelima : Dedikasi. Komitmen, semangat itu yang dimaksudkan dengan dedikasi. Dedikasi juga menuntut kebesaran jiwa. Berbagai rasa, berbagai pengetahuan, berbagai kesejahteraan dan di atas segalanya berbagi kesadaran itulah tuntutan kekuatan kelima ini.

Aditi larut dalam dedikasinya dan mempersiapkan calon sang putra dengan sebaik-baiknya.

 

Vamana

Vamana betul-betul mendapatkan genetik yang baik dari Aditi dan Kasyapa. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kandungan telah dipersiapkan sebaik-baiknya.

Sperma dan sel telur adalah hasil makanan. Kualitas makanan menentukan kualitas sperma dan sel telur. Seluruh data dalam DNA seorang anak berasal dari sperma ayah, dan energi untuk menggerakkan tubuh berasal dari sel telur ibunya. Data tersebut tidak dapat dibaca secara jelas jika wahana atau sperma yang mengantarnya berkualitas rendah. Begitu pula motorik seorang anak sepenuhnya tergantung pada kualitas telur ibunya. Rendah tingginya kualitas sperma dan sel telur menentukan “jenis rasa takut” yang diwarisi oleh seorang anak…… Kualitas rendah menciptakan berbagai macam kendala sehingga seorang anak tidak mampu mengekspresikan dirinya secara sempurna. Ia mengalami depresi, nervousness. Vyaayaam atau olah raga ringan tradisi Yoga, Tai-Chi dan sebagainya dirancang untuk mengatasi hal itu. Kualitas sperma dan sel telur yang terlampau tinggi membuat seorang anak terlalu percaya diri. Ia menjadi sombong, keras, kaku, alot. Ia menderita penyakit superiority complex merasa diri superior. Untuk melembutkannya kepribadiannya, ia diajar untuk menyanyi, menari, menggambar dan lain sebagainya. *2 Fear Management

Selama sekian bulan dalam kandungan ibunya, seorang anak tidak perlu mencari makanan. Ia mendapatkan suplai 24 jam secara kontinu. Saat itu ia mendapatkan suplai makanan dari peredaran darah ibunya. Organ-organ di dalam tubuhnya tidak perlu bekerja keras untuk mengolah makanan. Begitu lahir, ia tersadarkan bahwa suplai makanannya sudah terhenti, muncullah rasa takut yang sangat mencekam. Ia mencari makanan! Barangkali belum lapar betul, tetapi ia sudah tahu bahwa sekarang makanan tak dapat diperolehnya dengan cara biasa. Rasa takut yang muncul karena lapar, atau karena makanan itu, sesungguhnya menciptakan “semangat” dalam diri seorang anak. Yaitu semangat untuk mencari, semangat untuk berjuang, dan semangat untuk menemukan. *2 Fear Management

Aditi memang seorang ibu yang terberkahi. Konon Ruh Vamana baru masuk ke tubuh bayi saat bayi akan lahir, sehingga Vamana memang tidak mempunyai banyak keterikatan dengan sang ibu.

 

Upacara Ritual Raja Bali

Raja Bali sedang mengadakan upacara ritual, ketika seorang brahmana kecil bersinar mendatangi tempat upacara. Kilauan di wajahnya membuat semua yang hadir paham bahwa yang datang adalah seorang suci, walau masih berwujud seorang anak. Raja Bali bersuka-cita, memberikan tempat duduk terhormat dan mencuci mencuci kaki anak suci tersebut dan menanyakan apa yang dapat dilakukan untuknya.

“Apakah Paduka menginginkan tanah, emas, istana, atau gadis yang cantik? Apakah menginginkan hewan gajah, kuda atau kijang? Kami akan memberikan apa pun yang kami miliki yang diinginkan Paduka Brahmana.”

Vamana menjawab pelan, “Kau telah berbicara penuh kerendahan hati, kebajikan dan kebangsawanan.  Sukra agung dan Brighu adalah Acaryamu, Gurumu. Prahlada Yang Agung adalah kakekmu, Virocana Yang Dermawan adalah ayahmu. Aku yakin Raja tidak akan menarik mundur ucapanmu. Aku ingin tanah tiga langkah yang diukur oleh kakiku.”

Setengah kecewa karena sang brahmana kecil hanya meminta hal yang sepele baginya, Bali berucap, “Tentu saja paduka masih anak-anak, bahasa anak-anak, permintaanya masih sederhana. Baik, paduka tidak minta tumpukan emas hanya tanah tiga langkah. Aku pegang kataku.”

Sambil tersenyum Vamana menjawab, “Aku menghargaimu raja dermawan. Jika seorang manusia tidak bisa menaklukkan keinginan, semua hal di dunia tidak akan mencukupinya.” Sebuah kata-kata bijak yang menghunjam di relung hati Raja Bali dan semua yang hadir. Brahmana yang luar biasa: sadar, penuh kasih dan bijak.

Dalam buku *1 Atisha disebutkan ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan. Ya, hanya tiga prinsip, yaitu :

Pertama : Kesadaran. Dan yang bisa menghasilkan kesadaran hanyalah “meditasi”. Meditasi berarti “mengurus diri”. Sebelum diri sendiri terurus, jangan mengurus orang lain. Dalam ajaran Sang Buddha, prinsip ini disebut Hinayana sesuatu yang mendasar sekali. Secara harfiah, Hinayana berarti “wahana kecil”. Dalam hal ini, harus diartikan sebagai “langkah awal”, yang paling utama.

Kedua : Kasih Sayang. Setelah melampaui mind lewat meditasi, baru berbagai rasa. Kasih sayang merupakan buah meditasi. Tanpa meditasi, kasih sayang tidak akan pernah tumbuh. Tanpa meditasi, yang tumbuh hanyalah napsu birahi, paling banter cinta. Kasih tidak akan pernah tumbuh. Seorang yang belum meditatif, belum kenal kasih. Ini yang disebut Mahayana kesadaran yang meluas. Secara harfiah, Mahayana berarti “wahana besar”. diartikan sebagai “langkah yang lebih besar”.

Ketiga : Kebijakan. Dengan hati yang mengasihi, kita menjadi bijak dengan sendirinya. Sentuhan kasih membebaskan anda dari rasa benci, dengki dan iri. Ini yang disebut Vajrayana puncak kesadaran. Secara harfiah, Vajrayana berarti “wahana yang kukuh”, kukuh bagaikan senjata ‘Vajra’, dahsyat bagaikan petir. *1 Atisha

 

Peringatan Sukracarya

Sukracarya menyela, “Diriku mencintai semua Asura dan Raja Bali sebagi murid terkasihku. Kamu telah gegabah Raja. Kau belum tahu langkah kaki Narayana. Memang menarik janji, membatalkan komitmen itu seperti menarik pohon dari tanah yang membuat cepat mengering dan jatuh. Akan tetapi dalam keadaan darurat Raja boleh ingkar janji. Raja belum tahu siapa sejatinya Brahmana kecil ini.”

Dengan mantap Bali menjawab nasehat Gurunya, “Guru, dalam darahku mengalir darah nenek buyut Kayadhu yang suci, mengalir darah kakek Prahlada yang agung, diriku malu, merupakan keaiban untuk menarik perkataan. Kalaupun Brahmana ini adalah Narayana, maka pemberianku ini akan menjadi perbuatan mulia: memberi, telapak tangan menghadap ke bawah terhadap Narayana.”

Rasa malu merupakan sifat perempuan di dalam diri manusia. Karena itu, bagi seorang yang lahir sebagai perempuan, sifat itu menjadi kodratnya, sifat bawaannya. Bagi seseorang yang lahir sebagai lelaki, sifat itu masih berupa potensi yang harus dikembangkan, benih yang harus dipupuk. Sifat malu lahir dari kelembutan-kelembutan dalam diri manusia, kelembutan yang ada dalam diri setiap manusia. Sifat malu bukan rasa takut membudayakan manusia. Karena “takut” misalnya takut dihukum atau didenda seorang penjahat bisa memberi kesan seolah dirinya sudah sadar. Bila peraturan-peraturan yang dibuat oleh negara atau diberlakukan oleh institusi agama hanya menimbulkan rasa takut, peraturan itu tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesadaran manusia. Masyarakat malah menjadi munafik. Hanyalah “rasa malu” yang dapat menyadarkan manusia. Kemudian, seorang penjahat akan meninggalkan kejahatan untuk selamanya, karena sadar. Rasa malu membuat sadar, sekaligus lembut. *3 Jangka Jayabaya

Sukracarya marah dan mengutuk, “Raja telah merasa lebih bijak dariku. Aku kutuk sehingga kemuliaanmu segera punah.”

 

Peningkatan Kesadaran Raja Bali

Vamana, sang brahmana kecil bertriwikrama. Semua asura menjadi pingsan. Satu langkah kakinya menutupi bumi, satu langkah lagi dari kakinya menutupi langit. Selanjutnya, Raja Bali diikat oleh burung Garuda memakai naga Varuna.

Bali tersadarkan, “ Diriku menyadari kesalahanku, aku berjanji dapat  memberikan semua milikku. Ternyata semuanya adalah milik Gusti. Terima kasih Gusti, hamba paham dengan menerima persembahan hamba, berarti semua kesalahan hamba telah diampuni. Terima kasih Gusti, biarlah langkah kaki ketiga Gusti letakkan di kepala kami.” Dan air mata Raja Bali bercucuran…….

Setiap kali anda mengucapkan Terima kasih sesungguhnya anda melepaskan mind anda. Mind tidak pernah berterimakasih. Mind selalu melakukan perhitungan. “Terima kasih” yang diucapkan oleh mind sekedar basa-basi. Mind hanya mengenal bahasa kalkulator. Mind, pikiran, selalu menghitung laba rugi. Mind tidak pernah bersyukur “Bersyukur” adalah sebuah rasa. “berterimakasih” adalah sebuah rasa. Setiap kali anda sungguh-sungguh bersyukur dan mengucapkan “Terima kasih”, sebenarnya anda sudah melepaskan diri dari cengkeraman mind. Anda sudah berhubungan dengan “rasa”. *1 Atisha

Tiba-tiba terjadi lompatan quantum pada kesadaran Bali.

Seorang master akan merombak total kehidupan anda. Kendati demikian, ia tidak akan mulai pekerjaannya, jika anda belum siap untuk itu. Ia akan menunggu dan ia bisa menunggu untuk waktu yang  lama sekali. Begitu anda siap, ia pun akan melalui pekerjaannya. *1 Atisha

 

Penguasa layaknya Indra di Sutala

Prahlada datang memohon ampun bagi cucunya. Vamana berkata, “Manakala Aku ingin menghancurkan manusia aku memberi dia kekayaan dan kekuasaan di dunia. Kemudian ia terikat padanya. Jika aku ingin menyelamatkan manusia aku menyingkirkan semua kekayaannya. Sekali diselamatkan ia tidak pernah binasa. Kerabat telah meninggalkan Bali demikian juga Gurunya. Keteguhan Bali di jalan dharma mengagumkan. Bali telah dilahirkan kembali. Dia adalah Bali yang Baru dan berbeda dengan sebelumnya. Dia akan ada di Sutala semua sifat asuranya telah hilang dia menjadi Indra di sana.”

Ada yang menganggap surga para dewa waktu itu berada di India dan sedangkan para asura pada waktu itu tinggal di Iran dan sering menyerang ke India. Bali disuruh pindah ke Sutala, ke bumi bagian bawah dan ada yang mengartikan di daerah Inca di Amerika Latin, nenek moyang suku Maya yang telah maju peradabannya. Who knows?

Peningkatan kesadaran akan mengubah sifat energi. Cairan Virya akan menjadi uap. Dan mengikuti sifat dasar uap, ia pun akan naik ke atas. Berada pada tingkat Kesadaran Teratas, pada tingkat Kesadaran Murni apabila seorang master mengalami “orgasme spiritual” kejadian itu disebut ‘Shakti Paat’. Energi yang keluar (Paat) berupa Kekuatan Murni atau Shakti. Shakti Paat akan terjadi sendiri, apa bila seorang Murid dalam keadaan cukup reseptif dan berhadapan dengan seorang Murshid, seorang Master yang telah mengalami peningkatan kesadaran. Rasa kasih yang timbul dalam diri seorang Musrid terhadap muridnya yang sudah cukup reseptif akan memicu terjadinya Shakti Paat.  Yang dibutuhkan justru kesiapan diri seorang Murid. Yang diperlukan adalah reseptivitas dan keterbukaan seorang Murid. Kesadaran Murni dari diri seorang Master, seorang Murshid mengalir terus menerus, 24 jam sehari. Berhadapan dengan seorang Master sudah cukup. Asal saja, ia seorang master seperti Yesus dan Anda seorang Murid seperti Petrus. Asal saja, ia seorang Buddha dan Anda seorang Anand. Asal saja, ia seorang Muhammad dan Anda seorang Ali. Asal saja, ia seorang Krishna dan Anda seorang Arjuna. *Semedi2

Terima Kasih Guru. Semua terberkati olehmu. Jaya Gurudev!

*1 Atisha                   Atisha, Melampaui Meditasi untuk Hidup Meditatif, Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.

*2 Fear Management Fear Management, Mengelola Ketakutan, Memacu Evolusi Diri, Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama.

*3 Jangka Jayabaya     Jangka Jayabaya, Saatnya Bertindak Tanpa Rasa Takut dan Meraih Kejayaan, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2005.

*Semedi2                   Semedi 2, Meditasi untuk Peningkatan Kesadaran, Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

Juli 2009.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone