September 1, 2009

Mengenai Terorisme: Kawan apa yang kau takuti ?

Tadi malam saya melihat berita tentang 3 terdakwa bom bali di salah satu stasiun TV.

Mereka dikunjungi oleh istrinya yang berasal dari malaisya, yang menarik para terdakwa bom bali tersebut menitipkan surat pada wartawan, yang intinya mengatakan bahwa tindakan eksekusi terhadap mereka adalah tindakan yang sangat jahat. Tim pembela dari bom bali pun menyesalkan tindakan pemerintah karena mereka, sampai saat ini belum menerima hasil pengajuan kasasi, dan peninjauan kembali terhadap vonis yang sudah dijatuhkan.

Malam itu saya sempat tidak bisa tidur,

Ternyata para pelaku bom bali pun masih takut mati, kalau mereka takut mati mengapa mereka membunuh orang yang saya yakin juga sama takutnya dengan mereka tentang kematian, tapi tidak sempat merasakannya karena keburu meledak dalam ledakan bom.

Kalau mereka takut mati, lalu sempatkah mereka berpikir bahwa selama ini mereka diberi waktu yang cukup untuk merenungi kematian. bagaimana dengan korban bom bali yang tidak punya waktu untuk mempersiapkan kematiannya dengan sadar.

Kawan sedikit sekali orang yang tidak takut mati,bedanya ada orang yang jujur ada yang tidak, hanya itu.

Atau selama ini seperti yang sering kau ucapkan,bahwa mereka adalah korban perang, perang terhadap siapa kawan ?siapa yang sebetulnya ingin kau perangi ?

Ataukah memang pikiranmu mandek pada kerjadian 2000 tahun yang lalu, apakah tidak ada memori baru yang mengisi pikiranmu, tidak ada rasa baru yang menguyuri ruang batinmu.

Yang kita perangi kalaupun ada, adalah rasa kita kawan,keserakahan, kezaliman, ketidakadilan adalah rasa, wilayahnya pada batin,tapi mengapa pendekatan yang kau pakai adalah memusnahkan tubuh.

Bisakah kita belajar sesuatu, menghaluskan rasa kita tanpa tubuh ? kata-kata, memori terhadap sebuah kejadian tidak pernah hilang,seperti yang dikatakan mentorku, akshara is something that never perish.sesuatu yang kekal,

Pilihan ada di tanganmu kawan,apakah kau bisa belajar dari trauma kejadian masa lalu ataukah kau akan selalu berkubang pada ingatan akan kejadian di zaman tempoe doele.

Atau barang kali masalahnya bukan di sana,masalahnya bukanlah perang, seperti yang selama ini kau katakan,masalahnya adalah kau ingin berkuasa, bahkan amal saleh pun kau lakukan untuk meraih kekuasaan itu.

Jika kekuasaaan yang kau kejar,maka sobatku, kawanku belajarlah untuk mendengarkan suara bumi ini, apakah bumi ini menginginkan dirimu untuk berkuasa.

Dengarkanlah lewat senyumnya di saat fajar, dengarkanlah lewat bisikannya di saat petang, apakah betul dia ingin kau kuasai.

Sejujurnya kita adalah trustee, seorang pemegang amanah, lalu kekuasaan apa yang kau bicarakan kawan. siapa yang pernah memberimu mandat, adakah cap dari sana, atau egomu kah yang mengangkat dirimu sebagai penguasa?

Semoga kita semua bisa belajarm selama hayat ini masih dikandung badan,

Salam.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone