December 13, 2009

Mutiara Kehidupan: Bawang Putih dan Bawang Merah antara Kesadaran dan Budak Mind

Setiap hari, manusia memperoleh pelajaran baru, tetapi dia tidak memahaminya dan tidak mampu mengambil hikmahnya. Dan hidup terasa tak bermakna, hambar. Kemudian dia mulai mencari makna. Dia mulai berkhayal, beranda-andai, “seandainya aku memiliki harta, hidupku akan bermakna; seandainya aku memiliki keluarga, hidupku akan bermakna; seandainya begini, aku akan begitu, seandainya begitu, aku akan begini.” *1 Masnawi Buku Kelima halaman 43

Kisah Bawang Putih dan Bawang Merah

 

Seperti biasa sebelum tidur, seorang ibu mendongeng kepada putrinya yang sedang berangkat remaja.

Bawang Putih hidup dalam keluarga harmonis sampai sang ibu meninggal karena sakit mendadak. Sang ayah berpikir seandainya kawin lagi dia akan bahagia dan sang putri akan terawat dengan baik. Dan dia pun kawin lagi dengan janda cantik berputri satu, yang putrinya  bernama Bawang Merah. Rupanya sang ayahanda keliru memilih istri, sehingga dia makan hati, sakit dan segera menyusul almarhum istrinya. Tinggallah sang Bawang putih menjadi bulan-bulanan sang ibu dan saudara tirinya.

 

Hampir semua pekerjaan rumah tangga diserahkan kepada Bawang Putih, akan tetapi apa pun pekerjaannya selalu membuat tidak berkenan ibu dan saudara tirinya. Setelah dituduh melakukan kesalahan, selalu saja dihukum dengan menambah pekerjaan tambahan, sehingga dia selalu sibuk bekerja, sedangkan saudara tirinya hanya makan dan tidur. Bagaimana pun Bawang Putih selalu mengerjakan apa pun penuh kasih dan kesabaran.

 

Pada suatu hari Bawang Putih mencuci pakaian seluruh keluarganya di sungai, dan setiba di rumah ketahuan bahwa salah satu pakaian sang ibu hilang. Bawang putih dimarahi ibu dan saudara tirinya dan diminta mencari sampai ketemu. Dan dimulailah perjalanan Bawang Putih menelusuri sungai ke arah hilir.

 

Pertama kali Bawang Putih bertanya kepada orang seusia pamannya yang sedang memandikan kuda, dan ditanya apakah dia melihat pakaian hanyut. “Sang Paman” menjawab bahwa dia melihatnya dan dia diminta menelusuri ke hilir. Kemudian Bawang Putih berlari ke hilir dan bertanya kepada seorang “paman” yang sedang memandikan sapi, apakah dia melihat pakaian hanyut. Sang paman berkata bahwa dia melihatnya dan memintanya mengejar ke hilir kepada seorang nenek yang sedang mencuci, siapa tahu dia melihatnya. Hari sudah sore ketika Bawang Putih bertemu dengan sang nenek yang ternyata mengambil pakaian yang sedang hanyut dan kemudian diajak bermalam di rumahnya.

 

Sang nenek berjanji memberikan pakaian yang dicarinya, asalkan Bawang Putih mau bekerja membantu sang nenek selama satu minggu. Selama seminggu, Bawang Putih bekerja dengan rajin, sehingga sang nenek berkenan dan sebelum pulang membawa pakaian yang dicarinya, dia dipetikkan buah labu di kebunnya sebagai oleh-oleh buat keluarga di rumah.

 

Singkat cerita, Bawang Putih sampai ke rumah dan menyerahkan pakaian yang hanyut dan bercerita tentang hadiah labu dari sang nenek. Ketika labu tersebut dipotong, ternyata berisi koin-koin emas yang sangat berharga. Maka bergembiralah mereka semuanya, dan mereka menjadi keluarga kaya.

 

Pada suatu malam, sang ibu tiri menyuruh agar Bawang Merah menelusuri sungai mencari sang nenek. Agar mendapatkan labu lagi dan mereka akan semakin kaya. Akhirnya Bawang Merah bertemu dengan sang nenek dan juga diminta membantunya selama satu minggu di rumahnya. Akan tetapi Bawang Merah adalah anak remaja yang malas, maka dia membantu dengan ogah-ogahan. Setelah satu minggu dia bilang mau pulang dan mohon diberikan oleh-oleh buat keluarganya. Bawang Merah diminta memetik buah labu dan mengambil labu yang terbesar.

 

Singkat cerita  Bawang Merah sampai di rumah, dan segera ibu dan anak membelah labu, dan……. keluarlah berbagai hewan berbisa yang menggigit mereka sehingga mereka terkena racun berbisa.  Kala Bawang Putih selesai dari kerja mencari ranting-ranting kayu dan sampai di rumah, dia melihat ibu dan saudara tirinya sudah keracunan sangat parah, mereka minta maaf kepada Bawang Putih atas tindakan mereka selama ini dan mereka kemudian meninggal dunia.  Segera Bawang Putih lapor kepada para tetangga yang segera mengubur mereka.

 

Dongeng tersebut dinyanyikan dalam tembang yang indah: “Man-paman sing ngguyang jaran. Nopo wau onten popok beruk keli. Popoke jarik lurik kawung gading ………………….”

 

Duda ayahanda Bawang Putih membutuhkan pasangan baru

 

Perempuan dapat melakukan apa yang dilakukan pria, namun pria tidak dapat melakukan segala apa yang dilakukan seorang perempuan. Adalah kromosom X yang bersifat motorik dan diwarisinya dari induknya yang menggerakkan dia seumur hidup hingga ajal tiba. Kromosom pria, Y, mengandung memori namun tidak dapat melakukan sesuatu tanpa pasangannya X. Sementara itu perempuan dapat hidup dengan X saja. Kromosom Pria XY, angkanya 23-22 – Perempuan XX, angkanya 23-23. Para pria yang masih menganggap kaumnya lebih unggul perlu mendalami perkembangan ilmu mutakhir ini. *2 Saptapadi halaman 121

 

 

Seorang bayi yang baru lahir diletakkan di dada seorang ibu dan dibiarkan mencari sendiri puting ibunya. Demikian saran pakar psikologi dari Barat agar Sang Bayi dengan nalurinya berjuang untuk mendapatkan sumber kehidupannya. Selama 9 bulan sebagai janin, bayi tinggal tenteram dalam rahim ibunya dan segalanya telah tercukupi. Bagi anak bayi yang baru lahir, payu dara ibu adalah sumber kehidupannya. Masalah apa pun yang dihadapi, saat Sang Bayi berada di dekat payudara ibunya, dia akan tenang kembali.

Ketika bayi ini menjadi dewasa, dan bila ia seorang perempuan, ia menemukan sumber kehidupan itu ada di dalam dirinya. Ada sumber kehidupan dalam dirinya. Celakanya, bila bayi yang menjadi dewasa ini seorang pria, ia merasakan betul perpisahan dari sumber kehidupan itu. Ia merasa kehilangan sesuatu yang penting sekali. Dan, ia pun mencari sumber itu dalam sosok perempuan yang lain. Tidak heran, bila seorang pria selalu memperhatikan payudara perempuan. Seorang pria yang merasa tidak sempurna, memerlukan sumber kehidupan itu, dan dia kawini seorang perempuan.

 

Para leluhur kita paham bahwa banyak duda yang ingin beristri lagi, sedangkan janda bisa hidup sendirian.  Sudah sewajarnya janda yang mau dipersunting duda akan minta persyaratan tertentu.

 

wanita dengan chromosom XX sudah merasa sempurna. Sebetulnya kesempurnaan bukanlah suatu benda. Kesempurnaan adalah perasaan, rasa. Bila seseorang merasa sempurna, sempurnalah orang itu. Seorang pria merasa tidak sempurna, hingga suatu ketika ia menemukan sumber kehidupan, ke”feminin”an di dalam dirinya. Kemudian dia merasa sempurna dan tidak akan kawin lagi walau menduda. Kalau seorang pria mulai menggunakan rasa, apalagi nuraninya, dia tidak akan kawin lagi ketika ditinggal mati isterinya. Ada hubungan antara sifat feminin dengan rasa sempurna.

 

Banyaknya Nabi yang pria, dikarenakan mengajar merupakan sifat Macho, Yang, Pria. Pria  cenderung memakai otak dan menjelaskan segala sesuatu berdasar logika dengan gamblang. Berlainan dengan wanita yang lebih banyak menggunakan rasa, Yin, Feminin. Wanita mempunyai sifat feminin, kasih. Mungkin wanita tidak banyak tahu mengenai teori kasih, tetapi selama 9 bulan dia praktek mengasihi janin yang berada dalam kandungannya. Menurut Guru, banyak wanita yang cerah, tetapi setelah mendapatkan pencerahan, cukuplah pencerahan bagi dirinya dan dia akan menari bersama Ilahi.

 

Arjuna adalah contoh pria sejati, lelananging jagad, pria dunia, tetapi sampai pencerahannya Sri Krishna harus bicara berjilid-jilid dalam Bhagavad Gita. Sebaliknya Sang ibu, Dewi Kunthi, bicara blak-blakan dengan Sri Krishna, Krishna aku bodoh nggak punya pengetahuan, tetapi aku yakin, aku beriman kepada-Mu, Krishna tolong buatlah anak-anakku Pandawa dalam keadaan prihatin, karena pada waktu prihatin mereka akan ingat pada-Mu. Dewi Kunthi cerah dengan tidak perlu mempelajari buku-buku spiritual.

 

Mencuci raga dan mencuci jiwa

 

Setelah membersihkan badan manusia, air menjadi kotor. Kemudian, air yang kotor itu dipertemukan dengan laut, dan dia bersih kembali. Beberapa lama kemudian air yang sama digunakan kembali untuk membersihkan badan. Bertanyalah kepada air itu: “Di manakah engkau selama ini?” “Aku berada di laut yang jernih dan bersih. Tadinya aku kotor, dan laut itu membersihkan diriku. Sekarang aku memiliki sifat sama seperti laut. Kotoranmu dapat kubersihkan. Nanti apabila aku kotor kembali, aku akan cepat-cepat kembali ke laut. Kembali ke pusat pembersihan itu. Di sana akan kutinggalkan bajuku yang lama, yang kotor. Dan memperoleh baju baru yang bersih.” Proses ini berjalan terus, tidak pernah berhenti. Sekotor-kotornya baju kita, sudah pasti dibersihkan kembali. Demikian besarnya Kasih-Mu-Ya Allah, Ya Rabb *1 Masnawi Buku Kelima halaman 37

 

Seorang Guru memandu kita untuk rutin mencuci jiwa. Mencuci raga harus dilakukan setiap hari agar bau busuk badan hilang. Demikian juga, mencuci jiwa harus dilakukan secara rutin agar bau duniawi, bau keserakahan, bau ego kita hilang. Latihan katarsis dalam meditasi merupakan pembuangan sampah-sampah pikiran yang perlu dilakukan secara rutin.

 

Para leluhur sering bercerita tentang mandi di sungai dan mencuci, agar kita dapat menarik hikmah perlunya mencuci jiwa secara rutin. Sang penggembala kuda dan sapi mulai mencuci sifat kehewanan dalam diri, tetapi masih cuek terhadap pakaian orang lain yang hanyut di dekatnya. Lain dengan si nenek yang peduli terhadap penderitaan orang lain.

 

Tidak gampang mengubah kebiasaan jelek yang telah mendarah-daging

 

Dalam bahasa meditasi, inilah yang disebut mind, synap-synap baru yang hampir permanen, sehingga manusia bertindak sesuai dengan conditioning yang ia peroleh. la diperbudak oleh conditioning tersebut dan tidak bebas lagi untuk mengekspresikan dirinya. Tragisnya: sudah tidak bebas, dia juga tidak sadar bahwa dalam dirinya ada sesuatu yang perlu diekspresikan. Meditasi mengantar kita pada penemuan jatidiri. Latihan-latihan meditasi akan membebaskan manusia dari conditioning yang membelenggu jiwanya. *3 Medis dan Meditasi halaman 44

 

Dongeng para leluhur selaras dengan ilmu pengetahuan modern, bahwa segala sesuatu yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan bahkan menjadi perilaku. Synap saraf otak akibat perbuatan yang dilakukan terus-menerus menjadi semakin stabil dan sulit berubah. Bawang Merah yang malas-malasan di rumah, saat berada di tempat nenek pemberi hadiah pun tetap menjadi pemalas.  Lain dengan Bawang Putih yang rajin baik di rumah maupun di rumah sang nenek.

 

Ayahanda Bawang Putih telah terbiasa dengan perilaku almarhum isterinya, maka isteri barunya semakin hari semakin nampak tidak cocok dengan kebiasaannya. Akhirnya dia makan hati, sakit dan menyusul almarhumah isterinya.

 

Keserakahan Bawang Merah dan ibunya tidak berubah, bahkan ketika Bawang Putih sudah mendapatkan labu berisi emas yang diberikan kepada mereka, dia pun masih menginginkan emas yang lebih banyak lagi. Keserakahan seperti halnya “drug addict” selalu meningkat permintaannya.  Hanya kesadaran yang bisa  memberhentikannya. Synap saraf yang terlanjur permanen sulit mengubahnya.

 

Kita perlu bersyukur atas peran yang diberikan Keberadaan kepada kita, situasi, lingkungan dan macam pekerjaan bisa mempengaruhi perilaku. Ada sebuah penelitian pada sebuah Universitas di Amerika, sekelompok mahasiswi dan mahasiswa yang sehat mental dan emosional dibagi dalam dua grup untuk sebuah penelitian.  Separuh dijadikan sipir dan separuh dijadikan narapidana, rencana penelitian akan dilakukan selama dua minggu. Belum sampai satu minggu ternyata penelitian dihentikan, mereka yang mendapat peran sipir menjadi semakin semena-mena dalam menunjukkan kekuasaannya, sedangkan mereka yang menjadi narapidana menjadi semakin stress dan putus asa.

 

Lingkungan keluarga Ibu Bawang menjadikan Bawang Merah menjadi semakin semena-mena. Beruntung Bawang Putih dapat menjalaninya dengan kasih dan sabar.

 

Sabar bukanlah one time shot, sabar adalah a life time affair. Simak yang satu ini : Bila kepala tasbih kau anggap mewakili Allah. Kemudian butir pertama kau anggap mewakili Sifat Utama-Nya : Maha Pengasih. Maka butir terahkir adalah Maha Sabar. Berawal dari-Nya, berakhir pada- Nya. Kasih mengantarmu ke dunia. Sabar mengajakmu balik pada-Nya. Sesungguhnya Sabar itulah Tuhan. Bila kau ingin Berketuhanan. Janganlah membalas kekerasan dengan kekerasan.  *4 Rahasia Alam halaman 6

 

Hukum Law of Attraction dan Sang Guru

 

Rupanya para leluhur sudah memahami “law of attraction” dari buku “the Secret” yang terkenal, seorang yang bekerja ikhlas tanpa mengeluh dan selalu bersyukur seperti Bawang Putih akan menarik hal-hal yang sama sehingga dia akhirnya menerima labu berisi emas. Sebaliknya, Bawang Merah yang selalu iri dan menyusahkan orang lain menarik hal-hal yang sejenis sehingga akhirnya mendapatkan labu berisi hewan-hewan berbisa.

 

Bawang Putih yang suka menolong orang, maka dia juga ditolong para penggembala kuda dan sapi dan juga sang nenek tua.

 

Sang remaja putri berkata kepada ibunya, “Terima kasih Bunda, apakah Bunda juga memaknai sang nenek tua sebagai Sang Guru, yang memandu Bawang Putih menjalani kehidupannya? Kenapa dia membiarkan Bawang Merah memetik labu terbesar yang berisi hewan-hewan berbisa?” “Apakah Guru pun datang karena kumpulan kebaikan diri, sehingga Keberadaan mengutus memandu kehidupan?”

 

“Benar anakku, kumpulan kebaikan yang dilakukan Bawang Putih, menyebabkan datangnya Guru dalam kehidupannya. Guru yang memberikan kebahagian sejati dan membebaskan dari penderitaan di dunia.”

 

Guru sekadar memberikan hak seorang murid, seorang murid mempunyai benih potensi keilahian dalam diri dan sang guru memandunya. Bagi Bawang Merah dan ibunya, “mungkin”, kami sampaikan “mungkin” lebih baik demikian. Daripada hidup semakin lama, maka menumpuknya ketidakbaikan juga semakin banyak. Apalagi di akhir hayatnya sempat meminta maaf dan memperbaiki kelakuan, maka dalam kehidupan selanjutnya, sambil menerima hukum sebab-akibat, mereka akan bertindak penuh kesadaran dan tidak mau terpeleset lagi dalam ketidakbaikan.

 

Sang ibu berkata, “Putriku, dalam diri kita, karakter-karakter ayahanda Bawang Putih, Ibu Bawang Merah, Bawang Merah, Bawang Putih, paman-paman penggembala dan sang nenek tua juga ada potensinya. Dan coba ingat nyanyian tadi, lagu, tembang melatih rasa kita sehingga kita menjadi lembut.

 

“Putriku, Bunda melihat masyarakat Indonesia telah mulai ingat potensi kebesaran dalam dirinya. Perhatikan hampir dalam semua kisah para pemain utama hidupnya disia-siakan, dihina, akan tetapi dia menemukan kemuliaan di akhir cerita. Pemahaman ini telah tersimpan dalam DNA bangsa kita dan sekarang mulai tersingkap, coba lihat kasus Pritasari dan Bibit-Candra. Masyarakat kita bersimpati terhadap orang tak bersalah yang menerima tindakan semena-mena dari mereka yang sedang berkuasa. Ini adalah tanda-tanda kebangkitan nurani pada bangsa kita. Perhatikan pakaian tradisional seperti batik yang menjadi pakaian resmi, dan banyaknya acara budaya di stasiun televisi. Ini adalah tanda-tanda kebangkitan budaya bangsa kita.”

 

Coba simak ucapan Bapak Anand Krishna dalam buku INDONESIA BARU:

Dari tempatku ini – di mana aku berada – aku dapat melihat Indonesia yang akan datang, Indonesia Baru! Aku dapat melihat setiap bangunan jiwa, setiap struktur ruh yang ada di dalamnya. Barangkali aku tidak akan “memasuki” Indonesia Baru itu bersamamu. Aku tidak khawatir, aku tidak gelisah, aku tidak menyesalinya – karena aku telah “melihatnya!” Kuwariskan “penglihatanku” ini kepadamu, untukmu …

 

Ingat, yang kuwariskan bukanlah sebuah bayangan, bukan sebuah khayalan, bukan sekadar impian – yang kuwariskan adalah sebuah “penglihatan” – a vision! Kutinggalkan untukmu sebuah kepastian: Indonesia Baru, Indonesia Rukun, Indonesia Utuh. *5 Indonesia Baru

 

Terima Kasih Guru. Namaste. Bende Mataram, sembah sujudku bagi Bunda Pertiwi!

 

*1 Masnawi Buku Kelima                     Masnawi Buku Kelima, Bersama Jalaluddin Rumi Menemukan Kebenaran Sejati, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2002.

*2 Saptapadi                                              Sapta Padi Tujuh langkah menuju keluarga bahagia, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2006.

*3 Medis dan Meditasi                          Ilmu Medis  Dan Meditasi Conscious mind, Subconscious mind, Super conscious mind dan No mind, Dialog Anand Krishna dengan Dr. B. Setiawan, One Earth Media, 2004.

*4 Rahasia Alam                                       Rahasia Alam Alam Rahasia, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2003.

*5 Indonesia Baru                        Indonesia  Baru, Anand Krishna, One Earth Media, 2005.

 

Informasi buku silahkan menghubungi

http://booksindonesia.com/id/

Ikut Temu Pembaca Buku-Buku Bapak Anand Krishna?

Setiap Jum’at pukul 19.00 WIB di Jalan Dworowati 33 Kratonan Surakarta.

Situs artikel terkait

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

Desember 2009.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone