January 10, 2010

Dari Terima Kasih Menuju Kasih

Seorang sahabat mengingatkan tentang pesan Guru untuk selalu berterima kasih kepada orang yang telah membantu kita. Ungkapan terima kasih akan mengangkat energi dan meningkatkan kesadaran. Mungkin sahabat tersebut telah melupakan nasehatnya yang disampaikannya di depan para sahabatnya, akan tetapi nasehat tersebut telah mengubah sebuah kehidupan salah satu sahabatnya.

Peluang untuk mengucapkan terima kasih

Selalu saja ada ungkapan terima kasih yang pantas disampaikan kepada seseorang dalam setiap keadaan. Terima kasih kepada seorang pengemudi mobil atau bis yang telah membawa kita selamat dalam perjalanan. Ungkapan  terima kasih tersebut sekaligus mengangkat energi sang pengemudi yang merasa dimanusiakan. Dan peningkatan energi sang pengemudi pada akhirnya akan mempunyai efek balik yang meningkatkan energi kita. Ungkapan terima kasih yang tulus memberikan energi kasih yang dapat dirasakan sang penerima ungkapan dan otomatis akan kembali kepada sang pemberi dengan energi kasih pula.

Rasa terima kasih perlu diungkapkan kepada panitia yang menyelenggarakan suatu acara apalagi sebuah acara spiritual, sehingga kita telah dapat menerima manfaatnya. Kemudian ilmu pengetahuan yang diperoleh pun akan mantap dan mengangkat diri kita. Seandainya kita percaya bahwa ilmu pengetahuan itu sosok yang hidup, “dia” pun merasa dihargai kala kita mengungkapkan rasa terima kasih kepada sang pemberi. Berterima kasih kepada seorang penulis buku sebelum dan sesudah membaca buku adalah penting karena kita telah mengakses pengetahuannya. Rasa penghargaan yang tulus kepada sang penulis dan pengetahuannya otomatis akan kembali kepada kita.

Kita paham bahwa ungkapan terima kasih dari dua orang bersahabat yang saling mengasihi mempunyai pengaruh energi yang luar biasa.

Orang yang cukup peka terhadap energi dapat secara langsung merasakan bila ada yang berusaha untuk menarik energinya. Ia akan menjauhi orang itu, karena berada dekat orang itu akan menimbulkan friksi yang tak berguna. Sebaliknya dua orang yang saling mencintai tidak perlu saling memanipulasi. Interaksi antara keduanya berjalan sendiri tanpa tarik menarik. Keduanya merasa lebih segar karena keduanya memperoleh suatu energi. Dalam satu kelompok di mana 10 atau 20 orang saling mencintai, interaksi energi yang terjadi sedemikian dahsyatnya sehingga dalam radius 6 hingga 60 kilometer, setiap makhluk dapat merasakan getaran-getaran cinta. Apalagi jika jumlah orang yang saling mencintai dan mengasihi itu mencapai 100; getaran energi berlipat ganda dan menyebar hingga radius ribuan kilometer. *1 Fear Management halaman 47

Rasa terima kasih perlu diungkapkan kepada Guru yang memberikan pandangan baru tentang kehidupan dan memandu dalam perjalanan kehidupan kita.  Alam semesta telah memberikan makanan, air dan oksigen yang memberi kehidupan, memberikan fasilitas untuk hidup nyaman, dan bahkan mempertemukan dengan seorang Guru. Terima kasih kepada alam perlu diungkapkan dengan menjaga kelestariannya. Sebuah ungkapan terima kasih mestinya tidak hanya dengan kata-kata tetapi dengan tindakan nyata melayani dan berbagi.

Sri Krishna bersabda: “Apabila kau menjaga kelestarian alam sebagai persembahan, kekuatan-kekuatan alam ini pun akan memberimu, apa yang kau inginkan. Sebenarnya, ia yang menikmati pemberian alam, tanpa mengembalikan sesuatu, ibarat seorang maling.”  *2 Bhagavad Gita halaman 162

Lapisan energi di dalam tubuh kita memperoleh suplai energi dari alam sekitar kita. Energi itu tidak diperoleh lewat kedua lubang hidung dan mulut saja. Sesungguhnya kita bernapas lewat setiap pori-pori pada lapisan kulit teratas. Kita memperoleh energi lewat kedua mata kita, kedua telinga, lewat setiap lubang, setiap pembukaan yang ada pada tubuh kita. Lewat lubang-lubang kecil dan besar itu, kita senantiasa berinteraksi dengan Alam Semesta. *1 Fear Management halaman 44

Terima kasih kepada orang tua, almarhum orang tua dan para leluhur

Pada waktu kita masih kecil, kita sering melihat orang tua kita diberi hadiah makanan oleh tetangga dan beberapa hari kemudian orang tua kita gantian memberi hadiah kepada tetangga tersebut. Suasana penuh kasih tersebut membuat hubungan kita dengan anak-anak para tetangga  berjalan harmonis.

Kita mempunyai tubuh yang lengkap dan pikiran yang sehat, pendidikan yang baik, semuanya atas jasa orang tua. Dan, orang tua adalah perpanjangan keluarga dari para leluhur kita. Diri kita membawa warisan DNA dari para leluhur kita. Keberadaan kita tidak langsung ada dan “take it for granted”. Kita mempunyai hutang dengan para leluhur kita, sehingga kita perlu berterima kasih kepada mereka.

Fisik leluhur boleh mati dan didaur ulang kembali kepada elemen alami. Akan tetapi “mind” mereka tidak mati dan tak ada salahnya berterima kasih kepada mereka.

 

Leluhur adalah gumpalan energi, gugusan pikiran atau mind yang “sudah tidak berwujud”, mereka yang telah mendahului kita. Dan energi tidak pernah mati. Hanya berubah bentuk, beralih wujud. Mereka sedang menunggu giliran untuk berwujud “kembali”. Selama berada di alam transisi, dalam bentuk mind atau gugusan pikiran, mereka pun butuh makanan yang bisa membantu evolusi mereka. “Energi Kasih” adalah makanan utama. Tradisi-tradisi kuno menganjurkan persembahan atau offering bagi para leluhur. Apa yang Anda persembahkan tidak penting. Yang penting adalah niat Anda. Rasa serta kasih di balik persembahan itu. Ketika Anda memasak atau mempersembahkan bubur atau kue kesukaan orang tua yang sudah wafat, timbul energi dari rasa kasih, rasa rindu terhadapnya. Bubur dan kue persembahan tidak penting. Yang penting adalah energi dari rasa kasih yang timbul saat memasak atau mempersembahkan. Mereka yang “tidak tahu” akan mencap Anda sebagai pemuja leluhur. Tidak perlu menanggapi mereka. Untuk apa? *3 Narada Bhakti Sutra halaman 282

Tubuh kita adalah contoh perwujudan kasih yang baik

Ada yang menyebut setiap kilogram tubuh mengandung kira-kira satu trilyun sel tubuh. Setiap sel tubuh adalah satu unit kehidupan sendiri, meskipun juga terikat dalam sistem jaringan organisasi tubuh.  Setiap sel lahir, berkembang, membutuhkan makanan dan oksigen, melaksanakan tugas tertentu dan akhirnya tua dan mati. Selanjutnya, akan ada sel baru yang lahir menggantikannya. 

Sebagai contoh dapat diperhatikan kehidupan sel-sel darah putih. Mereka rata-rata hidup sekitar tiga bulan, walaupun kalau ada virus jahat mereka berperang dan mati muda, lebih cepat mati dari yang seharusnya. Sel-sel darah putih begitu cerdas, tahu yang mana virus kesehatan yang menjadi teman, dan virus mana yang jahat yang harus diperangi. Mereka tidak takut mati dalam melindungi tubuhku. Kasihnya terhadap seluruh jaringan tubuh luar biasa. Sekelompok sel darah putih belum pernah melakukan aksi mogok, melakukan demo yang dapat mengakibatkan virus terlemah dengan mudah menghancurkan tubuh. Sudahkah kita berterima kasih kepada seluruh sela dalam tubuh kita? Dr. Masaru Emoto membuktikan ungkapan rasa kasih terhadap air, yang dalam hal ini air dalam kandungan setiap sel , akan direspon positif dengan membentuk kristal hexagonal yang indah.

Informasi rasa manis dalam lidah sampai ke otak melalui barisan ribuan sel syaraf yang bersedia ber”estafet” mengantarkan informasi. Sel-sel dalam tubuh memahami tugas sel-sel yang lain, saling membantu, bekerjasama penuh kasih. Dalam satu tahun, hampir seluruh sel, sekitar 98% sel tubuh terbaharui. Jadi sampai dengan saat ini sudah berapa trilyun sel yang sudah lahir dan mati demi tubuh kita? Pernahkah kita berterima kasih pada mereka?

Mereka paham tentang ”blueprint” bagi kehidupan mereka. Mereka bekerja dengan tulus penuh kasih. Mereka tidak mementingkan diri, mereka mempunyai tujuan yang lebih tinggi. Kita lahir sebagai manusia apakah kita sadar “blueprint” seorang manusia. Mengapa kita memuaskan instink-instink “raksasa” dan sering mengabaikan rasa kemanusiaan kita? Rasa manusiawi kita sering terpinggirkan karena nafsu keserakahan “raksasa” yang belum terkendalikan di dalam diri. Mengapa kita hidup raksasawi dan belum manusiawi?

Setiap sel sadar bahwa dia merupakan satu unit dari jaringan tubuh yang lebih besar. Mengapa kita melupakan bahwa kita merupakan satu unit dari jaringan umat manusia. Seperti halnya bumi adalah bagian dari jaringan matahari dan matahari adalah bagian jaringan dari galaksi. Hanya sel kanker yang merasa berdiri sendiri dan tidak peduli dengan jaringan tubuh lainnya. Apakah kita ingin sebagai kanker dalam jaringan umat manusia?

Kasih alam kepada manusia

Ayam bertelur sebutir setiap hari, dan tidak semuanya dipergunakan untuk meneruskan kelangsungan jenisnya. Sapi juga memproduksi susu melebihi kebutuhan untuk anak-anaknya. Padi di sawah menghasilkan butir-butir gabah yang jauh melebihi kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan kelompoknya. Pohon mangga juga menghasilkan buah mangga yang jauh lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengembangkan jenisnya. Pohon singkong memberikan pucuk daunnya untuk dimakan manusia, akar ubinya pun juga dipersembahkan, mereka menumbuhkan singkong generasi baru dari sisa batang yang dibuang.

Sifat alamiah alam adalah penuh kasih terhadap makhluk lainnya. Lebih banyak memberi kepada makhluk lainnya. Sikap yang memikirkan kepentingan orang lain selaras dengan alam. Mengapa kita tidak terketuk dengan penderitaan orang lain? Egolah yang membuat manusia lebih mementingkan dirinya sendiri. Dan ego adalah tindakan yang tidak selaras dengan alam yang penuh kasih terhadap sesama.

Ajaran Astabrata dari Sri Rama kepada Wibisana pada hakikatnya adalah pelajaran bagi manusia agar meneladani tindakan alam. Rama memberi nasehat kepada Wibisana, agar: 1. Meniru sifat Matahari yang memancarkan sinarnya tanpa pernah berhenti. Segalanya makluk diberi penerangan dan energinya; 2. Mencontoh sifat Bulan. Sebagai planet pengiring matahari, bulan bersinar dikala gelap malam tiba. Memberikan suasana tenteram dan teduh ketika makhluk yang berada dalam kegelapan batin; 3. Meneladani sifat Bintang. Dari jauh menghiasi langit di kegelapan malam hari, dan menjadi kiblat bagi semua orang; 4. Mendalami sifat Mendung. Seakan-akan menakutkan tetapi menghasilkan hujan yang merupakan berkah serta sumber penghidupan bagi semua makluk hidup; 5. Mempraktekkan sifat Bumi yang sentosa, suci, pemurah dan memberi segala kebutuhan yang diperlukan makhluk yang hidup diatasnya; 6.Bersifat layaknya Samudera yang luas, tidak pernah menolak apapun yang datang memasukinya, menampung sampah apa saja; 7. Melaksanakan sifat Api yang panas membara, yang berkobar dan membakar apa saja tanpa pandang bulu, tetapi juga sangat diperlukan dalam kehidupan; 8. bertindak seperti Angin yang meskipun tidak tampak tetapi dapat dirasakan berhembus tanpa henti, merata keseluruh penjuru dan tempat.

Ke delapan unsur alam tersebut semuanya bertindak sesuai kodratnya, tidak ada konflik ego dalam diri mereka. Mereka betul-betul contoh nyata dalam bertindak penuh kasih, sibuk bekerja menuruti dharmanya. Inilah contoh dari alam semesta yang bersifat altruistis, bersifat kasih, hanya memberi, tanpa membeda-bedakan, dan tanpa pamrih sedikit pun juga.

Kasih bukan kasihan

Seorang berada memberikan uang sepuluh ribuan kepada pengemis di pinggir jalan, dan sang pengemis merasa sangat berterima kasih. Kemudian muncul rasa keangkuhan dalam diri sang pemberi, aku telah memberi dengan kasih agar pengemis yang kesusahan tersebut bisa bergembira. Betulkah itu didorong rasa kasih?

 

Ada perbedaan yang jelas sekali antara Kasih dan Kasihan. Kasih adalah sesuatu yang timbul tanpa alasan. Tidak ada logika, tidak ada matematika, tidak ada kalkulasi. Kasih juga bukan filsafat. Kasih berada di atas segalanya. Apa yang akan dilakukan bukan karena kasih, tetapi karena kasihan. Dalam Rasa Kasihan, ego kita, keangkuhan kita masih tetap ada. Kita memberikan sedekah kepada fakir miskin. Ini bukan Kasih – kita hanya tergerak karena rasa kasihan. Sewaktu memberikan sedekah pun keangkuhan kita tetap ada: Aku yang memberikan sedekah, membantu pembangunan tempat ibadah, yang melayani mereka yang susah. Di mana-mana Anda akan menemukan ‘aku’ atau keangkuhan, Kasih tidak akan pernah ada. Kasih belum bisa muncul. Kasih adalah pelepasan keangkuhan. Begitu ‘aku’ terlepaskan, Kasih pun muncul. *2 Bhagavad Gita halaman 37

 Terima Kasih Guru, semoga kesadaran Guru memancar ke seluruh umat manusia. Terima kasih sahabat-sahabatku, Salam Love, Peace and Harmony!

*1 Fear Management                  Fear Management, Mengelola Ketakutan, Memacu Evolusi Diri, Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.

*2 Bhagavad Gita        Bhagavad Gita Bagi Orang Modern, Menyelami Misteri Kehidupan, Gramedia Pustaka Utama, 2002.

*3 Narada Bhakti Sutra                        Narada Bhakti Sutra, Menggapai Cinta Tak Bersyarat dan Tak Terbatas, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Informasi buku silahkan menghubungi

http://booksindonesia.com/id/

Situs artikel terkait

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

Januari 2010.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone