February 3, 2010

Pendengar Yang Bersemangat, Belajar Dari Hanuman

Mendiang kakek kami pernah memberi nasehat agar kami membedakan antara “krungu” atau mendengar dan “ngrungokake” atau mendengarkan. Mendengarkan bersifat aktif, lebih terfokus dan hasilnya menjadi lebih baik. Dalam perjalanan kehidupan, kami mendapatkan pemahaman bahwa walaupun sama-sama mendengarkan dengan fokus, hasilnya juga tergantung macam semangatnya. Ada yang bersemangat mendengarkan untuk mencari pembenaran bagi hasrat keinginannya dan ada pula yang bersemangat untuk menerima secara utuh, dan hasilnya berbeda. Dalam buku *1 the Hanuman Factor, Hanuman menjadi pendengar yang bersemangat berdasar “trust” terhadap Sang Pembicara, Sri Rama. Sebuah cara mendengar yang lebih dalam lagi. Luar biasa!

Fokus

Seekor kelelawar ditempatkan di sebuah ruangan yang gelap gulita dan pada satu sudut ruangan ditempatkan seekor lalat. Begitu lalat terbang, kelelawar bergerak langsung menangkap lalat tersebut.

Kemudian dalam kamar tersebut diletakkan beberapa ulat bulu dan ditutup selembar koran. Ternyata saat kelelawar dimasukkan ruangan dia juga langsung terbang menuju koran dan mengangkatnya untuk menangkap ulat bulu tersebut.

Selanjutnya kelelawar tersebut dimasukkan dalam lorong gelap dengan banyak sekat dan tiap sekat hanya diberi satu lubang sebesar tubuh kelelawar dengan posisi berbeda. Pada ujung yang lain ditempatkan sekelompok kupu-kupu. Sangat menakjubkan, begitu cepatnya kelelawar menangkap kupu-kupu mangsanya. Demikianlah kekuatan fokus kelelawar dalam mendengarkan sesuatu yang menjadi perhatiannya.

Walaupun demikian, kecepatan suara sekitar 344 m/detik masih kalah jauh dibandingkan kecepatan cahaya sekitar 300 km/detik. Selanjutnya kecepatan cahaya masih kalah cepat dengan kecepatan pikiran dan kecepatan pikiran pun masih kalah dengan kecepatan kesadaran.

Misalkan saya melontarkan cacian kepada Anda, yang terdengar jelas oleh setiap orang yang berada di sekitar saya. Artinya electric impulse “pikiran” saya sudah berubah menjadi gelombang radio, “suara” dan dapat didengar dan dipahami orang sekeliling saya. Anda tidak “mendengar”-nya, karena Anda tidak berada di sekitar saya. Akan tetapi sesungguhnya Anda tetap “mendengar”-nya dengan cara lain. Radio waves atau gelombang radio adalah energi dan energi tidak pernah musnah. Radio waves yang telah “menjelma” menjadi suara memang sangat singkat “masa hidupnya” sebagai suara, namun ia tidak mati. la berubah kembali menjadi radio waves dan menuju sasarannya di mana pun sasaran itu (dalam hal ini Anda) berada. * 2 Neo Psyhic Awareness

Kita tidak paham cara men-‘decoding’-nya, tetapi kita dapat merasakan adanya gelombang yang tidak menyenangkan ketika seseorang mencaci kita dari kejauhan.

Seorang filsuf Islam abad pertengahan bernama Averroes (1128-1198) menulis bahwa meskipun kita memiliki raga yang terpisah, pikiran kita tidaklah terpisah. Ia meyakini bahwa kita ini “menyerupai sebuah tumbuhan air yang batang-batangnya menyembul ke permukaan, namun menyatu pada akar tunggal utama di bawah air.”

Bila kelelawar pendengarannya terfokus pada suara yang menjadi perhatiannya, Hanuman pendengarannya terfokus pada gelombang pikiran Sri Rama. Karena kecintaannya, Hanuman sangat fokus pada Sri Rama, dia dapat mendengarkan pikiran Sri Rama. Setiap menghadapi masalah seakan-akan dia dapat kontak dengan Sri Rama karena berada satu gelombang dengan Sri Rama, sehingga setiap tindakannya sesuai dengan pikiran Sri Rama.

Pendengar yang baik

Manusia jauh lebih kompleks dibanding kelelawar, proses pendengaran kita bisa terganggu oleh hal-hal internal, seperti keinginan mau bicara yang membuat mendengarkan dengan tidak maksimal.

Jadilah seorang pendengar yang baik! Selama ini kita terlalu banyak bicara. Energi kita mengalir ke luar terus-menerus. Memperhatikan orang lain melulu, sehingga diri sendiri tidak terurus, sehingga suara nurani dan ilham pun tak terdengar. Kita lupa meniti jalan ke dalam diri. *3 Masnawi Buku Kelima halaman 107

Air hujan dari langit sama-sama membasahi puncak bukit dan lembah, akan tetapi lembah lebih subur daripada puncak bukit. Lembah sangat reseptif terhadap air hujan. Lembah bersifat feminin, menerima sedangkan bukit mempunyai bawaan menonjol. Mendengarkan dengan penuh perhatian adalah tindakan yang bersifat terbuka, reseptif yang akan menghasilkan kualitas baik karena selaras dengan alam.

Dengarlah lebih banyak, berbicara lebih sedikit. Anatomi tubuh Anda membuktikan hal ini. Anda mempunyai dua telinga, dan hanya satu mulut. Kita tidak mempunyai satu telinga di tengah wajah kita dan dua mulut di samping. Bayangkan apabila demikian, betapa lucunya kita! Lagi pula fakta-fakta berikut ini patut kita perhatikan: telinga tidak punya penutup dan sebelum kita berbicara, kata-kata kita harus melewati dua pagar yaitu gigi kita dan bibir kita. Jadi, sebelum berbicara seyogyanya kita pikirkan dulu dua kali. *4 Damai dan Ceria halaman 93

Keinginan berbicara menyebabkan kita tidak dapat mendengarkan dengan maksimal.

Jangan lupa, kata-kata yang telah diucapkan tidak dapat ditarik kembali. Jadilah pendengar yang baik. Dengarlah dengan hati Anda, dan bukan hanya dengan telinga saja. Mendengar lebih baik daripada berbicara; diam lebih baik daripada nyerocos bicara. Seorang pujangga wanita dari India selatan, Avaatar, selalu berdoa, “Oh Tuhan apa yang terjadi pada diri saya? Berbicara terus seolah-olah tubuh saya penuh dengan mulut. Kapan saya dapat diam dan merasakan keheningan batin saya sendiri?” *4 Damai dan Ceria halaman 95

Mendengarkan seseorang berkaitan dengan tindakan pengendalian diri agar lebih terfokus. Walaupun demikian, mendengarkan untuk mencari tindakan pembenaran dilakukan berdasarkan pola pikiran si pendengar. Sedangkan mendengarkan dengan sepenuh hati berusaha memahami pola pikiran sang pembicara. Karena mendengarkan dengan pola pikiran sendiri, maka seseorang gemar menyela pembicaraan.

Belajarlah untuk Menjadi Pendengar yang Baik. Apabila Anda ingin mengembangkan jiwa pengertian, Anda harus membiarkan orang lain untuk berbicara sepuasnya. Jangan menginterupsi dia, sewaktu ia masih berbicara. Anda dapat merasakan betapa gelisahnya Anda, apabila ada yang menginterupsi Anda sewaktu Anda sedang bicara. Dalam rapat-rapat komite, saya sering mendengar kata-kata, “Biarkan saya selesai dulu.” *4 Damai dan Ceria halaman 93

Saya teringat kata-kata Sadhu Vaswani, “Bagaimana akan terwujud perdamaian dunia apabila hati manusia merupakan gunung berapi?” Ya, bagaimana akan damai kalau kita ini siap meledak dan memuntahkan lahar panas? Kekeringan yang paling membahayakan di dunia ini adalah kekeringan akan pengertian. Tidak ada pengertian antar manusia. Setiap saat kita mendengar keluhan, “Mengapa kau tidak memahami aku? *4 Damai dan Ceria halaman 84

Abu Bakar mendengar suara Muhammad, dan memahaminya, maka dia menemukan Kebenaran. Abu Jahl juga mendengar suara Muhammad, tetapi tidak memahaminya, maka dia tidak menemukan kebenaran, padahal sudah ratusan tanda yang diperlihatkan kepadanya. *5 Masnawi Buku Kedua halaman 185

Sekadar pemahaman tidak akan membantu kita. Tidak akan terjadi perkembangan jiwa dalam diri kita. Sekadar pemahaman bahkan bisa mengelabui kita. Kita pikir sudah paham, ya sudah cukup, lantas kita duduk diam kita lupa melakoni apa yang kita pahami. Sekadar pemahaman sangat berbahaya, karena kita bisa tertipu olehnya. Pemahaman tanpa laku, tanpa penghayatan, tidak bermakna sama sekali, tidak berarti sama sekali. Apa yang kita baca, apa yang kita pahami, harus kita lakoni pula. *4 Damai dan Ceria halaman 183

Hanuman tidak hanya memahami ucapan Sri Rama, dia pun melakoninya. Sri Rama telah menanam benih kesadaran pada diri Hanuman. Hanuman telah membabat habis seluruh tanaman rumput egonya, maka yang tersisa hanyalah tanaman kesadaran Sri Rama. Hanuman bertindak atas tanaman kesadaran Sri Rama bukan bertindak atas pemikiran egonya.

Hanuman

Pada suatu hari Rama bertanya kepada Hanuman, “Bagaimana caranya kamu memusatkan perhatian padaku?” Hanuman menjawab, “pada lapisan fisik, Gusti adalah master kami dan kami adalah hamba-Mu. Pada lapisan mental, kami adalah percikan sinar keilahian dari Gusti. Pada lapisan Atmik, Gusti dan kami adalah satu.”

Kira-kira demikian pula jawaban seorang Sufi kepada Murshidnya.

Jiwa Sufi adalah jiwa universal, jiwa Tuhan. Bangkitnya jiwa semacam itu berarti juga kebangkitan ketuhanan di dalam diri. *6 The Gospel of MJ halaman 14

Sufi adalah mahluk-mahluk yang sudah bertransformasi. Mungkin mirip kita, tetapi tidaklah sama dengan kita. Mereka berbeda. Kita mengidentifikasikan diri dengan masyarakat, akademi, institusi, agama, dan hal lainnya. Kita mengidentifikasikan diri kita dengan benda, materi. Para Sufi mengidentifikasikan diri dengan dengan hal-hal di luar jangkauan materi, esensi materi yaitu energi murni. Kita hidup dalam kotak-kotak sosial. Para Sufi hidup di luar kotak-kotak tersebut. Kita takut hidup di luar kotak kecil kita. Para Sufi malah akan sesak nafas di dalam kotak-kotak itu. *6 The Gospel of MJ halaman 18

Senang dengan jawaban Hanuman, Sri Rama menghadiahi Hanuman seuntai kalung mutiara, pemberian Raja Janaka kepada Sita pada saat pernikahan mereka. Hanuman memegang kalung berharga ini dengan tangannya, mulai melepaskan mutiara-mutiara dari kalungnya dan mendekatkannya pada telinganya. Setelah beberapa saat dia menggigit setiap mutiara dan melemparkannya.

Sita heran melihat kelakuan Hanuman dan dan berpikir Hanuman belum lepas dari kebiasaan seekor kera. Sri Rama dapat memahami tindakan Hanuman, dan agar Sita dapat mengerti, Sri Rama bertanya kepada Hanuman mengapa dia melakukan hal tersebut.

Hanuman menjawab, “ O Gusti, kami meneliti apakah saya dapat mendengar Nama Gusti pada mutiara-mutiara tersebut. Mutiara tersebut tidak lebih berharga dari batu apabila tak ada nama Gusti di dalamnya. Mendengar jawaban Hanuman, Sri Rama memeluknya dengan penuh haru. Ram…..Ram….Ram. Ram….. Allah, seperti nama kota di Timur Tengah……

Para Suci berbicara kepada murid-muridnya bahwa mereka tidak akan memberikan permata berharga kepada babi dan anjing yang dungu, yang lebih memilih makanan basi daripada mutiara. Hanya manusia yang bisa memahami bahwa mutiara itu jauh lebih berharga daripada makanan paling lezat. Hanuman diberi kalung mutiara oleh Sri Rama, akan tetapi dia tidak menyukainya, karena dia tidak mendengar ada suara Sri Rama dalam mutiara tersebut. Hanuman begitu mencintai Sri Rama. Sama-sama tidak menyukai mutiara akan tetapi alasan babi dan anjing dengan hanuman sangat berbeda.

Pada waktu Hanuman ditugasi membawa pesan kepada Sita di Alengka, Hanuman mohon diberikan bukti bahwa dia benar-benar Utusan Sri Rama. Sri Rama memberikan cincinnya untuk diberikan kepada Sita sebagai bukti. Konon Hanuman menjaga pesan tersebut dengan hati-hati dan cincin tersebut disimpan dalam mulutnya. Selama dalam perjalanan dan belum bertemu Sita dia membisu, tidak bicara dan hanya menggunakan telinga dan matanya untuk mencari Sita.

Mungkin kita tidak sadar bahwa kita pun sedang berada dalam “cengkeraman dunia Alengka” seperti halnya Sita. Mungkin Hanuman, “Duta Besar” kita sudah datang kepada kita membawa bukti keilahian dan kita tidak menyambutnya, karena kita nyaman berada di Alengka. Sita pernah bersama-sama Gusti hidup di hutan Dandaka, dan karena hasratnya pada kijang kencana duniawi, dia menjadi tawanan Rahwana-Ego. Tetapi Sita selalu ingat kepada Gusti dan ingin kembali ke Gusti. Sedangkan kita telah melupakan Gusti.

Sering kali, seorang duta besar tidak akan turun tangan sendiri untuk memberi informasi tentang negerinya. Dia akan menggunakan media cetak dan media elektronik untuk menyampaikan berbagai informasi. Lalu berkat informasi yang disampaikan duta besar itu, anda tertarik untuk mengunjungi negerinya. Langsung membeli tiket dan jalan sendiri. Tampaknya , anda tidak menggunakan jasa kedutaan. Apabila negeri itu tidak mengharuskan anda memiliki visa. Tetapi, sesungguhnya ketertarikan anda terhadap negeri itu sudah membuktikan adanya ”tangan” sang duta besar yang sedang bekerja dibalik layar. Kalau anda berjalan sendiri dan sampai ditujuan dengan selamat, itupun berkat bantuan para pir. Demikin menurut Rumi… *7 Masnawi satu halaman 237

Setelah menyampaikan pesan Sri Rama kepada Sita di Alengka, Hanuman mohon diri dan mohon blessing dari Sita sebelum kembali ke tempat Sri Rama. Sita mendoakan, “Hanuman yang perkasa, bijak dan terampil, Semoga Hanuman tidak pernah menjadi tua.” Melihat Hanuman yang berdiam diri, Sita memberkati, “Semoga hidup abadi!” Hanuman masih diam, sehingga Sita memberkati, “ Semoga penghuni tiga dunia memujamu!” Hanuman malu mendengar pujian tersebut dan dia menundukkan kepala semakin dalam. Kemudian Sita memberkati lagi, “Semoga Sri Rama selalu mencintaimu!” Hanuman berbahagia dan berkata, “Hamba harus layak dicintai Sri Rama. Hidup tanpa cinta Sri Rama seperti halnya limbah buangan. Satu-satunya hal yang hamba inginkan adalah Cinta Sri Rama.”

Cinta itulah ibadah, Cinta itulah Allah… Sungguh ajaib permainan Sang Pangeran. Untuk merasakan Cinta, kulihat Cinta itu sendiri berwujud menjadi Pecinta. *8 Ishq Allah halaman 14

Cinta atau tresno dalam salah satu bahasa Nusantara, seharusnya membangkitkan, selalu membangunkan-tidak menjatuhkan. Ya cinta membangkitkan, membangunkan. Cinta tidak pernah menjatuhkan. “Jatuh cinta“ bukanlah cinta. Karena itu, bangkitlah dalam cinta!  *9 Saptapadi halaman 9

Hanuman tidak berkepentingan dengan Sita kecuali kepentingannya untuk menyenangkan Sri Rama. Fokusnya adalah Sri Rama. Demikian juga Hanuman telah datang kepada kita atas perintah Sri Rama untuk menyelamatkan kita, hanya kita tidak menghargainya.

Kami bayangkan apabila Hanuman dalam diri bangkit dalam dada putra-putri Ibu Pertiwi, dia akan mencintai kitab-kitab para suci, kitab-kitab tulisan “Sri Rama”. Karena kitab-kitab suci adalah surat cinta “Sri Rama” kepada kita.

Saat mengaji, membaca kitab suci, melakukan paath atau pengulangan sebagaimana disebut dalam bahasa Sindhi, saya ingatkan diri saya, janganlah engkau membacanya seperti novel. Janganlah engkau membaca kitab suci hanya karena ingin tahu cerita yang ada di dalamnya. Janganlah engkau tergesa-gesa, terburu-buru, hanya karena ingin tahu akhir cerita. Bacalah seperti engkau membaca surat cinta. *2 Neo Psyhic Awareness halaman 70

Terima kasih Hanuman, Terima Kasih Guru, semoga kesadaran-Mu merasuki dada putra-putri Ibu Pertiwi. Namaste.

*1 the Hanuman Factor                The Hanuman Factor, Life Lessons from the Most Successful Spiritual CEO, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2010.

* 2 Neo Psyhic Awareness             Neo Psyhic Awareness, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2005.

*3 Masnawi Buku Kelima              Masnawi Buku Kelima, Bersama Jalaluddin Rumi Menemukan Kebenaran Sejati, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2002.              

*4 Damai dan Ceria      Bersama J.P Vaswani HIDUP DAMAI & CERIA, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2002.

*5 Masnawi Buku Kedua               Masnawi Buku Kedua Bersama Jalaluddin Rumi Memasuki Pintu Gerbang Kebenaran, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2000.

*6 The Gospel of MJ     The Gospel Of Michael Jackson, Anand Krishna, Anand Krishna Global Co-Operation bekerja sama dengan Yayasan Anand Ashram, 2009.

*7 Masnawi satu         Masnawi Buku Kesatu, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai, Anand Krishna,PT Gramedia Pustaka Utama,2001.

*8 Ishq Allah               Ishq Allah Terlampauinya Batas Kewarasan Duniawi & Lahirnya Cinta Ilahi, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2005.

*9 Saptapadi               Saptapadi Tujuh langkah menuju keluarga bahagia, Anand Krishna, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006.

Sudah lengkapkah Perpustakaan Anda dengan Buku-Buku Bapak Anand Krishna?

“Enak dibaca, perlu dihayati dan layak dipraktekkan”

Informasi buku silahkan menghubungi

http://booksindonesia.com/id/

 

Situs artikel terkait

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

Februari 2010.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone