April 25, 2010

Tayangan Televisi, Pengaruh Terhadap Mind dan Genetika Sebuah Bangsa

Sepasang suami istri setengah baya sedang membolak-balik sebuah blog lewat laptop yang terhubungkan dengan dunia maya. Sampailah mereka pada artikel puisi yang ditulis sang suami pada bulan Januari 2009. Kemudian mereka membacanya bak muda-mudi berbalas pantun.

Sang Istri: Ada ajaran yang paling cepat berkembang di dunia. Kitabnya menjelaskan seluruh kegiatan manusia. Ibadah tak dibatasi, sehari bisa berapa saja. Ajaran baru berkembang pesat di semua bangsa. Kuil ibadah begitu banyak, sampai di pelosok-pelosok desa. Milyaran pengikut dicerahkan dengan berbagai macam ilmu. Sabda diulang-ulang, tetapi pengikut tak pernah jemu. Repetitif intensif di setiap waktu. Seluruh pengikut setia melakukan tanpa ragu. Para pengikut khusuk menyimak. Keceriaan dan kepuasan selalu nampak. Mendengar sabda yang membuat terhenyak. Berjam-jam berlalu tanpa beranjak. Sabda Guru begitu memukaunya. Bahkan semua peralatan rumah tangga. Bahkan nasehat tentang peralatan pribadi manusia. Tawaran pisau cukur sampai shampo pun dipatuhinya.

Sang Suami: Ajaran terkini dibawa televisi berwarna. Ajaran yang penuh kuasa. Meresap merasuk ke dalam kepala. Mengabaikan bisikan nurani nan mulia. Media berkekuatan dahsyat mendikte perilaku pemirsa . Jutaan pemirsa yang pasif, patuh terhadap apa yang disampaikannya. Begitu kharismatis sabdanya. Listrik mati teramat sangat kecewa. Masyarakat yang menganggur dan depresi. Yang kesepian terasing dalam galau dunia penuh materi. Kriminalitas menjadi santapan sehari-hari. Cerita tentang kejahatan dikunyah dan dinikmati. Lebih menarik berita tentang “Adharma”. Rating, sharing, perhitungan komersial dasar pertimbangannya. Luar biasa. Ajarannya mengikuti kecenderungan para pecinta. Kekuatan penentu adalah pasar pemirsa . Semua ajaran justru menuruti hasrat muridnya.

Sang Istri: Tindakannya sangat tanggap pada minat pengikutnya. Banyak koreksi tindakan, sangat lentur dalam gaya. Kompetisi dengan saingannya terasa nyata. Sangat mengandalkan efisiensi kerja. Selera pasar bisa diciptakan dan diarahkan. Moralitas nilai sering diabaikan. Kehancuran dan imoralitas sosial dianggap bukan tanggungan. Kejadian di ulang-ulang masuk bawah sadar pikiran. Ala Multi Level Marketing hipnotis dilakukan. Akhirnya calon pelanggan menyerah dan masuk jebakan.

Sang Suami: Dalam imitasi perilaku sosial, media masa dapat berperan. Televisi dapat efektif mendorong peniruan. Semoga segera muncul kesadaran. Bertanggung jawab terhadap akibat perbuatan. Tiga pihak sedang memperebutkan makna. Makna pasar, makna masyarakat atau makna negara. Semua pihak lain-lain kepentingannya. Televisi sadar bertanggung jawab pada bangsa. Swasensor, swapilih sudahlah semestinya………….

Sang Istri: Kita di Solo baru saja mengikuti diskusi study-circle buku “Neospirituality & Neuroscience Puncak Evolusi Kemanusiaan”, karya Bapak Anand Krishna & Dr. Bambang Setiawan Ahli Bedah/Bedah Saraf (Neurosurgeon),  terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia, tahun 2010. Kita telah paham bahwa sinap-sinap saraf dalam otak manusia mengantar muatan informasi dari satu sel ke sel yang lain. Jika kita membombardirnya dengan muatan informasi yang melemahkan jiwa manusia, informasi itu pula yang diteruskannya dari sel ke sel bahkan dari orangtua ke anaknya. Sebaliknya, jika kita membombardirnya dengan muatan informasi yang memberdayakan jiwa, informasi itu pula yang diteruskannya.

Sang Suami: Benar isteriku, jika secara tidak sengaja karena ketidaktahuan, ketidaksadaran dan kebodohan di masa lalu kita sudah terlanjur membombardirnya dengan muatan informasi yang tidak baik, memang masih ada kesempatan untuk memperbaikinya. Tinggal dibombardir lagi dengan informasi yang kita hendaki berupa informasi yang dianggap baik. Masalahnya hanya satu. Jika kita sudah sejak lama atau secara turun temurun memiliki sinap-sinap dengan kandungan muatan yang tidak baik maka untuk memperbaikinya dibutuhkan waktu yang cukup lama pula. Ada kalanya dibutuhkan beberapa generasi untuk menghilangkan permusuhan antara dua kelompok atau dua bangsa yang berseteru. Misalnya permasalahan antara Israel dan Palestina…..  Jika pada kehidupan ini, kita menganggap keyakinan kita paling benar dan tidak sadar bahwa hal tersebut hanya merupakan hasil “conditioning” masyarakat  sewaktu balita dan pendidikan selama the golden years, sampai usia 12 tahun, maka sinap-sinap yang hampir permanen akan kita turunkan kepada keturunan kita.

Sang Isteri: Benar suamiku, sesungguhnya kita semua, tanpa kecuali sadar atau tidak, tengah memetik buah dari masa lalu. DNA yang merancang hidup kita saat ini sudah memiliki muatan informasi yang diperolehnya dari gen orangtua kita. Kemudian ditambah dengan apa saja yang kita peroleh dari pengalaman-pengalaman dalam hidup ini sejak usia kanak-kanak atau bahkan sebelumnya. Sedangkan muatan-muatan yang relatif baru adalah muatan-muatan yang tengah dirancang saat ini. Program-program atau rancangan-rancangan baru ini tidak hanya mempengaruhi kita sendiri tetapi kelak akan menentukan sifat genetik anak cucu kita. Mereka akan memperolehnya sebagai warisan sebagaimana kita pun memperolehnya sebagai warisan dari orangtua. Demikian lingkaran genetika ini tak terputuskan kecuali seperti yang telah disampaikan sebelumnya, ada upaya sungguh-sungguh yang intensif untuk memutuskannya dan mengubahnya atau bahkan membentuk lingkaran baru.

Sang Suami: Proses pembombardiran dilakukan dengan cara “pengulangan yang intensif dan terus menerus” atau repetitif and intensif. Cara ini pula yang digunakan oleh para ahli periklanan. Mereka membombardir otak kita dengan berbagai macam informasi tentang apa saja yang diiklankan. Ada beberapa iklan yang mempunyai efek negatif. Iklan dan promosi minuman keras bisa membangkitkan keinginan para remaja untuk mencobanya. Padahal banyak riset membuktikan minuman keras merupakan biang aksi kekerasan dan kriminalitas. Dampaknya juga semakin banyaknya korban berjatuhan karena oplosan. Ada berita Suara Merdeka tanggal 22 April 2010 tentang Pesta Miras di Salatiga. Dinas Kesehatan Kota Salatiga memastikan 225 orang meminum miras racikan Rusmanadi alias Tius (41), warga RT 3 RW 6 Dukuh Karangpete, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir. Dari 225 orang tersebut, 20 orang dipastikan meninggal, 33 orang rawat inap di sejumlah rumah sakit, 154 orang rawat jalan, serta sisanya masih dalam pemeriksaan. Pada berita hari berikutnya korban tewas sudah menjadi 22 orang dari 316 orang korban miras.

Sang Isteri: Iya suamiku, televisi mempengaruhi gaya hidup.  Anak-anak yang menonton televisi secara berlebihan cenderung malas bergerak, pasif muncul gejala kegemukan, kebiasaan makan yang salah, naiknya kolesterol, penyakit pencernaan dan gangguan psikologis. Iklan televisi mempengaruhi sikap pemirsa ibu rumah tangga terhadap produk iklan, demikian juga terhadap anak-anak.  Dikisahkan terjadi seorang anak punya koleksi robot digimon 32 buah. Dia juga mempunyai tiga pasang sepatu bergambar spiderman dengan model sama beda warna. Anak-anak menjadi konsumtif.

Sang Suami: Diperkirakan masih ada stasiun televisi yang tidak menyesuaikan jam tayangnya dengan waktu belajar anak. Hal ini mengakibatkan banyak kegiatan wajib anak, seperti sekolah, tidur siang, maupun belajar, menjadi terganggu karena anak ingin menonton acara televisi. Ada stasiun televisi yang memutar acara anak pada pukul 14.00 saat anak seharunya tidur siang. Ada juga stasiun televisi menyajikan acara anak pada pukul 17.30 sampai 19.30 saat anak seharusnya belajar. Memaksa anak belajar pada jam-jam tayang tersebut juga percuma. Anak menjadi tidak bisa berkonsentrasi karena memikirkan film itu terus.

Sang Isteri: Menurut penelitian banyak faktor yang membuat anak ingin membeli produk yang diiklankan. Faktor tertinggi, 37% karena mereka memang memerlukan produk tersebut , kemudian 32% karena menyukai produk yang diiklankan, selanjutnya 21% karena iklannya menarik, dan 13% karena model pada iklan tersebut.

Sang Suami: Sikap individu dibentuk oleh informasi yang menerpanya. Sehingga sikap seseorang terhadap merek produk tertentu dapat dibentuk melalui terpaan iklan. Sikap tersebut terbentuk melalui tahapan proses mental dalam dirinya, mulai dari pengenalan masalah, timbulnya kebutuhan, dan pembelian produk. Buku “Neospirituality & Neuroscience” menjelaskan bahwa televisi adalah pembombardir supercanggih. Tak henti-hentinya sepanjang hari dan setiap beberapa menit sekali, televisi mengiklankan sekian banyak produk. Dengan cara itu mereka dapat mempengaruhi otak kita dan “memaksa” untuk membeli sesuatu yang sesungguhnya tidak dibutuhkan.

Sang Isteri: Kita pernah menyaksikan iklan tentang peralatan kesehatan dan sebagainya yang biasa mengulangi kalimat-kalimat yang sama hingga puluhan kali dalam beberapa menit? Terasa bodoh, tetapi sebenarnya tidak. Mereka pintar bahkan lick Mereka tahu persis bahwa dengan cara itulah mereka dapat mempengaruhi otak kita dan menanam informasi tentang produk mereka.

Sang Suami: Terus bagaimana dengan tayangan kekerasan, rekayasa mafia, pelbagai rekayasa politik untuk mengalihkan isu? Bukankah hal tersebut akan mempengaruhi otak bangsa kita?………. Membombardir, pengulangan yang intensif secara terus menerus, adalah cara yang sama, ilmu yang sama, metode yang sama yang dapat diterapkan untuk merusak maupun memperbaiki mental kita. Pilihan berada di tangan kita. Jika kita melakukannya sendiri, maka pasti demi kebaikan diri sendiri. Jika kita membiarkan orang lain atau pihak lain melakukannya, maka itu adalah demi kepentingan mereka. Mari kita melakukan yang terbaik secara kolektif bagi bangsa. Setiap orang perlu menyebarkan kesadarannya, demi bangsa tercinta. Semoga………..

Situs artikel terkait

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

April, 2010.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone