Sepasang suami istri sedang bercengkerama membicarakan ketidakjujuran dan ketidakselarasan yang sudah merambah ke seluruh pelosok Nusantara. Sudah menyebar ke semua lapisan masyarakat, baik di bidang pendidikan, di bidang usaha, di eksekutif, di legislatif, di yudikatif, bahkan mass media. Sudah terjadi krisis moral demikian faktanya. Banyak elite bangsa yang tidak peduli masalah negerinya. Mereka mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Bahkan yang cenderung agresif dan destruktif juga ada. Nampaknya telah terabaikan aspek budi pekerti, aspek rohani, aspek “rasa”.
Sang Istri: Alunan musik dapat menyatukan antara pikiran dan rasa. Seseorang yang belum bisa menikmati musik, apalagi yang mengharamkan musik, pertanda dirinya masih keras, belum lembut hatinya. Musik dapat melatih seseorang peka terhadap rasa. Peka terhadap harmoni, keselarasan dan bahkan ketinggian cita rasa.
Sang Suami: Saya ingat buku “Bersama Kahlil Gibran Menyelami ABC Kehidupan”, karya Bapak Anand Krishna, terbitan Gramedia Pustaka Utama. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa, “Sewaktu mendengar lagu atau musik yang indah, tiba-tiba kita merasa terlepaskan dari pikiran, memasuki alam rasa. Begitu memasuki alam rasa, sesungguhnya memasuki alam “spiritual” juga. Keindahan yang menjadi pemicunya. Dan alam spiritual, alam “keagamaan” sesungguhnya tidak ada di luar diri tetapi di dalamnya. Keindahan adalah esensi, intisari setiap agama.”
Sang Istri: Musik adalah imitasi alam. Musik alam dapat tercipta dari guntur, badai, aliran sungai ataupun hujan. Dan alam peka sekali terhadap harmoni, keselarasan. Adanya disharmoni selalu ditanggapi dan diadakan penyesuaian. Pada diri manusia juga terdapat irama abadi dari getaran seluruh organ-organ……. Pada waktu seseorang sedang marah, irama tubuhnya akan berbeda dengan pada waktu bersantai ria. Seseorang yang peka terhadap musik akan berkembang “rasa”-nya. Dia akan dapat merasakan keharmonisan suasana batinnya. Dia akan merasakan selaras dengan alam atau tidak tindakannya.
Sang Suami: Iya istriku, musik mempengaruhi fisik, seperti denyutan nadi, kedipan mata, irama napas dan aliran darahnya. Musik juga berpengaruh kepada intelegensi, sehingga pikiran dapat sistematis dan harmonis dalamm kerjanya. Kemudian musik berpengaruh terhadap emosi, bisa membuat tenang atau bergejolak juga. Karena musik bersifat non-verbal, maka musik bisa menjangkau bagian otak yang disebut limbik, pusat emosi manusia.
Sang Istri: Musik yang hebat tercipta dari hati bukan dari pikiran. Musik mempengaruhi otak kiri terutama masalah pola atau keteraturan. Musik juga mempengaruhi dengan kreatifitas dan imaginasi yang berhunungan dengan otak kanan. Musik juga dapat mempengaruhi limbik yang menyebabkan cinta kasih dan ketenangan. Musik dapat dijadikan sebagai penanda keselarasan kejiwaan. Budi pekerti luhur hanya tumbuh pada jiwa yang dapat merasakan musik, yang penuh kelembutan.
Sang Suami: Di dalam tubuh manusia terdapat irama yang harmonis, seperti halnya alam semesta yang juga berirama. Nada-nada alam semesta diungkapkan menjadi nada-nada musik lewat kepekaan rasa. Lewat nada-nada musik tersebut manusia melakukan pemujaan dan perenungan spiritualnya. Nada-nada musik bukan sekedar seni, tetapi merupakan bahasa jiwa. Sebagai media dan bentuk komunikasi universal, nada-nada musik melewati bahasa verbal, diterima indera pendengaran, diteruskan ke hati, pusat rasa. Karena Rasa itulah, maka nada-nada musik melewati batas-batas etnis, agama, komunitas dan negara.
Sang Isteri: Getaran-getaran yang keluar dari musik dapat mengubah diri dalam sekejap mata. Setiap sel dalam tubuh sedang bergetar dan dapat memahami bahasa lagu yang didengarnya. Ia sudah pasti memberi respon, asal indah lagunya. Jangankan manusia yang otaknya sudah cukup berkembang, arak dan anggurpun memberi respon terhadap lagu juga. Produsen mempercepat proses fermentasi menggunakan gelombang radio sebagai sarananya.
Sang Suami: Dr. Masaru Emoto mengungkapkan bahwa air atau cairan mempunyai kesadaran. Pada waktu mendengarkan lagu yang indah, molekul air membentuk bentuk kristal hexagonal yang indah menawan. Tubuh kita mengandung sekitar 70% air, sehingga musik akan mempengaruhi badan……. Itulah sebabnya lagu atau musik tertentu menjadi sarana yang kuat untuk mengantar ke alam meditasi. Alam meditasi berarti alam di dalam diri. Dan, di alam tersebut yang ada hanyalah getaran, vibrasi.
Sang Istri: Bukankah kita pernah mengikuti seminar tentang mind-body and soul, pikiran, raga dan jiwa? Kita diminta mendengarkan lagu-lagu klasik, meditatif yang jumlah ketukannya dibawah 60 per menit selama seperempat jam, kemudian dihitung denyut nadinya. Kemudian kita mendengarkan lagu-lagu keras dengan beat yang cepat selama seperempat jam juga, dan diminta membandingkan denyut nadi yang dihasilkannya. Ternyata lagu yang lebih tenang akan menyebabkan detak jantung yang lebih tenang pula. Seandainya pada waktu tersebut kita dihubungkan dengan mesin electro encephalograph, maka akan didapatkan hasil getaran otak yang lebih datar pula.
Sang Suami: Dalam buku Narada Bhakti Sutra, karya Bapak Anand Krishna, terbitan Gramedia Pustaka Utama, diuraikan bahwa jenis musik yang kita sukai bisa menjelaskan karakter, watak kita. Sitar, vina, harpa dan biola masuk dalam satu kelompok, satu kriteria. Alat-alat itu bisa mendatarkan gelombang otak, dan menenangkan diri manusia. Para penggemar musik sitar, tak akan pernah mengangkat senapan untuk membunuh manusia.Musik gendang, drum dan alat-alat lain sejenis bisa membangkitkan semangat pendengarnya. Bagus, bila diimbangi dengan sitar dan alat sejenisnya. Bila tidak, akan membangkitkan nafsu dan gairah yang bergelora.
Sang Isteri: Dalam buku Tantra Yoga, karya Bapak Anand Krishna terbitan Gramedia Pustaka Utama, diuraikan ada penelitian kecil-kecilan bahwa suara piano, organ bagi manusia Barat dapat menenangkan saraf otaknya. Gendang halus dan suling lebih cocok untuk otak Indonesia. Otak India pun hampir sama dan sitar sebagai tambahannya. Otak Cina lebih responsif terhadap suling dan harpa. Otak manusia Timur Tengah mirip dengan Cina ditambah rebana. Sehingga suara gamelan jelas dapat menenangkan otak Indonesia pada umumnya.
Sang Suami: Pementasan gamelan sendiri bertujuan untuk acara keagamaan pada awalnya. Musik gamelan mengungkapkan keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Seluruh sikap hidup dan filosofi masyarakat diimplementasikan dalam suatu orkestra musik gamelan melalui tarikan tali rebab, paduan seimbang bunyi kenong, pukulan kendang dan gambang serta gong pada setiap penutup irama.
Sang Istri: Dalam buku, “Gamelan Stories: Tantrism, Islam, and Aesthetics in Central Java”, Judith Becker menemukan bahwa pada zaman pertengahan, di Indonesia, gamelan digunakan dalam ritual puja. Dia mengutip Sastrapustaka yang mengungkapkan makna esoteris nada-nada Gamelan yang berhubungan dengan chakra, panca indera dan rasa. Musik Gamelan digunakan sebagai alat, yantra. Membantu tahapan meditasi sebelum keadaan samadhi tercipta. Lewat musik tersebut orang bisa melakukan penjernihan pikir, pembeningan hati dan pemurnian jiwa.
Sang Suami: Organ-organ manusia mempunyai getaran dengan berbagai frekuensi. Walau hanya frekuensi dalam kisaran 20 Hz-20 KHz yang dapat didengar manusia, frekuensi suara berbagai alat gamelan sangat bervariasi. Bila getaran suara gamelan ada yang frekuensinya sama dengan suatu organ tubuh yang lemah, maka terjadi resonansi. Suara yang terjadi dapat memperkuat dan menyembuhkan organ yang sedang mengalami resonansi. Musik yang harmonis juga akan membuat sapi merasa tenang dan mempengaruhi sistem kelenjar yang berhubungan dengan susu sapi. Selanjutnya, proses pertumbuhan tanaman akan baik bila “stomata” tanaman untuk tetap terbuka, kala mendengarkan getaran frekuensi tinggi……. Bunga-bunga yang beraneka warna pada umumnya mempunyai panjang gelombang sama seperti panjang gelombang warnanya. Suara alat-alat musik yang bervariasi panjang gelombangnya dapat memperkuat bunga yang sama panjang gelombangnya.
Sang Isteri: Keharuman suatu bangsa terletak pada keluhuran budayanya. Berpijak dengan hal tersebut di atas memberikan pengertian pula bahwa melestarikan peninggalan budaya adiluhung merupakan kewajiban seluruh komponen bangsa. Seperti makhluk hidup, kesenian pun perlu dipelihara. Bisa saja suatu kesenian lahir dari tengah kita, tetapi kita kurang menghargai dan tidak dipelihara, maka dia akan hidup di negeri lain yang menghargainya.
Sang Suami: Dalam suatu pergelaran gamelan, beragam alat dengan beragam nada mempunyai peranan yang sama, asalkan semuanya mengikuti satu irama kesepakatan, sehingga komposisi yang indah dan harmonis tercipta. Suatu pengimplementasian dari falsafah Bhinneka Tunggal Ika, nampaknya berbeda-beda tetapi esensinya satu kesatuan jua.
Sang Isteri: Alam semesta ini adalah musik. Di mana-mana ada musik. Jika kita cukup sensitif terhadap vibrasi suara, kita dapat dengan mudah mendengar suara merdu Sang Agung. Dan di dalam suara Sang Agung itulah, di dalam lagu Sang Agung itulah, kita semua bertemu. Kalimat penutup diambil dari The Gospel of Michael Jakson, karya Bapak Anand Krishna.
Situs artikel terkait
http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo
Mei, 2010.