Bagi mereka, pasangan suami istri setengah baya, Semarang-Solo merupakan perjalanan rutin mingguan. Dapat dikatakan mereka hampir selalu melakukan rehat sebentar dalam perjalanan. Istirahat makan atau mengisi bahan bakar kendaraan. Kadang sekedar “take a nap”, tidur sepuluh menit saja di bawah pohon yang rindang di tepi jalan. “Take a Break” dalam perjalanan terasa menyegarkan. Terutama bagi mereka yang sudah berusia di atas pertengahan.
Sang Istri: Di New York University, USA diadakan penelitian, selagi belajar atau menghapal untuk ujian, ada baiknya rehat sejenak dilakukan. Rehat sejenak membantu otak menyimpan informasi yang telah didapatkan. Belajar terus menerus tanpa istirahat, justru makin banyak informasi yang terlupakan. “Coffe break” ternyata sangat membantu menyerap informasi yang baru saja masuk pikiran. Proses internalisasi perlu dilakukan…….. Pada zaman dahulu seorang penggergaji pohon perlu istirahat beberapa kali untuk mengasah gergaji. Hasilnya lebih efektif dari pada mereka yang menggergaji terus tanpa berhenti. Rehat sebentar menajamkan gergaji dan me-“recharge” energi……… Lama jam pelajaran sekolah biasanya sekitar 45 menitan. Mengajar dengan monoton, mengakibatkan perhatian murid semakin menurun karena kejenuhan. Pengajar yang pandai, menghidupkan suasana belajar berdasar pengalaman. Rehat sejenak, diselingi humor dan canda, membuat murid tidak bosan. Sehingga perhatian murid tetap tinggi selama mengikuti pelajaran.
Sang Suami: “Microbreaks”, rehat kurang dari 5 menit beberapa kali, bagi pekerja pengguna komputer membantu kesehatan. Walau hanya berupa rehat sebentar sekedar untuk meregangkan badan. Penelitian menunjukkan bahwa sering rehat untuk peregangan memiliki manfaat fisik yang signifikan…………. Berbagai penelitian menegaskan bahwa sebagaimana “take a break”, “take a nap”, tidur sejenak pun mempunyai banyak faedah. Seseorang lebih bugar, lebih bersemangat, dan lebih bergairah. Munculnya beberapa penyakit tertentu juga dapat dicegah. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa tidur selama 30 menit di siang hari mengurangi hingga 30% bahaya penyumbatan darah.
Sang Isteri: Ternyata rehat sejenak membuat rileks dan membuka sumbatan pikiran. Mengerjakan hal berbeda membebaskan pikiran dari tekanan. Rehat sejenak sering memecahkan persoalan. Letakkan semua beban pikiran, dan biarkan pikiran bawah sadar menyelesaikan. Rehat sejenak memberi kesempatan berpikir diluar kerangka pikiran…… Beberapa hal yang sebelumnya tak logis pun bisa menjadi sebuah solusi. Rehat sejenak membuat kerja menjadi efektif dan efisien lagi. Rehat sejenak membuat rileks dan me-“recharge” energi. Rehat sejenak membuat pekerjaan lebih dapat dinikmati. Konon Tuhan pun istirahat sejenak setelah mencipta dunia ini.
Sang Suami: Rehat sejenak selaras dengan puasa. Dijelaskan dalam buku “Five Steps To Awareness 40 Kebiasaan Orang Yang Tercerahkan, Karya Terakhir Mahaguru Shankara, Saadhanaa Panchakam, Saduran & Ulasan dalam Bahasa Indonesia” oleh Bapak Anand Krishna, terbitan Gramedia Pustaka Utama. Bahwa puasa adalah satu-satunya cara untuk mengistirahatkan mekanisme tubuh kita. Mekanisme atau sistem pencernaan khususnya. Mekanisme yang satu ini berjalan terus tak ada hentinya. Mulut yang mengunyah hanyalah proses awal dari pencernaan yang terlihat mata. Di balik itu masih ada serangkaian proses lain yang memakan waktu lebih lama. Pikiran dapat istirahat saat tidur pulas tanpa mimpi. Demikian pula saat latihan meditasi. Akan tetapi, pada saat tersebut, proses pencernaan tidak pernah berhenti……. Pencernaan hanya bisa istirahat pada saat melakukan puasa. Badan butuh istirahat, dan antara lain bisa dipenuhi dengan berpuasa. Kendati demikian, puasa bukanlah kebutuhan badan saja.
Sang Istri: Benar suamiku, energi yang dibutuhkan oleh badan diperoleh lewat makanan dan minuman. Sebagian energi tersebut digunakan oleh otak untuk berpikir, dan oleh jiwa untuk merasakan. Karena itu, saat badan berpuasa, pikiran dan perasaan pun ikut berpuasa juga. Puasa mempersilakan nafas atau energi kehidupan mengalir leluasa. Ke seluruh tubuh, lewat setiap urat, lewat setiap syaraf di seluruh raga. Dalam keadaan puasa, urat-urat dan jaringan syaraf menjadi lebih reseptif, lebih terbuka. Tidak ada blokade blokade lagi, sehingga energi kehidupan bisa melewati dengan leluasa……. Energi kehidupan yang lancar menambah kepekaan. Pikiran yang melambat menimbulkan ketenangan dan meningkatkan kesadaran. Puasa bukan hanya penting bagi badan, tetapi juga bagi kejiwaan.
Sang Suami: Bila makan dengan mulut dan pencernaan, manusia mendengar dengan sepasang telinga. Manusia melihat dengan mata, mencium dengan hidungnya, dan merasakan sentuhan dengan kulitnya. Bagi telinga, apa yang terdengar itulah makanan dan minumannya. Bagi mata, apa yang dilihat itulah makanan dan minumannya. Bagi hidung, apa yang tercium adalah makanan dan minumannya. Dan, bagi kulit apa yang dirasakan itulah makanan dan minumannya. Setiap indra yang melakukan kegiatan makan dan minum juga membutuhkan puasa. Setiap indra membutuhkan rehat juga. Mereka membutuhkan waktu untuk mencerna dengan baik apa yang telah diterimanya.
Sang Isteri: Seorang pembicara yang baik adalah seorang pendengar yang baik pula. Karena saat mendengar sesungguhnya ia sedang “puasa bicara”. Saat itu, ia sedang mencerna apa yang terdengar olehnya. Dan, seorang pendengar yang baik adalah seorang pembicara yang baik pula, karena ia telah mencerna dengan baik apa yang didengarkannya. Ia memiliki energi yang cukup untuk menyuarakan isi hatinya.
Sang Suami: Rehat sejenak sangat penting bagi kesadaran manusia. Tanpa rehat, pikiran mudah terpola, terbelenggu kesadarannya. Sebuah eksperimen dilakukan di University of Washington, USA. Dalam simulasi di kelas, separuh mahasiswa-mahasiswi diminta menjadi narapidana. Separuh sisanya menjadi sipir penjaga penjara. Direncanakan berlangsung dua minggu, setelah lima hari eksperimen dihentikan segera. Pemeran sipir penjara menjadi mabuk kuasa, bertindak sewenang-wenang tidak terasa. Yang menjadi narapidana mengalami depresi nyata, yang dapat memberi dampak buruk bagi mereka. Tanpa kesadaran, pikiran tak bisa membedakan antara simulasi dengan yang nyata.
Sang Istri: Untuk peningkatan kesadaran puasa perlu dilakukan. Perut, lidah, mata, telinga, hidung, kulit diistirahatkan. Puasa untuk pengendalian diri untuk mengatasi kelemahan. Dilakukan seumur hidup tidak makan berlebihan, tidak pula menahan lapar mati-matian. Mengisi perut dengan 30% makanan padat dan 70 persen cairan. Bukan hanya sekedar makanan. Tapi apa saja yang masuk ke dalam badan, apa saja yang dilakukan badan perlu berada dalam keseimbangan…… Tontonan dan bacaan masuk lewat mata. Berita tak karuan lewat telinga. Mulut sibuk ngerumpi tak berguna. Kaki dan tangan entah berbuat apa. Pikiran melayang ke mana mana. Gejolak emosi membuat merana. Para sufi “berpuasa dari dunia”, memisahkan diri dari keduniawian yang fana.
Sang Suami: “Pause!” Berhentilah sejenak! Guru berkata. Sembahyang, berdoa, mengolah rasa, meditasi, adalah rehat sejenak dari dunia. Menari dan menyanyi merehatkan pikiran sejenak dari rutinitas kesibukan kerja. Tidak perlu mengejar terus kebahagiaan dunia. Yang dikejar pun sesungguhnya tidak perlu dikejar juga. Begitu berhenti, akan ditemukan dengan sendirinya. Setiap hari, kita mengalami “deep sleep” tidur tanpa mimpi, hidung masih bernapas, jantung masih berdetak, pencernaan masih bekerja. Tetapi kita merasa berada dalam “kekosongan nyata”. Hanya begitu bangun, pikiran kembali terikat dengan dunia. Guru berkata, setiap saat kau mencari kebahagiaan, ibarat mencari harta karun sepanjang zaman. Tidak kau sadari juga, dibawah kakimu harta karun tersimpan. Berhenti sejenak kawan….. Sadari Kebahagiaan Sejati di dalam diri. Tetap berkarya tetap berbhakti. Tetapi bukan untuk mencari kesenangan lagi. Berhenti sejenak kawan, Introspeksi diri……
Sang Istri: Saat berpuasa sesungguhnya ber-“upavaasa”, men-”dekat”-kan diri dengan Ia yang dikasihi, Ia yang dipuja. “Date”, kencan dengan pacar, itulah ber-“upavaasa” . Saat demikian makan, minum, tidur terlupakan semuanya. Renungkan sejenak, sewaktu masih pacaran dan hanya seminggu sekali dengan pacar berjumpa. Jantung berdebar lebih cepat daripada biasanya. Rasa manis, pahit, kasih, rindu, semuanya bercampur aduk dan membuat seolah-olah berada dalam alam sana. Lupa lapar, lupa haus, hanya ingin dekat-dekat dengan dia, sekadar menatap wajahnya. Begitu pula dalam hal berpuasa. Begitu terisi dengan kasih Allah, dengan cinta Tuhan, sehingga melupakan segala sesuatu lainnya. Rasa lapar, rasa haus, semunya menghilang, karena sudah terisi, sudah puas berdekatan dengan-Nya………..
Terima Kasih Guru. Jaya Guru Deva.
Situs artikel terkait
http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo
Juni, 2010.
Pointer Tambahan hasil dari Komentar dan tanggapan di Facebook
Renungan Tentang “Give me a Break”, Rehat Sejenak dan Kaitannya dengan Puasa
- Libur week end, cuti tahunan dan lain-lainnya, nampaknya selaras dengan irama Give a Break, rehat sejenak.
- Rehat sejenak bisa menghemat sumber energi alam.
- Puasa bukan hanya mulut dengan tidak makan, akan tetapi kuping, mata, tangan juga harus puasa dari hal-hal yang buruk.
- Dalam bahasa leluhur puasa seluruh indra dengan jalan menutup “Babahan Hawa Sanga”, sembilan lobang tubuh manusia. Hal tersebut juga akan menenangkan pikiran, karena energi pikiran diperoleh dari sari-sari makanan dan oksigen, dan apa pun yang diterima indra digunakan sebagai pemicu untuk berpikir. Apalagi bila dilakukan di pegunungan yang tinggi dimana oksigen lebih tipis di ketinggian.
- Rehat sejenak dan merefresh kembali setiap aktivitas yang beruntun, seperti menstabilkan kembali energi, semangat dan fokus yang tercerai berai karena lelah agar kembali menjadi optimal.
- Latihan olah batin atau meditasi atau sembahyang me-“recharge” energi kembali secara periodik.
- Justru “Pause” perlu dilakukan pada mereka yang sibuk. Mereka yang malas tak bisa merasakan “Pause”. Dan mereka yang penuh energi biasanya selalu bersemangat dalam bekerja. “Pause” tidak makan waktu lama.
- Kita harus bekerja, agar kita dapat memberdaya diri sendiri. Hanya di tengah kerja keras perlu rehat. Di tengah wajah mengkerut perlu ketawa lepas Wkwkwkwk………
- Pause, break for a while, nyepi, rileks sangat membantu penyegaran mind, body and soul.
- Ada benang merah antara agama-agama besar dan juga budaya Nusantara tentang ajaran-ajaran yang universal yang tetap up to date sepanjang zaman.
- Gambar seorang pekerja yang tidak bersemangat dengan dua tumpukan pekerjaan di kanan dan kirinya tersebut analog dengan pencernaan kita yang tak pernah istirahat bekerja. Ibarat membawa kendaraan dan setiap lewat pompa bensin berhenti, kita juga belum sampai tanki perut kosong sudah diisi lagi-diisi lagi. Kapan perut istirahatnya, perlu dilatih puasa……
- Latihan meditasi dilakukan dengan perut kosong sehingga pikiran tidak dalam keadaan liar karena penuh energi akibat makan.
- Puasa membuat kita ikut berempati, merasakan apa yang dialami orang-orang yang tak begitu beruntung, yang untuk sesuap nasi aja mesti memeras keringat puluhan jam.
- Dengan puasa, keliaran pikiran berkurang dan rasa kita menjadi lebih peka, bisa merasakan penderitaan orang lain
- Setiap ritual mesti ada dasarnya. Tubuh kita sekitar 70% berupa cairan, demikian pula bumi kita. Pasang dan surut pada bumi juga berpengaruh pasang dan surut pada air dalam tubuh kita. Pada saat tubuh pasang atau surut lebih waspada, mungkin itulah sebabnya dianjurkan berpuasa pada bulan purnama sewaktu laut pasang atau bulan mati pada saat permukaan laut surut.
- Puasa kalau dilatih sejak anak masih dini mungkin akan lebih baik, akan terbiasa atau malah mungkin akan selalu merindukan puasa kala tidak puasa.
- Melakukan sesuatu yang baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya selalu berat, karena kita harus mengalahkan pola pemikiran lama. Akan tetapi bila kita yakin, kita akan sanggup melakukan. Setelah berulang-ulang akan menjadi kebiasaan.
- Inilah jalan tengah, membebaskan diri dari pemuasan nafsu dan penyiksaan diri yang berlebihan.
- Bagi yang peka maka pada tanggal 1 dan 15 penanggalan bulan, saat bulan mati dan bulan purnama, terjadi surut dan pasang air dalam tubuh, dalam hal ini darah dalam tubuh kita mengikuti surut dan pasangnya permukaan air laut. Demikian juga pada waktu darah bergejolak karena pasang yang terjadi pada diri, misalnya dalam kemarahan nyata kita pun perlu puasa pribadi. Puasa 3 hari pada waktu weton, kelahiran… misalnya setiap wetonnya Minggu Wage dilakukan satu hari sebelum sampai dengan sesudah weton, untuk menghormati kelahiran kita. Leluhur kita paham bahwa kita dipengaruhi matahari dan lahir pada posisi Minggu dan kita juga dipengaruhi bulan lahir pada posisi Wage.
Terima Kasih __/\__