July 9, 2010

Renungan Kisah Tentang Dua Bersaudara Burung Beo Dan Istri Yang Tidak Setia yang Tertera Pada Relief Candi Mendut

Sepasang suami istri setengah baya teringat pada cerita yang tertera pada relief Candi Mendut tentang dua bersaudara burung beo dan wanita tidak setia. Karena mereka baru saja membaca buku “Surah Surah Terakhir Al Qur’an Bagi Orang Modern”, karya Bapak Anand Krishna, maka buku tersebut dijadikan referensi dalam mengulas ceritanya.

Sang Istri: Dua bersaudara burung beo ditangkap pemburu dan diserahkan kepada seorang brahmana. Mereka dipelihara dengan sangat baiknya, sehingga walau tidak diikat mereka tidak pergi juga, karena ingin membalas budi pada Sang Brahmana. Pada suatu hari Sang Brahmana pergi keluar kota untuk beberapa lama dan berpesan kepada kedua beo bersaudara. Agar mereka dapat menjaga istrinya. Bila istrinya berbuat tidak baik tolong diingatkan oleh mereka……. Ternyata istri Sang Brahmana tidak setia, setelah Sang Brahmana pergi dia bermain cinta dengan kekasih selingkuhannya. Baik di dalam maupun di luar rumahnya. Beo muda yang masih remaja berkata pada kakaknya yang sudah dewasa. Kakak, kita diminta menjaga istri Sang Brahmana. Dia berpesan agar kalau istrinya berbuat tidak baik kita diminta mengingatkannya. Mengapa kita tidak mengingatkan istrinya? Sang kakak berkata dengan bijaksana. Adikku, kita harus tetap waspada, istri Sang Brahmana terlalu keji. Dia bersifat seperti raksasa yang mau enak sendiri. Kita harus hati-hati dan melihat dengan jeli. Mari kita tunggu Sang Brahmana datang, kita laporkan dan segera pergi. Mungkin Sang Brahmana sudah mencurigai sang istri. Dan, kita diminta memberikan konfirmasi. Menghadapi orang yang keji yang penting menjaga diri, mohon perlindungan dari Ilahi….. Sang Beo Remaja tak bisa menahan diri. Pada suatu hari dia menemui istri Sang Brahmana dan menasehati, mengapa dia melakukan tindakan tidak setia seperti ini? Istri Sang Brahmana berkata, beo remaja yang bijaksana kau benar dalam berkata. Mari ke sini kuelus lehermu. Sebagai rasa terima kasihku. Aku tidak akan selingkuh lagi karena nasehatmu. Istri Sang Brahmana memegang leher beo remaja. Dipuntir lehernya sampai kehilangan nyawa dan badannya dimasukkan api di dapur yang tengah membara…….. Sang Beo Dewasa pura-pura tidak mengetahui kejadian yang menimpa adiknya. Istri Sang Brahmana tetap tidak setia. Saat Sang Brahmana pulang dia bertanya kepada Sang Beo bagaimana kabar istrinya. Sang Beo menceritakan tentang perselingkuhan istrinya. Setelah dia bercerita, dia bilang sekarang tak ada tempat yang aman baginya di rumah Sang Brahmana.  Sang Beo pamit terbang ke rimba……. Konon Sang Beo Dewasa pada suatu ketika menitis menjadi Sang Buddha dan adiknya menjadi adalah salah seorang muridnya.

Sang Suami: Istri Sang Brahmana tidak bisa berubah kelakuannya. Dia hidup berkecukupan dari Sang Brahmana, tetapi ingin bersenang-senang dengan kekasihnya. Beo muda yang mengingatkannya malah dibunuhnya. Istri Sang Brahmana masih mengikuti naluri kehewanan dalam dirinya. Binatang harus mengikuti nalurinya. Ia tidak bisa menahan dirinya. Ketika lapar ia akan makan, ketika haus ia akan minum, ketika harus melampiaskan napsu birahi ia akan melakukannya. Tidak perlu suasana, tidak perlu basa-basi, tidak melihat sekitarnya…… Anjing-anjing melakukannya di tengah jalan. Hanya manusia yang dapat melakukan sesuatu dengan kesadaran. la sudah tidak perlu mengikuti naluri bawaan. Mereka yang merasa digoda oleh Setan, lalu bertindak sesuai dengan apa yang mereka sebut bisikan Setan, sesungguhnya sedang mengikuti naluri bawaan. Dan manusia memang memiliki naluri hewan, insting dasar seperti hewan…… Tindakan “semau gue” berasal dari naluri hewani. Setelah berhasil memahami sebagian rahasia DNA manusia dan berhasil memetakannya, para saintis pun bingung sendiri. Ternyata DNA manusia, blue print dasar manusia, rahasia alam semesta berada dalam diri. Setiap orang memiliki “memori” yang bisa ditarik ke belakang sampai asal mula jadi. Setiap manusia memiliki naluri hewani. Dituntun olehnya, tindakannya akan menjadi hewani. Dipengaruhi olehnya, pikirannya akan menjadi hewani. Dikuasai olehnya, ucapan-ucapannya akan menjadi hewani.

Sang Istri: Beo dewasa tak banyak bicara. Dia hanya mengajari adiknya yang masih remaja. Dia merasa tak ada gunanya berbicara dengan istri Sang Brahmana….. Konon seorang suci berkata, mengapa dia tidak suka banyak bicara. Untuk apa? Kepada mereka yang “sudah paham” dia tidak perlu bicara. Kepada mereka yang “tidak paham” dan “tidak mau memahami”, berbicara juga tidak ada gunanya. Dia hanya berbicara pada mereka yang sedang belajar memahami kebenaran….. Itu saja…..

Sang Suami: Sang Beo Dewasa menasehati adiknya selalu mohon perlindungan. Dia paham adiknya masih berada dalam “cuaca subuh” kesadaran. Mereka yang telah menyelami meditasi dan telah mencicipi kekhusyukan dalam shalat akan memahami  “Al Falaq”, cuaca subuh. Cuaca subuh berarti keadaan dimana kesadaran diri baru tumbuh. Seperti keadaan bayi yang baru lahir, mengenai   perlindungan jelas dia masih butuh. Cuaca subuh mewakili keadaan diantara sadar dan tidak sadar, dibilang tidak sadar ya tidak, dibilang sadar ya belum penuh. Ada kemungkinan terjadi kecelakaan, ada kemungkinan kaki terpeleset dan jatuh.  Berada pada etape ini, kita harus penuh kehati-hatian. Ayat pertama ini merupakan “ayat kunci” Surat Al Falaq dalam Al Qur’an. Dan “Kunci” ini sangat berguna bagi mereka yang berada pada etape “subuh kesadaran”. Seseorang sudah memasuki alam meditasi, shalat seseorang sudah mulai meditatif, sudah mulai khusyuk, maka perlindungan dalam keadaan demikian amat dibutuhkan.

Sang Istri: Sang Beo Dewasa mengajari adiknya untuk memohon “perlindungan” dari kejahatan. Selama ini, kita sibuk melawan “kejahatan”. Dalam perlawanan itu, kita sendiri menjadi “jahat” juga. Kata-kata yang hampir sama pernah diucapkan oleh Isa, Sang Masiha. “Do not resist evil”, Janganlah melawan kejahatan! Kita akan ikut menjadi jahat karena melawan kejahatan. Pembunuhan akan kita balas dengan pembunuhan. Masalah pun tidak terselesaikan. Tidak ada jalan lain, kecuali memohon perlindungan. Sang Beo Dewasa mengajari adiknya untuk mempertahankan kewarasan diri di tengah ketidakwarasan. Itulah pesan yang dia ingin sampaikan. Jangan ikut-ikutan. Setiap orang menyeleweng, dan kita pun ikut menyeleweng juga. Lalu di mana letak perbedaan antara kita dan mereka? Setiap orang mengejar kedudukan, ketenaran, kekayaan, dan kita pun ikut mengejar semuanya. Lalu, siapa kafir dan siapa mukmin, siapa ingkar dan siapa patuh kepada-Nya?

Sang Suami: Sang Beo Dewasa menasehati agar berhati-hati menghadapi istri Sang Brahmana yang tersesat. Dia seperti orang yang kalap, matanya tertutup rapat. la tidak bisa memilah lagi, tindakan mana yang tepat dan yang mana tidak tepat. la seperti seorang pengemudi yang mabuk, dikuasai oleh minuman keras berlebihan. la akan mencelakakan dirinya dan orang lain dalam perjalanan. Jika kita bertemu dengan seorang pengemudi seperti itu, apa yang akan kita lakukan? Percuma bila kita ingin menyadarkan. la tidak akan menghentikan kendaraan. la tidak akan mendengarkan nasihat kita. Satu-satunya jalan adalah “menyingkir”, melindungi diri, jangan sampai jadi korban ketololannya. Kondisi di negeri ini mungkin ada miripnya. Para pemegang kekuasaan, seperti Sang Brahmana yang tidak memahami atau membiarkan saja mereka yang tidak setia, yang menggerogoti bangsa dan kekayaannya. Orang yang memberi nasehat kepada mereka yang tidak setia,  malah dicelakai oleh mereka. Bagaimana tindakan Sang Brahmana setelah mendengar cerita Sang Beo Dewasa? Bagaimana cerita negeri ini akhirnya? Tergantung pada kita semua. Apakah kita ingin menjadi mereka yang tidak setia, yang menggerogoti persatuan bangsa, yang menggerogoti kekayaan bangsa. Atau ingin menjadi pemegang kekuasaan yang menjalankan amanah yang diberikan kepadanya. Atau menjadi Sang Beo Dewasa. Mari bersama kita sebarkan virus kesadaran ke seluruh Indonesia.

Terima Kasih Guru, Jaya Guru Deva.

Situs artikel terkait

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

Juli, 2010.

Pointer Tambahan hasil dari Komentar dan tanggapan di Facebook

Renungan Kisah Tentang Dua Bersaudara Burung Beo Dan Istri Yang Tidak Setia yang Tertera Pada Relief Candi Mendut

  1. Berbicaralah tentang kebenaran dengan orang yang mencari kebenaran. Jangan berbicara tentang kebenaran dengan orang yang tidak membutuhkannya. Buang energi….. Saatnya menghemat energi dengan bicara seperlunya.
  2. Lebih baik menyingkir kalo encounter pengemudi mabuk, menyingkir atau menghindar bukan berarti takut, tapi menghindar dari ketololannya, biar gak ikut-ikutan tolol atau kena masalah dari dampak ketololannya.
  3. Semoga kita selalu waspada terhadap kehewanian dalam diri. Dan mewujudkan kemanusiaan menuju keilahian.
  4. Melawan kejahatan kita akan terjebak menjadi jahat, berusaha menyadarkan orang kalap juga percuma karena mereka “tidak paham” dan “tidak mau memahami”. Malah kita sering kena getahnya. Mari berbicara pada mereka yang sedang belajar memahami kebenaran.
  5. Hanya berbicara kepada mereka yang mulai belajar kebenaran…..
  6. Jangan berbicara kebenaran kepada orang yang sedang mabuk…. bukan ucapan terima kasih yang didapat tapi mungkin pukulan…… berbicaralah ketika dia mulai sadar….
  7. Menyadari kelemahan diri adalah anak tangga pertama menuju pemberdayaan diri. Karena hanyalah mereka yang menyadari kelemahannya yang akan berupaya untuk mengatasinya pula.
  8. Lagi-lagi saya harus jujur dan mengakui bahwa di sadari atau tidak sering kali berada pada posisi sibeo muda, mau bagaimana memang baru tahu, jadi pengennya ngomong, tetapi sering kali dibuat susah sendiri…. perlahan, pelan-pelan, mulai agak mengerti kapan harus ngomong kapan harus diam.
  9. Silahkan “mabuk” namun “mabuklah” dalam kesadaran dan sadarlah bahwa kita sekarang berada di dalam ke”mabuk”kan itu sendiri entah kita pernah me”minum”nya atau tidak…….”mabuk” yang tak pernah merugikan org lain n diri sendiri…….”mabuk” yang tak dilarang oleh agama dan negara.
  10. Kita akan ikut menjadi jahat karena melawan kejahatan. Berbicaralah tentang kebenaran dengan orang yang mencari kebenaran. Berbicara pada waktu yang tepat pada orang yang tepat pula.
  11. Kenyataan hidup yang keras dan kejam bukan berarti kita pesimis dengan kehidupan. Dengan adanya pribadi-pribadi yang berwatak asura, kita diingatkan Alam Semesta akan kepribadian kita yang juga bersifat asura….  Sifat ini takkan bisa dihilangkan selama kita masih memegang teguh konsep. Adanya konsep-konsep bukanlah untuk diperdebatkan, namun sebagai pembantu dalam memahami kenyataan hidup. Kuasa para asura takkan bisa dilawan langsung, maka perlindungan kita terhadap para guru pembimbing spiritual kita lebih mengarahkan kita untuk berbuat penuh kasih tanpa perlu mengusik privasi siapapun. Mungkin maksud kita baik, namun mereka yang penuh ketakutan dan kebencian justru menganggap kita adalah musuh yang merintangi jalannya, sehingga mereka akhirnya akan memakai senjata pamungkasnya untuk menyingkirkan kita dari kehidupannya.
  12. Kita sering menghadapi “pengemudi mabuk”, apakah mabuk kekuasaan, mabuk ketenaran, mabuk property, mabuk narkoba, mabuk seks. Pada saat mabuk, seseorang tidak sadar, dia digerakkan oleh addiction. Addiction, ketagihan adalah keterikatan yang parah, sehingga tidak dapat berpikir wajar. Dan seseorang yang kena addiction, memerlukan perjuangan keras untuk melepaskan diri dari belenggu keterikatan.
  13. Bagi seseorang yang belum siap menerima mutiara kebenaran, kata-kata kita dianggap bid’ah, menyesatkan. Kita adalah orang aneh di mata agama.
  14. Mereka yang masih berada dalam kesadaran logika, menerima segala sesuatu berdasar fakta, arti kata apa adanya. Sedangkan cerita mengajar kita mengolah rasa, tidak terbelenggu kata-kata an sich.
  15. Mungkin kita musti belajar sama para pawang-pawang sirkus bagaimana cara berlindung dan menyampaikan komunikasi dengan hewan-hewan buas, dan menyajikan pertunjukan yang menghibur. Kita semua rindu akan kejayaan itu kembali.
  16. Getaran-getaran kasih akan mempengaruhi mereka dan melembutkan jiwa mereka.

Terima Kasih.

Salam __/\__ 

Pointer Tambahan hasil dari Komentar dan tanggapan di Facebook

Renungan Kisah Tentang Dua Bersaudara Burung Beo Dan Istri Yang Tidak Setia yang Tertera Pada Relief Candi Mendut

1.       Berbicaralah tentang kebenaran dengan orang yang mencari kebenaran. Jangan berbicara tentang kebenaran dengan orang yang tidak membutuhkannya. Buang energi….. Saatnya menghemat energi dengan bicara seperlunya.

2.       Lebih baik menyingkir kalo encounter pengemudi mabuk, menyingkir atau menghindar bukan berarti takut, tapi menghindar dari ketololannya, biar gak ikut-ikutan tolol atau kena masalah dari dampak ketololannya.

3.       Semoga kita selalu waspada terhadap kehewanian dalam diri. Dan mewujudkan kemanusiaan menuju keilahian.

4.       Melawan kejahatan kita akan terjebak menjadi jahat, berusaha menyadarkan orang kalap juga percuma karena mereka “tidak paham” dan “tidak mau memahami”. Malah kita sering kena getahnya. Mari berbicara pada mereka yang sedang belajar memahami kebenaran.

5.       Hanya berbicara kepada mereka yang mulai belajar kebenaran…..

6.       Jangan berbicara kebenaran kepada orang yang sedang mabuk…. bukan ucapan terima kasih yang didapat tapi mungkin pukulan…… berbicaralah ketika dia mulai sadar….

7.       Menyadari kelemahan diri adalah anak tangga pertama menuju pemberdayaan diri. Karena hanyalah mereka yang menyadari kelemahannya yang akan berupaya untuk mengatasinya pula.

8.       Lagi-lagi saya harus jujur dan mengakui bahwa di sadari atau tidak sering kali berada pada posisi sibeo muda, mau bagaimana memang baru tahu, jadi pengennya ngomong, tetapi sering kali dibuat susah sendiri…. perlahan, pelan-pelan, mulai agak mengerti kapan harus ngomong kapan harus diam.

9.       Silahkan “mabuk” namun “mabuklah” dalam kesadaran dan sadarlah bahwa kita sekarang berada di dalam ke”mabuk”kan itu sendiri entah kita pernah me”minum”nya atau tidak…….”mabuk” yang tak pernah merugikan org lain n diri sendiri…….”mabuk” yang tak dilarang oleh agama dan negara.

10.   Kita akan ikut menjadi jahat karena melawan kejahatan. Berbicaralah tentang kebenaran dengan orang yang mencari kebenaran. Berbicara pada waktu yang tepat pada orang yang tepat pula.

11.   Kenyataan hidup yang keras dan kejam bukan berarti kita pesimis dengan kehidupan. Dengan adanya pribadi-pribadi yang berwatak asura, kita diingatkan Alam Semesta akan kepribadian kita yang juga bersifat asura….  Sifat ini takkan bisa dihilangkan selama kita masih memegang teguh konsep. Adanya konsep-konsep bukanlah untuk diperdebatkan, namun sebagai pembantu dalam memahami kenyataan hidup. Kuasa para asura takkan bisa dilawan langsung, maka perlindungan kita terhadap para guru pembimbing spiritual kita lebih mengarahkan kita untuk berbuat penuh kasih tanpa perlu mengusik privasi siapapun. Mungkin maksud kita baik, namun mereka yang penuh ketakutan dan kebencian justru menganggap kita adalah musuh yang merintangi jalannya, sehingga mereka akhirnya akan memakai senjata pamungkasnya untuk menyingkirkan kita dari kehidupannya.

12.   Kita sering menghadapi “pengemudi mabuk”, apakah mabuk kekuasaan, mabuk ketenaran, mabuk property, mabuk narkoba, mabuk seks. Pada saat mabuk, seseorang tidak sadar, dia digerakkan oleh addiction. Addiction, ketagihan adalah keterikatan yang parah, sehingga tidak dapat berpikir wajar. Dan seseorang yang kena addiction, memerlukan perjuangan keras untuk melepaskan diri dari belenggu keterikatan.

13.   Bagi seseorang yang belum siap menerima mutiara kebenaran, kata-kata kita dianggap bid’ah, menyesatkan. Kita adalah orang aneh di mata agama.

14.   Mereka yang masih berada dalam kesadaran logika, menerima segala sesuatu berdasar fakta, arti kata apa adanya. Sedangkan cerita mengajar kita mengolah rasa, tidak terbelenggu kata-kata an sich.

15.   Mungkin kita musti belajar sama para pawang-pawang sirkus bagaimana cara berlindung dan menyampaikan komunikasi dengan hewan-hewan buas, dan menyajikan pertunjukan yang menghibur. Kita semua rindu akan kejayaan itu kembali.

16.   Getaran-getaran kasih akan mempengaruhi mereka dan melembutkan jiwa mereka.

Terima Kasih.

Salam __/\__

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone