July 29, 2010

STATE OF BEING

San Ali lelaki muda usia belasan ini kembali membawa tubuh tegapnya menyusuri  desa-desa di bawah kaki gunung sembung, setiap kehidupan yang bergerak di depan matanya masuk ke dalam jiwanya untuk diresapi hingga sumsumnya. Namun kegelisahannya kian menjadi, pertanyaan yang tiada terjawab selalu menghantui benak lelaki muda usia belasan ini.

Sering kali Sang Ali memberanikan dirinya untuk bertanya lebih jauh dan lebih dalam kepada gurunya, Guru Agung Syaih Datuk Kafhi, namun sering kali jawaban sang guru masuk ke dalam ranah akherat dan berakhir di surga dan neraka, Sang Ali tidak puas, tidak!, ia terus merenung, terus bertanya dan bertanya.

Buat Sang Ali Surga dan Neraka hanya sebuah penundaan waktu belaka, jikalau mereka yang durhaka, para penjahat, maling, rampok, penipu dan lainnya menikmati surga saat di dunia, maka nanti di akherat mereka menikmati neraka. Sementaran bagi mereka yang alim dan rajin beramal, selama di dunia mereka berpantang. Namun nanti di akherat ketika mereka masuk surga mereka dapat melakukan semua hal yang di larang itu, termasuk berjudi, mabuk, berpoligami dengan 99 bidadari yang terus perawan.

Jika demikian pada hakikatnya orang uang durharka tidak berbeda dengan orang yang soleh, begitu juga sebaliknya. Hanya permasalahan waktu saja. Yang durhaka menikamati semua kenikmatan di dunia sekarang, dan sengsara di akherat nantinya. Sementara yang soleh sengsara di dunia saat ini, namun dapat berbuat semaunya di akherat nantinya. Sama saja, hanya permasalahan waktu saja. Lantas pa yang membedakan dari sisoleh dengan sidurhaka ?.

Tidak… tidak… ada sesuatu yang lebih. Ada teka-teki dibalik surga dan neraka ini, tidak tidak mungkin sesederhana itu. Pasti ada yang tersembunyi. Sang Ali terus bertanya, bertanya dan terus bertanya. Hingga suatu hari dibawah pohon kelapa di tepi sungai dia menyadari surge dan neraka adalah sebuah kondisi, state of being. Oleh karenanya keluar istilah hidupku menderita seperti di neraka, hidupku damai dan indah seperti di surga.  Kelak Sang Ali ketika berguru di Baghdad, dia akan bertemu dengan seorang Master yang mengatakan, jikalau kau belum menemukan surgamu sekarang , disini, maka kau tak akan menemukan kelak di aherat sana.

Sang Ali terbahak-bahak, tertawa, menikmati pencerahannya saat itu. Perjalananya masih jauh, penggaliannya masih akan terus berlanjut, hingga kelak dikemudian hari kepalanya dipenggal karena kemasyurannya.

Meski berhasil dibungkam namun Sang Ali tidak pernah mati, ruhnya tetap hidup, semangatnya tetap hidup. Dan bagi para pencari kebenaran, para pejalan kesunyian, Sang Ali akan dating dan menyapa, Hello My Name Is …… from Indonesia……..

Ah, untuk sementara jemari ini berhenti menuliskan tentang sosok nan mempesona itu, mungkin kelak akan dilanjutkan semoga, jika tidak maka akan ada yang melanjutkannya. Teringat kepada penggalian diri sendiri, saya lebih beruntung, karena saya memiliki tempat untuk bertanya bahkan tempat untuk mengapresiasikan diri.

Amarah adalah salah satu emosi yang paling mudah tersapa, paling mudah dikenali, namun sulit untuk di kendalikan. Menekan amarah bukanlah jawaban, kelak dikemudian hari amarah itu akan meledak, begitu wejangan bapak Anand Krishna. Bapak Anand Krishna menawarkan sebuah solusi untuk mengendalikan amarah, yaitu dengan melepaskan amarah itu, melepaskan pada tempatnya. Bukan melepaskannya pada kucing, pada anjing, pada pengamen, pada isteri, pada anak…. Selama ini kita melepaskan amarah tidak pada tempatnya sehingga amarah itu kembali kepada diri kita dan  berakhir dengan penderitaan. Hidup dalam penderitaan, hidup dalam amarah adalah hidup di dalam neraka.

Melalui latihan Voice Culturing yang dikembangkan oleh bapak Anand Krishna di Anand Ashram, para peseta meditasi berlatih membedayakan dirinya dengan cara mengeluarkan semua kegelisan, mengeluarkan semua amarah, mengeluarkan semua kekecewaan.

Voice Kulturing hanyalah 1 dari 5 tehnik latihan yang diberikan di dalam Program Membedaya Diri Stress Management.

1)      Speedy Relaxtion & Breathing Techique

2)      Emotion Culturing & Aura Cleansing

3)      Voice Culturing & Threaphy for Releasing Tension

4)      Sight Culturing

5)      Mind Culturing & Selft Awareness Meditation

Refrensi

Seni Membedaya Diri 1 – Anand Krishna – Gramedia Pustaka Utama

Suluk Abdul Jalil – Agus Sunyoto – LKIS

Di Publikasikan di :

http://www.surahman.com/
http://www.oneearthmedia.net/ind
http://www.facebook.com/su.rahman.full
http://www.kompasiana.com/surahman

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone