Seperti biasa ketika dapat orderan manggung kami berlima berembuk, istilah anak-anak adalah briefing. Dibicarakan mulai dari lagu hingga aksi panggung, juga bayaran dan yang paling sering dibahas adalah tentang wanitanya. Ah, wanita menjadi topik menarik untuk selalu kami bicarakan. Terlebih lagi The Amburaduls Band di undang untuk meramaikan sebuah acara majalah remaja, yang konsepnya adalah manggung bareng model, jadi dipanggung nanti ada model yang sedang berlenggak-lenggok dan kami mengiringnya dengan music rock alternative. Aku agak malas memainkan music alternative, namun mau gimana butuh uang, dan yang menjadi point tentu saja akan ada banyak cewe abg yang menjadi penonton atau modelnya wah lumayan, bisa di jadikan sumber inspirasi.
Panggung di tata dengan ceria, agak girly sih, mengingat ini adalah majalah remaja wanita. Namun yang buat semangat di depan panggung adalah deretan abg dengan pakaian seksi, wah, bikin semangat. Musik dimainkan, dan model satu persatu mulai bergaya. Setelah beberapa lagu, perhatianku tertarik pada sosok model dengan rambut panjang lurus, berkulit putih. Matanya bundar dengan sorot sayu, namun memukau, wajahnya oval dengan senyum, alah mak, mau rontok tulang-tulangku. Jadi ngga konsen main gitar, sempat beberapa kali salah, pemain bassku sudah melotot, oke, konsen… konsen.
Namun sulit, perhatianku tetap tertuju kepada model putih itu. Ah, entahlah apa kemudian yang terjadi dipanggung aku tak banyak ingat, fokusku hanya kepada model. Akhirnya The Amburaduls Band selesai memainkan 6 lagu, dan kembali kebelakang panggung, dimana juga sudah berkumpul model-model yang sedang menunggu gilaran untuk bergaya, masuk juga ke panggung band lain. Sekilas aku mendengar anggota band lainnya mengeluh dan mempertanyakan permainanku yang sempat ngaco, tadi namun aku tidak menggubrisnya. Perhatianku sibuk memecah para model, mencari model putih nan mempesona itu.
Dan,
Di sanalah dia sedang berbicaranya dengan temannya. Dia menoleh, pandangan sempat beradu sepersekian detik denganku, bibirnya mengulumkan senyum manis, alah mak, juss…. Panah asmara melesat menembus jantungku,. Ku rasakan getar-getar aneh merambat ke dalam aliran darah, dengan agak sempoyongan oleh sensasi asmara, aku menghamprinya.
Ah, Menur.
Nama yang indah, seindah Melati putih. Menur aromamu telah merasuk hingga syaraf-sarafku. Lelaki mana kemudian yang tidak menjadi pujangga yang pandai merangkai kata ketika panah asmara gadis jelita merobek jantung. Inspirasi tentang kejelitaan dan cinta datang tanpa bisa di bendung, seperti biasa karena tugasku membuat lirik di dalam The Amburaduls Band maka kemana-mana aku selalu membawa Buku Inspirasi, dimana setiap ada ide tentang suatu lirik akau menuliskannya di sana, dan di lain waktu akan mengolahnya menjadi lagu bersama teman-teman yang lain.
Jemariku tak dapat berhenti menuliskan kata cinta dan kejelitaan tentang Menur, hingga sampai waktunya aku dan teman-teman lain harus kembali ke panggung, tanpa berpikir, karena memang aku sudah tidak dapat berpikir. Ku berikan lembaran kata berisikan pusi tentang cinta dan pesona Menur kepada Menur. Dan aku pun kembali ke panggung, Menur sempat surprise mendapatkan lembaran puisi itu tetapi dia menerimanya dengan senyum yang membuatku makin terpesona. Diatas panggung aku berharap dapat melihat Menur, tetapi dia tidak naik kepanggung, hingga selesai kami bermain. Dan kucari-cari di belakang panggung, Menur tak Ada.
*
Menur tak ada,
Menur sudah tidak di sana.
Siapa Menur ?
Darimana asalnya Menur ?
Dan sedang apa Menur disini ?
Ah, Menur…. Menur… Menur benakku dipenuhi pertanyaan tentang Menur dan hanya tentang Menur.
**
Bebarapa hari kemudian ada seorang teman yang tahu keberadaan Menur, tempat Menur kost. Namun dia tidak tahu banyak siapa Menur sesungguhnya, yang diketahuinya tentang Menur hanyalah rumor, gossip, yang asalnya dari katanya, katanya sianu Menur berasal dari Surabaya, katanya siitu Menur sedang kuliah dan nyambi menjadi model, kata sidia Menur adalah model professional, ah, semua serba katanya, tidak, aku harus tahu sendiri tentang Menur dari Menur sendiri. Beberapa kali akau datang ke kostnya, dan mengetuk pintu kamar kostnya, tetapi tiada jawab, mungkin Menur sedang tidak ada. Beberapa kawan kostnya mengatakan, Menur memang tidak selalu ada, terkadang ada namun sering kali tidak ada, namun ketika ditanya lebih jauh, tidak ada yang mengetahui dengan pasti tentang siapa Menur. Semua informasi, semua jawaban bersumber dari katanya . . . .
Ah, Menur siapa kamu ?
Siapa kamu Menur ?
**
Ada daya tarik mistis yang membuatku berusaha untuk terus mencari tahu, untuk menjadi dekat dengan Menur. Ku tulis puisi dengan begitu lancarnya dan tanpa putus, seolah aku kesurupan menuliskan segala sesuatu tentang Menur. Ku titipkan berlembar-lembar pusi tentang Menur dan pesonanya kepada temannya, setidaknya kepada mereka yang mengaku mengenal Menur. Namun tida jawab, lantas aku berinisiatip memasukan lembaran-lembaran pusiku ke dalam kamar kost Menur dari celah-celah pintu kamarnya.
Ah, cinta.
Lelaki yang sedang di landa cinta memang tak waras, begitu komentar teman-teman Menur.
***
Bebarapa hari kemudian, di luar dugaan ada amplop merah muda datang dari pak pos ke rumah, dan kulihat dari Menur aku girang, amat sanang dan mulai bersorak, mulai bernyanyi. Ku baca dan ku baca kembali baris kata dari Menur.
Dan aku membalasnya, dan memasukan suratku ke dalam kamar kost lewat celah pintu.
Teman-temannya Menur berkomentar, cara yang aneh dalam bercinta.
Aneh, bukankah cinta sendiri sudah aneh ?.
*
Menur membalas,
dan aku membalas.
Aku menulis, dan
Menur menulis.
Dari hati
Kami bercerita, kami berbicara.
Kami tidak berbicara tentang cinta, yang kami bicarakan adalah tentang pesona dan keindahan.
**
Sidah 1 minggu tidak akau dapati surat dari menur, dan aku pun pergi ketempat kost Menur dan menurut teman-temanya Menur sudah pindah, entah kemana. Kamar kostnya kosong, tanpa petunjuk.
Aku cari tahu keberadaan Menur dan tentang perginya Menur, dan semua jawab berasal dari katanya. Katanya siitu Menur Stress karena tidak berhasil menjad model dan pulang ke Surabaya, Katanya siini Menur dapat tawaran menjadi model sampho di luar negeri, katanya sidia Menur dijodohkan oleh bapaknya dengan seorang saudagar dari Timur tengah…… Bah, semua informasi dan semua jawaban bersumber dari katanya.
Ah Menur, Menur dimana kamu?.
Menur…. Dimana kamu?
*
Tanyaku bergema, sering kali kembali kepada diriku sendiri, namun taida jawab tentang Menur. Hingga lelah aku mencari. Dalam lelah ku rebahkan diriku diatas ranjang, dan memejamkan mata, sambil mengingat kembali perjumpaan, dan hubungan surat menyurat kami. Kian dalam aku larut ke dalam diamku, hingga ku dengar sayup-sayup suaranya, suara merdu itu
“Aku disini!”.
“Diamana ?”
“Aku di sini!”
Aku terbelakak, kucari-cari suara itu begitu nyata. Namun tiada kujumpai, selain kamarku dan diriku sendiri. Ah, mungkinkah aku memang sudah mulai gila.
Kembali ku pejamkan mataku, dan kurasakan Menur ada di sana. Di dalam terpejam ku dapat rasakan kehadiranmu Menur, dan Menur tidak pernah kemana-mana.
Dan aku tidaklah gila,
Itu adalah kebenaran cerita tentang keberadaan Menur.
*
==
Di Publikasikan di :