Sepasang suami istri setengah baya kembali melanjutkan pembicaraan tentang Renungan Kedelapan dari Lima Belas Pandangan Hidup Swami Vivekananda. Mereka menggunakan regerensi buku-buku Bapak Anand Krishna. Mereka yakin Kebenaran itu universal adanya dan bisa dipahami dan dicapai dengan memakai keyakinan apa saja.
Sang Istri: Renungan kedelapan……..Tegakkan cita-cita: tugas kita adalah memberi semangat kepada setiap orang yang berjuang mencapai cita-cita tertingginya, dan yang juga berupaya agar cita-citanya mendekati dengan Kebenaran.
Sang Suami: Para Master bermaksud menumbuhkan dorongan dari dalam diri kita……. Urge adalah keinginan yang sangat kuat, keinginan yang menjadi dorongan dari dalam diri kita sendiri untuk melakukan sesuatu sehingga kita tidak membutuhkan lagi dorongan dari pihak lain di luar diri. Kembangkan dorongan kuat di dalam diri…….. Demikian disampaikan dalam buku “Kidung Agung Melagukan Cinta Bersama Raja Salomo”. Dorongan dari dalam diri berbeda dengan motivasi dari luar yang biasanya dikaitkan dengan kenikmatan indra sebagai tujuan…….. Ada yang mengaitkan “kenikmatan indra” dengan hidup, dan “hawa napsu” dengan kehidupan itu sendiri. Mereka membutuhkan “motivasi” untuk bekerja. Mereka membutuhkan “dorongan” untuk hidup. Motivasi atau dorongan yang mereka butuhkan itu hanya kata lain bagi kenikmatan indera dan hawa napsu. Motivasi dan dorongan yang mereka butuhkan ujung-ujungnya berupa “kenikmatan sesaat” kenyamanan yang dapat terganggu kapan saja…….. Demikian disampaikan dalam buku “Bodhidharma Kata Awal Adalah Kata Akhir”.
Sang Istri: Tugas kita adalah memberi semangat kepada setiap orang yang berjuang mencapai cita-cita tertingginya, dan yang juga berupaya agar cita-citanya mendekati dengan Kebenaran. Swami Vivekananda menyampaikan nasehat agar cita-cita tertinggi kita sedapat mungkin mendekati Kebenaran. Bahagia adalah rasa di dalam diri, bukan tercapainya rasa kenikmatan di luar diri. Karena yang di luar diri selalu berubah dan tidak abadi……. Dalam buku “Be Happy! Jadilah Bahagia Dan Berkah Bagi Dunia” disampaikan bahwa…….. Sekolah dan universitas tidak mengajarkan “seni kebahagiaan”, padahal kebahagiaan adalah tujuan hidup kita semua. Seni ini harus kita pelajari dari alam, dari lingkungan, dari kehidupan itu sendiri. Seni ini harus dipelajari dari mereka yang telah meraih kebahagiaan yang nyata, tangible, yang dapat dirasakan dalam hidup itu sendiri……
Sang Suami: Master Rumi menyampaikan banyak orang mencari Gusti Yesus untuk kesembuhan badannya. Padahal seharusnya minta obat untuk jiwanya, sehingga keinginannya mendekati Kebenaran. Dalam buku “Masnawi Buku Kedua Bersama Jalaluddin Rumi Memasuki Pintu Gerbang Kebenaran” disampaikan bahwa…….. Nasihat Rumi untuk bersahabat dengan Yesus harus dipahami artinya. Yesus dikenal sebagai penyembuh. Ya, dia bisa menyembuhkan penyakit apa saja. Kita harus pintar-pintar memohon bantuannya. Jika anda minta minyak gosok untuk punggung yang pegal atau obat tetes untuk mata yang memerah, anda sungguh menyia-nyiakan Yesus. Sementara ini, kita sungguh menyia-nyiakan Yesus dengan meminta hal-hal yang tidak berarti. Meminta keselamatan badan, yang pada suatu saat sudah pasti menjadi debu; meminta harta dan takhta, yang pada akhirnya justru bisa mencelakakan kita. Mintalah keselamatan jiwa. Jika bersahabat dengan Yesus, jangan meminta gula-gula. Mintalah sesuatu yang lebih bermakna. Rumi juga menjelaskan bahwa Yesus tidak berada di luar diri. Yesus berada di dalam diri-senantiasa siap sedia untuk membantu anda!………
Sang Istri: Tentang Kebenaran. Dalam buku “Mawar Mistik, Ulasan Injil Maria Magdalena” disampaikan bahwa……. Baik dan buruk hanyalah perasaan sesaat. Siang-malam, panas-dingin, gugur-semi – tak satu pun yang bertahan selama ini. Tak satu pun akan bertahan. Kendati demikian, di balik semua ini adalah Kebenaran Mutlak yang selalu ada. Kebenaran yang melampaui segala penjelasan, tidak ada dalam alam ini, tapi alam ini ada karena-Nya…….. Demikian juga dalam buku “Kidung Agung Melagukan Cinta Bersama Raja Salomo” disampaikan……. Dengan dorongan kuat itu kita bisa menyelam ke dalam diri dan orang yang pernah mengambil langkah ke dalam diri, bahkan satu langkah saja, pasti pernah dicium oleh-Nya. Karena yang perlu kita ambil hanyalah satu langkah itu. Kembangkan dorongan dalam diri. Begitu kita memasuki diri, Ia akan menarik kita lebih dalam, dan lebih dalam lagi. Bila kita masih mengeluh belum pernah dicium oleh-Nya, atau mencicipi cinta-Nya, berarti langkah yang menentukan itu belum pernah kita ambil……..
Sang Suami: Swami Vivekananda memberi nasehat, Tugas kita adalah memberi semangat kepada setiap orang yang berjuang mencapai cita-cita tertingginya, dan yang juga berupaya agar cita-citanya mendekati dengan kebenaran. Berupaya agar kita pantas menjadi sahabat nabi, berupaya agar kesadaran kita mendekati kesadaran nabi. Dalam buku “Masnawi Buku Kedua Bersama Jalaluddin Rumi Memasuki Pintu Gerbang Kebenaran” disampaikan bahwa……. Ada “pedagang” yang sedang melakukan perjalanan suci “untuk” memperoleh pengampunan-Nya. Ada pula “pedagang” yang berdoa “agar” keinginannya tercapai. Apa pun yang kita lakukan, ada buntutnya. Ada “mau “-nya. Bermohonlah, supaya yang sulit dipermudah bagimu. Supaya Dia menuntunmu sepanjang jalan hidup ini, karena Dia pula yang menjadi tujuan hidupmu. Mohonlah bimbingan-Nya. Nasihat ini sekaligus merupakan teguran agar kita tidak “berdagang” dengan Tuhan. Seorang sahabat harus berupaya agar kesadarannya mendekati kesadaran nabi. Dan kesadaran nabi tidak mengenal “hubungan dagang”. Tidak ada barteran, tukar-menukar dan lain sebagainya. Seorang nabi, seorang avatar, seorang mesias, seorang buddha tidak akan menjalin hubungan dagang dengan Tuhan, dengan Allah, dengan Keberadaan. Dia berserah diri sepenuhnya, “Bukan kehendakku, Ya Allah, tetapi terjadilah Kehendak-Mu!”Seorang Nabi sedang bicara dengan kerumunan. Ada juga doa-doa berbau “dagang” yang mereka ajarkan. Doa-doa semacam itu diperuntukkan bagi mereka yang masih berjiwa dagang, bukan bagi para “sahabat”. Pilihan ada di tangan kita, mau mempertahankan jiwa dagang atau mau bersahabat dengan nabi. Bila mau bersahabat dengan nabi, kita harus pasrah. Harus menerima Kehendak Ilahi. Jangan mengeluh, jangan menyangsikan kebijakan-Nya…….
Sang Istri: Kita harus jujur terhadap diri sendiri, kita mencari ayat-ayat untuk membenarkan tindakan kita, atau apakah kita benar-benar mencari Kebenaran sesuai suara hati nurani kita. Dalam buku “Bhagavad Gita Bagi Orang Modern, Menyelami Misteri Kehidupan” disampaikan bahwa……. Arjuna memberikan dalil-dalil yang terdengar sangat moralis, namun sebenarnya ia sedang menipu diri sendiri. Ada dua kelompok manusia. Yang satu ingin mencari konfirmasi atas tindakannya dari agama, yang kedua akan bertindak sesuai anjuran agama. Perbedaan antara kedua kelompok ini ibarat perbedaan antara bumi dan langit. Yang satu hanya mencari pembenaran atas tindakannya, yang kedua bertindak sesuai Kebenaran……..
Sang Suami: Berbicara tentang Kebenaran, buku “Ishq Mohabbat, Dari Nafsu Berahi Menuju Cinta Hakiki” menyampaikan bahwa……. Kebenaran tak pernah basi, ia tetap segar, namun pemahaman kita bisa menjadi basi. “Kebenaran sebagaimana kita pahami dulu” barangkali sudah tidak dapat diterima lagi sebagai “kebenaran kini”. Upaya hari ini memaksakan pemahaman kemarin hanya menciptakan keraguan, kesangsian, kekacauan. Pemahaman tentang kebenaran yang ditunda penyebarannya, dan disebarkan lama setelah “terjadinya” pemahaman itu, mengeluarkan aroma tak sedap pula. Bila “pemahaman kita tentang kebenaran” hanya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan umum, tidak jadi soal. Kita boleh menundanya sampai kapan saja. Pemahaman yang basi sudah pasti terasa basi. Celakanya adalah ketika pemahaman kebenaran itu bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk kepentingan umum.Kita tidak mengonsumsinya sendiri, tidak mencicipinya sendiri, dan menyajikan begitu saja kepada orang lain. Kita tidak tahu bila sajian kita sudah basi…….
Sang Istri: Banyak pemicu di luar yang senantiasa berupaya untuk mengelabui dan menjauhkan diri kita dari kebenaran. Harta sebagai pemicu berusaha untuk meyakinkan kita bahwa “kau lebih kaya dari orang lain” atau sebaliknya, “kau miskin, dia kaya”……… Demikian disampaikan dalam buku “The Gita Of Management, Panduan Bagi Eksekutif Muda Berwawasan Modern”. Kebiasaan yang telah tersimpan dalam pikiran bawah sadar kita juga mempersulit kita mencari Kebenaran……… Selama pancaindra dikuasai pikiran, dikuasai oleh apa yang disebut upaadhi atau conditioning, maka Kebenaran akan tampak terbagi-bagi, terpecah-belah. Tampak banyak, padahal satu adanya. Upaadhi berarti “program” yang sudah berubah menjadi kebiasaan. Dari kecil kita diprogram untuk mempercayai kebenaran tentang berbagai hal. Beranjak dewasa, kita mulai kritis. Banyak hal tidak masuk akal, tetapi kita sudah terlanjur diprogram untuk mempercayainya. Karena itu terjadilah konflik di dalam diri. Banyak orang terperangkap dalam permainan lama: menolak conditioning lama, masuk conditioning baru pun akan membuat kita tetap jauh dari Kebenaran. Awan delusi tetaplah awan delusi. Lama atau baru sama saja……. Demikian disampaikan dalam buku “Atma Bodha Menggapai Kebenaran Sejati Kesadaran Murni dan Kebahagiaan Kekal”…..
Sang Suami: Buku “Life Workbook, Melangkah Dalam Pencerahan, Kendala Dalam Perjalanan, Dan Cara Mengatasinya” menyampaikan bahwa…… Energi di dalam badan saya tidak beda dari energi di dalam badan Anda. Kesadaran di dalam diri saya tidak beda dari kesadaran di dalam diri Anda. Ekam Sad Viprah Bahudha Vadanti, Kebenaran Satu Ada-Nya. Mereka yang Paham Menyebut-Nya dengan Berbagai Nama. Setiap sisi Kebenaran diberi nama. Oke, fine, karena, Tuhan pun membiarkan hal itu terjadi……. Buku “Sabda Pencerahan, Ulasan Khotbah Yesus Di Atas Bukit Bagi Orang Modern” juga menyampaikan bahwa kebenaran itu satu adanya…… Lihatlah dengan pandangan yang jernih dan akan Anda temukan bahwa kebenaran itu satu adanya. Jangan takut terhadap mereka yang buta. Karena kebutaan mereka, karena sempitnya wawasan mereka, Anda akan dicela. Anda akan difitnah mencampuradukan agama, bahkan Anda akan dianiaya dan disiksa – memang merekalah yang berkuasa di muka bumi ini. Tetapi jangan lupa akan kekuatan Kebenaran itu sendiri. Sekuat-kuatnya mereka, lihat saja sejarah, mereka tidak berhasil membunuh orang-orang seperti Anda. Akhirnya mereka sendiri yang musnah, karena mereka menolak Kebenaran, karena mereka lebih mementingkan kedudukan mereka, karena mereka hanya percaya pada angka dan jumlah. Mereka hanya percaya pada kuantitas, tidak pada kualitas. Walaupun umat mereka, penganut paham mereka bertambah terus, apakah ada gunanya? Apakah ada perubahan pada sikap mental, apakah ada peningkatan pada kesadaran?……..
Sang istri: Dalam buku “Otobiografi Paramhansa Yogananda, Meniti Kehidupan bersama para Yogi, Fakir dan Mistik” disampaikan bahwa…….. Setiap orang yang sedang meniti jalan ke dalam diri pada suatu ketika akan menemukan bahwa “Kebenaran” Itu Satu Adanya. Dan bahwa jalan menuju Kebenaran bukanlah jalan raya. Jalan menuju Kebenaran, Jati-Diri, Kesadaran merupakan jalan pribadi. Jalan menuju kebenaran begitu sempit, sehingga Anda harus melewatinya seorang diri. Anda tidak bisa bergandengan tangan dengan siapa pun……..
Terima Kasih Guru. Jaya Guru Deva!
Situs artikel terkait
http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo
Agustus, 2010.