Sepasang suami istri setengah baya sedang membicarakan 15 pandangan hidup dari Swami Vivekananda. Mereka kini membicarakan tentang pandangan hidup kelima. Sebagai referensi mereka menggunakan buku-buku Bapak Anand Krishna. Mereka yakin spiritualitas itu bersifat universal adanya….
Sang Istri: Pandangan hidup kelima……..Bebaskan diri: Saat saya menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam setiap tubuh manusia, saat saya menghormati setiap makhluk dan melihat Tuhan dalam diri mereka – pada saat tersebut saya bebas dari keterikatan, segala sesuatu yang menyebabkan keterikatan lenyap dan saya bebas.
Sang Suami: Swami Vivekananda menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam setiap makhluk……. Tuhan meliputi segala sesuatu. Bukan saja makhluk hidup, tetapi juga bebatuan, pepohonan, lautan dan pegunungan. Segala sesuatu diliputi Dia. Kita semua berada di dalam-Nya. Bila seekor semut pun bisa berada di luar Tuhan, dia akan menjadi tandingan bagi Tuhan. Dia akan berdiri bersama Tuhan. Walau dia kerdil dan Tuhan tampak Jangkung, tetapi perbedaannya ya itu saja. Hal tersebut disampaikan dalam buku “Tantra Yoga”.
Sang Istri: Pandangan Swami Vivekananda sama dengan pandangan leluhur kita yang menghormati alam semesta. Dalam buku “Panca Aksara” disampaikan bahwa…….. Saatnya kita kembali kepada ajaran leluhur, kepada budaya asal Nusantara, kepada kearifan lokal, kebijakan nenek moyang. Saatnya kita menghormati dan menghargai alam, lingkungan. Hubungan dengan alam dan sesama makhluk hidup – bukanlah hubungan horizontal sebagaimana dicekokkan kepada kita selama bertahun-tahun. Pun hubungan kita dengan Tuhan bukanlah vertikal. Tuhan tidak berada di atas sana. Inilah kearifan lokal kita. Pemahaman vertikal-horizontal seperti ini telah memisahkan kita dari alam. Tuhan berada dimana-mana, Ia meliputi segalanya, sekaligus bersemayam di dalam diri setiap makhluk inilah inti ajaran leluhur kita. Inilah kearifan lokal kita……… Saya menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam setiap tubuh manusia, saya menghormati setiap makhluk dan melihat Tuhan dalam diri mereka.
Sang Suami: Pemahaman adanya hubungan vertikal dan hubungan horizontal serta bahwa hubungan vertikal lebih penting, sering membuat kita merusak lingkungan dan kemudian mohon ampun kepada Tuhan. Swami Vivekananda yakin bahwa Tuhan menyelimuti segala sesuatu, menyelimuti semua makhluk hidup termasuk lingkungan. Dalam buku “Narada Bhakti Sutra” disampaikan bahwa…….. Selama ini kita memisahkan manusia dari Tuhan. Hubungan antara manusia dan Tuhan disebut hubungan vertikal. Kemudian antar manusia disebut hubungan horizontal. Ya, tidak ketemu. Muncul anggapan yang sungguh tak masuk akal, “horizontal boleh amburadul, asalkan yang vertikal lurus dan berjalan mulus. Bukankah Tuhan Maha Pengampun adanya? Dia akan mengampuni kesalahan-kesalahan yang kita lakukan dalam hubungan horizontal?” Sang Master meniadakan garis vertikal dan horizontal. Dia mengajak kita untuk melihat Tuhan di mana-mana, dan melayani Tuhan yang ada di mana-mana. Lihatlah wajah-Nya di Barat dan Timur dan Utara dan Selatan. Rasakan kehadiran Tuhan di bumi dan di langit. Temukan kasih-Nya dalam diri manusia dan makhluk-makhluk lainnya….. dalam kehidupan sekitar Anda….. Dan tiba-tiba semua akan hidup. Jangankan pohon-pohon lebat, sungai dan gunung, tiang listrik yang berdiri tegak buatan manusia pun sedang memuliakan Nama-Nya. Semua sedang bergetar. Semua “hidup”. Energi dan materi bukanlah dua hal yang berbeda…… Saya menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam setiap tubuh manusia, saya menghormati setiap makhluk dan melihat Tuhan dalam diri mereka.
Sang Istri: Dalam buku “Samudra Sufi” disampaikan pandangan seorang sufi Shah Abdul Latif……. Walaupun, nampaknya berbeda, nampaknya lain, semua itu sesungguhnya berasal dari satu. Yang lain, yang berbeda, semuanya berasal dari Allah. Hanya Dia-lah Yang Ada, tidak ada sesuatu apa pun kecuali Allah. Jangan salah paham, aku bersumpah demi Allah, tak ada sesuatu apa pun kecuali Dia. Apa pun yang terlihat selain Dia, hanyalah bayangan-Nya, Yang berasal dari-Nya pula….. Kemudian dalam buku “Telaga Pencerahan” disampaikan pula bahwa…… Kepunyaan Allah Timur dan Barat, maka ke mana saja kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas rahmat-Nya lagi Maha Mengetahui. Dalam buku “Bhagavad Gita Bagi Orang Modern” juga disampaikan bahwa……. Tuhan atau Keberadaan, “Existence” melingkupi alam semesta. Segala sesuatu berada dalam Tuhan, dalam Keberadaan. Dalam buku “Five Steps to Awareness”disampaikan bahwa…..Alam yang serba terbatas ini hanyalah proyeksi dari “Sang Aku”. Alam yang serba terbatas, walau masih tetap berada di luar jangkauan pikiranku, hanyalah proyeksi dari “Sang Aku”, proyeksi dari Ia Yang Meliputi Segalanya. Ia yang berada di luar dan di dalam diri kita. Persis seperti air dan ikan dalam kolam. Air berada di luar ikan dan berada pula di dalamnya…….. Saya menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam setiap tubuh manusia, saya menghormati setiap makhluk dan melihat Tuhan dalam diri mereka.
Sang Suami: Pandangan para leluhur tentang Bhinneka Tunggal Ika selaras dengan pandangan bahwa semuanya merupakan proyeksi dari Ia Yang Meliputi Segalanya, dan juga selaras dengan pengetahuan modern tentang energi. Dalam buku “Indonesia Baru” disampaikan bahwa…… Orang-orang bodoh yang tidak memiliki akal sehat dan latar belakang ilmu yang memadai, mempersoalkan Bhinneka Tunggal Ika, kesatuan dan persatuan. Bertanyalah kepada Einstein dan Hawking, mereka akan menertawakan perbedaan yang terlihat kasat mata itu. Bhinneka Tunggal Ika bukan sekedar semboyan negara, bukan pula sekedar Saripati Budaya Nusantara. Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah Rumusan Ilmiah, Rumusan Kesadaran yang tak dapat dipungkiri. Bhinneka Tunggal Ika, sebuah rumusan hasil eksperimen panjang para leluhur kita jauh sebelum Einstein berbicara tentang Unified Field of Energy atau Medan Energi Terpadu…….
Sang Istri: Benar suamiku. Kita baru mengetahui lewat Fisika Kuantum yang baru-baru ini ramai dibicarakan, sebelumnya kita tidak mengetahui hal itu. Sebelumnya, kita masih memisahkan segala sesuatu dalam 2 kelompok besar, materi dan energi. Pengelompokan itu pun ilusif. Albert Einstein telah membuktikannya lewat Teori Relativitas. Betul, bahwasanya materi juga energi. Tak ada sesuatu di luar energi. Alam semesta adalah medan energi. Kita semua bagian dari medan yang sama itu. Kita pun energi. Demikian disampaikan dalam buku “Otak Pemimpin Kita”……. Selanjutnya dalam buku “Panca Aksara” disampaikan bahwa…… Energi itulah Tuhan. Tuhan adalah Energi Agung – The Supreme Energy, The Supreme Being. Energi yang berada dimana-mana, dan meliputi alam semesta, juga berada di dalam diriku, di dalam dirimu, di dalam diri kita semua. Energi di luar, energi di dalam. Tuhan di luar, Tuhan di dalam …. Hyang Di Luar, sedang berekspansi terus …. Aku tidak mampu menggapai keluasan serta kebesarannya. Hyang Di Dalam dapat kurasakan Keberadaan serta Kehadirannya…….
Sang Suami: Dalam pandangan hidup kelima Swami Vivekananda berkata agar kita dapat membebaskan diri, maksudnya adalah membebaskan diri dari keterikatan pada dunia……. Dalam buku “Rahasia Alam” dijelaskan tentang kebebasan diri dari keterikatan…….. Kita tidak pernah bisa membebaskan diri dari dunia, karena dunia dan kita terbuat dari bahan baku yang sama. Perhiasan yang terbuat dari emas tidak dapat membebaskan diri dari emas. Bebaskan dirimu dari keterikatan, karena keterikatanmu bersifat ilusif. Keterikatan manusia tidak pada tempatnya. Keterikatan manusia adalah ciptaannya sendiri. Tercipta karena ketidaktahuan. Dengan cara apa pula dapat kubebaskan diri dari keterikatan? Gerbang Kebebasan dijaga oleh empat pengawal. Pengawal pertama adalah Shaanti, damai. Ia yang sudah damai dapat merasakan kedamaian di dalam dirinya dan dapat pula mendamaikan. Pengawal Gerbang Kebebasan kedua adalah Aatma Vichaarana”. Aatma Vicharana berarti “menganalisa diri”, introspeksi diri, mawas diri, setiap upaya untuk mengenal diri dapat disebut Aatma Vichaarana. Pengawal Gerbang Kebebasan ketiga adalah Santhosa, kepuasan. Bukan memuaskan diri, tetapi memang puas. Santhosa bukanlah kepuasan yang disebabkan oleh sesuatu. Pengawal keempat Gerbang Kebebasan adalah Sadhusanga atau Satsanga berarti “Pergaulan dengan mereka yang baik”. Tidak perlu bermusuhan dengan dengan mereka yang kurang baik, tetapi anda juga perlu menghindari pergaulan yang tidak menunjang kesadaran……….
Sang Istri: Kita perlu sadar dulu, baru dapat menjalankan kebebasan dan setelah itu baru “hidup”……. Sadar, bebas dan hidup. Perhatikan urutan ini. Anda harus mulai dari kesadaran. Sadar dulu, baru memproklamasikan kemerdekaan. Kemerdekaan, kebebasan tanpa kesadaran tidak akan tahan lama. Kesadaran adalah bekal awal. Tanpa bekal itu, kebebasan, kemerdekaan yang anda proklamasikan tidak bermakna sama sekali. Sewaktu-waktu, jiwa anda bisa dijajah kembali. Dulu penjajahnya lain, sekarang penjajahnya lain. Budak tetap budak. Sekali lagi, sadarilah kemampuan diri, potensi diri-keilahian dan kemuliaan diri. Setelah menyadarinya, baru memproklamasikan kemerdekaan. Baru membebaskan diri dari segala sesuatu yang mengikat diri anda, yang merantai jiwa anda. Setelah bebas, kemudian anda baru hidup. Anda baru bisa menikmati hidup ini. Anda baru bisa merayakan kehidupan anda! Demikian disampaikan dalam buku “Bersama Kahlil Gibran Menyelami ABC Kehidupan”.
Sang Suami: Kebebasan adalah anugerah Keberadaan yang harus kita syukuri. Dalam buku “Panca Aksara” disampaikan bahwa…… Dan, di atas segalanya, Anugerah-Nya yang sungguh tak tertandingi ialah “Kebebasan”. Ia memberi kita kebebasan untuk berpikir, berkarya, Ia tidak memperbudak kita. Jika kita berhamba kepada-Nya, maka itu pun bukanlah karena perintah-Nya. Tetapi, semata karena cinta kita, karena kesadaran serta keinginan kita untuk berhamba. Ia membebaskan kita dari belenggu-belenggu keterikatan, keserakahan dan lain sebagainya yang mengikat diri kita dan menyebabkan kesengsaraan. Ia membebaskan diri kita dari identitas diri yang palsu, “aku” yang tidak berarti. Ia mengantar kita pada Kesadaran Tertinggi Sang Aku Sejati!……. Semoga……
Terima Kasih Guru. Jaya Guru Deva!
Situs artikel terkait
http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo
Agustus, 2010.