Sepasang suami istri setengah baya melanjutkan pembicaraan mereka tentang pandangan ketujuh dari lima belas pandangan hidup Swami Vivekananda. Mereka tetap menggunakan buku-buku Bapak Anand Krishna sebagai referensi mereka. Bagi mereka pandangan-pandangan Bapak Anand Krishna tentang kehidupan telah membuat hidup mereka menjadi lebih bermakna.
Sang Istri: Renungan ketujuh…….. Bantulah orang lain: Bila uang membantu seseorang untuk berbuat baik kepada orang lain, uang tersebut berharga. Apabila tidak, uang tersebut hanyalah kumpulan kejahatan, dan semakin cepat disingkirkan semakin baik.
Sang Suami: Istriku, kita telah membicarakan enam pandangan hidup Swami Vivekananda. Pertama, Kasih adalah Hukum Kehidupan. Kedua, adalah sikap mental kita sendiri yang membuat dunia seperti apa bagi kita. Ketiga, di balik segala sesuatu yang terjadi di dunia ini selalu ada hikmahnya. Keempat, semuanya tergantung pada rasa kita. Rasa yakin adalah kekuatan dan semangat hidup. Kelima, menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam setiap manusia dan setiap makhluk. Keenam, jangan menyalahkan orang, apabila dapat mengulurkan tangan untuk membantu, lakukan…… Nampak jelas bahwa centerpointnya adalah diri. dalam membicarakan renungan ketujuh kita perlu membicarakan sekilas tentang jatidiri dahulu…..
Sang Istri: Benar suamiku, oleh karena itu ada baiknya kita membaca buku “Fengshui Awareness Rahasia Ilmu Kuno bagi Manusia Modern”. Dalam buku tersebut disampaikan bahwa…….. Centerpoint adalah Jatidirimu. Namun, untuk menemukannya, untuk mengenalinya, kau tetap harus berupaya. Upaya sederhana, tidak sulit. Untuk melihat dunia luar kau harus membuka mata fisik. Untuk menemukan sesuatu di dalam diri, kau harus membuka mata batin. Membuka mata batin juga tidak berarti melihat ke dalam melulu dan tidak lagi memperhatikan dunia luar, menutup diri terhadap dunia luar. Tidak bisa, bila mata batinmu terbuka, kau justru tidak dapat menutup diri terhadap dunia luar. Terbukanya mata batin membuatmu melihat dunia dengan persepsi yang berbeda. Kau tetap berkarya, tetap berumah-tangga, tetap menjalankan tugas kewajibanmu, tetapi dengan kesadaran yang berbeda. Kau akan berkarya tanpa pamrih, tanpa keterikatan pada hasil akhir. Kau akan menyerahkan urusan itu kepada Yang Maha Ada dan Maha Tahu. Biarlah Dia yang menentukan hasil, kau juga akan mencintai tanpa mengikat diri; bekerja tanpa menjadi budakpekerjaanmu; menjalani hidup dengan jiwa bebas, merdeka. Hidupmu, kemudian, menjadi sebuah perayaan yang tak pernah berakhir!………
Sang Suami: Istriku, untuk itu kita perlu membicarakan tentang, Kama – Artha – Dharma – Moksha. Dalam buku “Fengshui Awareness Rahasia Ilmu Kuno bagi Manusia Modern” disampaikan bahwa…… Banyak cara, banyak jalan untuk menemukan “pusat” di dalam diri, untuk menemukan Jati Diri. Namun, ada 4 Upaya Utama, setiap upaya mewakili satu sudut, satu sisi kehidupan. Kita menemukan Centerpoint dengan menarik garis silang antara sudut-sudut yang berseberangan, keempat Upaya Utama ini harus dipertemukan. Pertama adalah Kama atau Keinginan – Keinginan Kuat, Tunggal, untuk menemukan Jati Diri. Sementara ini, keinginan kita masih bercabang. Terdorong oleh hawa nafsu, kita dapat menginginkan apa saja. Pelan-pelan, tanpa memaksa, kita harus mengarahkan keinginan ini kepada diri sendiri. Dari sekian banyak keinginan-keinginan, kita menjadikannya satu keinginan, Keinginan untuk Menemukan Jati Diri…….. Kedua adalah Artha, biasa diterjemahkan sebagai Harta. Sesungguhnya Artha juga berarti “Makna” atau “Arti”. Temukan Makna Hidupmu! Adakah uang itu, harta itu yang memberi makna pada hidupmu? Bila ya, maka berhati-hatilah. Karena apa yang kau miliki saat ini tak mungkin kau miliki untuk selamanya. Jangankan uang, anggota keluarga pun pada suatu ketika akan meninggalkanmu, atau kau meninggalkan mereka. Bila kau terlalu percaya pada “kepemilikan”-mu, maka hidupmu bisa menjadi sangat tidak berarti ketika apa yang saat ini masih kau miliki, tidaklagi menjadi milikmu. Berusahalah untuk menemukan makna lain bagi hidupmu. Barangkali “Kebahagiaan”, rasa bahagia yang kau peroleh saat kau berbagi kebahagiaan. Tidak berarti kau tidak boleh mencari uang… Silakan mencari uang, silakan menabung, silakan menjadi kaya-raya, tetapi janganlah kau mempercayai harta kekayaanmu. Kau pasti kecewa. Apa yang kau miliki hari ini, belum tentu masih kau miliki besok pagi…….. Ketiga adalah Dharma, Kebajikan. Dalam bahasa sufi disebut Syariat – Pedoman Perilaku. Pedoman Perilaku berdasarkan kesadaran, itulah Dharma. Jangan berbuat baik hanya karena kau dijanjikan sebuah kapling di surga. Itu bukanlah kebajikan, itu perdagangan belaka. Jual beli. Berbuatlah baik karena kebaikan itu “baik”. Berbuatlah baik karena dirimu baik. Berbuatlah baik karena kau sadar. Seseorang yang berada pada Jalur Dharma tidak perlu dipaksa, tidak perlu diiming-imingi, juga tidak perlu diintimidasi, diteror atau dipaksa untuk berbuat baik. Ia akan selalu berusaha untuk berbuat baik karena sadar! Keempat adalah Moksha, Kebebasan Mutlak. Dan, Kebebasan Mutlak berarti “kebebasan dari”, freedom from sekaligus “kebebasan untuk”, freedom for. Kita bebas dari penjajahan, tetapi tidak bebas untuk berpendapat. Ada rambu-rambu yang perlu ditaati, diperhatikan dan tidak dilanggar. Kenapa ada rambu-rambu? Karena kita belum sadar. Kita belum cukup menggunakan “kebebasan untuk” sadar untuk dengan penuh tanggungjawab. Barangkali memang karena itu, atau barangkali ada pihak-pihak yang merasa akan dirugikan bila kita meraih “Kebebasan Untuk”……..
Sang Istri: Buku “Fengshui Awareness Rahasia Ilmu Kuno bagi Manusia Modern” juga melanjutkan bahwa……. Kama, Artha, Dharma dan Moksha harus bertemu dan titik temunya itulah tujuan hidup, itulah Jati Dirimu! Titik Temu antara keempat upaya itu. Titik temu antara pasangan yang berseberangan. Janganlah kau mempertemukan Kama dengan Artha, karena kedua titik itu masih segaris. Pertemuan antara Kama dan Artha itulah yang selama ini terjadi – kita hanya berkeinginan untuk mengumpulkan uang, mencari keuntungan dan menambah kepemilikan, entah itu berupa benda-benda yang tak bergerak, atau yang bergerak. Kama harus bertemu dengan Moksha, itulah titik di seberangnya. Berkeinginanlah untuk Meraih Kebebasan Mutlak. Kemudian Artha dan Dharma – carilah harta sehingga kau dapat berbuat baik, dapat berbagi dengan mereka yang berkekurangan. Berikan makna kepada hidupmu dengan berbagi kebahagiaan, keceriaan, kedamaian, kasih…….
Sang Suami: Bila uang membantu seseorang untuk berbuat baik kepada orang lain, uang tersebut berharga. Apabila tidak, uang tersebut hanyalah kumpulan kejahatan, dan semakin cepat disingkirkan semakin baik. Swami Vivekananda mengingatkan kita agar Artha dipergunakan untuk Dharma. Artha juga bisa digunakan untuk membekali diri agar perjalanan kehidupan menjadi nyaman. Tetapi kita harus waspada, karena Artha juga bisa membelokkan tujuan kita dari tujuan utama mencari Kebebasan Sejati. Dalam buku “Sandi Sutasoma Menemukan Kepingan Jiwa Mpu Tantular “ disampaikan tentang jalan Tantra…… Inilah Jalan Tantra. Inilah jalan kuno yang abadi. Berada di jalan ini, kau boleh menggunakan kereta kencanamu. Tidak ada keharusan bagimu untuk berjalan kaki. Badan jalan ini sangat lebar; jauh lebih lebar dari segala macam keinginan dan harapanmu. Kau boleh membekali diri dengan segala macam sarana dan prasarana supaya perjalananmu nyaman. Dalam Tantra kau tidak perlu melepaskan sesuatu, kecuali keterikatanmu, karena keterikatan dapat mengikat kedua kakimu dan kau tidak dapat melanjutkan perjalananmu. Kecuali itu, tidak ada sesuatu yang perlu kau khawatirkan. Entah berada di tengah keramaian dunia, entah di dalam istana, aku yakin, kau akan melanjutkan perjalananmu tanpa keterikatan! Inilah Jalan Tantra……….
Sang Istri: Harta kekayaan memberikan kenyamanan tetapi belum menjamin kebahagiaan. Dalam buku “Bhaja Govindam Nyanyian Kebijaksanaan Sang Mahaguru Shankara” disampaikan bahwa…… Bila harta kekayaanmu dapat membahagiakan dirimu, kenapa kau begitu sedih saat mati dan meninggalkannya? Kenapa tidak membawanya ke alam sana? Lalu apa arti tabunganmu selama ini? Masih untung bila kau sempat menikmati harta itu semasa hidupmu. Masih untung bila kau sempat hidup nyaman dengan apa yang kau miliki…. Silakan menabung. Silakan beli properti, silakan berinvestasi. Asal tahu bahwa semua itu tidak membahagiakan. Tidak ada kebahagiaan yang dapat kau peroleh dari semua itu……… Dalam buku “The Gospel of Michael Jackson” disampaikan bahwa………. Kita sudah banyak sekali mendengar ini: Uang dapat membeli kasur, tetapi tidak untuk tidur yang nyenyak; uang dapat membeli kenyamanan tetapi tidak membeli kebahagiaan; uang dapat membeli obat, tetapi tidak dapat membeli kesehatan; Uang dapat membeli rumah, tetapi tidak membeli tempat bernaung. Ya? Iya. Apakah kita benar-benar menyadarinya?…….. Dalam buku “Otak Pemimpin Kita” disampaikan bahwa……. Hidup bukanlah urusan cari uang. Uang dibutuhkan untuk hidup nyaman, itu saja. Uang bukanlah tujuan hidup. Bila harta, kedudukan dan sebagainya menjadi tujuan, maka seharusnya kita membawa semua itu ke alam kubur. Ternyata kita tidak dapat membawanya. Apa yang kita bawa? Diri kita sendiri. Raga pun tertinggal di sini. Apa pula Diri itu? Mari kita mencari tahu bersama, menelusurinya. Itulah meditasi.
Sang Suami: Kenyamanan berada pada Chakra Ketiga. Manusia mulai merasa nyaman – begitu nyamannya, sehingga biasanya tertidur lagi. Ia tidak melanjutkan perjalanannya. Ia lupa bahwa perjalanan jiwanya masih panjang. Ia baru pada chakra ketiga. Dalam buku “Jalan Kesempurnaan melalui Kamasutra” disampaikan bahwa……. Lapisan Kesadaran Ketiga ini berkembang menjadi kebutuhan akan “kenyamanan”, bukan sekedar tidur, sehingga jika mengantuk ia akan mencari ranjang yang empuk, ruangan yang nyaman, baru tidur. Selain itu, kebutuhannya akan kenyamanan diri sering kali membuatnya menjadi egois. Ia bisa mencelakakan orang lain, bisa mengabaikan kepentingan orang lain demi kenyamanan diri, demi kepentingan pribadi. Melangkah dari Lapisan Kesadaran Ketiga, kita memasuki Lapisan Kesadaran Keempat atau Anahat Chakra. Dalam lapisan kesadaran ini, kita baru mengenal Cinta. sesungguhnya yang membedakan kita dari binatang adalah rasa yang satu ini, Cinta!
Sang Istri: Uang membuat nyaman, tetapi kita harus waspada agar kita tidak berhenti pada taraf kenyamanan belaka. Demikian juga uang mempengaruhi kehidupan bangsa, sehingga kita juga perlu waspada. Dalam buku “Medina, Sehat Dalam Sekejap” disampaikan bahwa……. Meningkatnya konsumerisme, sangat mempengaruhi hidup kita. Di satu pihak, memang menyehatkan ekonomi negara, karena lebih banyak uang yang berputar, karena lebih banyak uang yang berputar. Tetapi, at what cost? Atas biaya apa dan siapa? Yang menanggung biayanya adalah “manusia”. Manusia yang telah menjadi mesin. Ya, mesin pencari uang! Sepanjang hari, ia mengejar uang dan uang dan uang. Keinginannya banyak sekali. Dan dia mendefinisikan kebahagiaan sebagai “terpenuhinya keinginan-keinginan”. Itu di Amerika Serikat. Lain Barat, lain Timur. Lain sana, lain sini. Di sini, lebih parah lagi. Tidak punya uang, tetapi diarahkan untuk mengikuti jejak Barat. Iklan di teve, di majalah, di pinggir jalan dan diatas atap pecakar langit semuanya sedang merayu anda, menggoda anda. “Belilah aku, gunakanlah aku, cobalah aku dan kau akan bahagia!”. Tapi anda tidak menjadi bahagia dengan itu, malah megap-megap kesetanan mengejar bayang-bayang!……. Semoga kita semua sadar……
Terima Kasih Guru. Jaya Guru Deva!
Situs artikel terkait
http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo
Agustus, 2010.