September 7, 2010

Renungan Kesebelas Dari Lima Belas Pandangan Hidup Vivekananda

Sepasang suami istri setengah baya melanjutkan pembicaraan tentang Pandangan Hidup Swami Vivekananda yang berjumlah lima belas. Mereka sudah sampai pada Renungan yang Kesebelas. Buku-buku Bapak Anand Krishna dijadikan referensi mereka. Bagi mereka pandangan para Master selalu ada benang merah kesamaannya.

Sang Istri: Renungan Kesebelas……..Tidak ada yang mustahil: Jangan pernah berpikir ada yang mustahil bagi jiwa. Sungguh keterlaluan cara berpikir yang demikian. Apabila ada dosa, hanyalah ada satu dosa yaitu bila meyakini bahwa kamu atau orang lain lemah.

Sang Suami: Jangan pernah berpikir ada yang mustahil bagi jiwa. Setelah memahami sejarah evolusi dari DNA, kita harus mensyukuri kelahiran kita sebagai manusia. Dalam buku “The Gospel of Michael Jackson” disampaikan…….  Janganlah kita hinakan kelahiran, tubuh dan pikiran manusia kita. Kelahiran sebagai manusia adalah anugerah besar, kalau tidak yang terbesar, dari Bunda Alam Semesta. Marilah bersyukur atas pemberian ini. Inilah cara untuk mengembangkan rasa percaya diri. Inilah cara untuk mengembangkan rasa percaya diri. Rasa syukur membawa kita pada rasa percaya diri. Rasa percaya diri akan membawa kita pada keyakinan……….. Rasa takut kita warisi dari proses evolusi yang panjang. Rasa takut ini juga yang kita bagi dengan binatang lain. Rasa takut menurunkan kita menjadi binatang sosial. Dengan demikian, rasa takut adalah penghambat kemajuan dan evolusi lanjutan. Untuk menyadari takdir kita sebagai manusia, kita harus setidaknya berusaha meniadakan rasa takut. Begitu kita dapat melewati rasa takut dan menjadi berani, kita mulai bisa memproyeksikan, mewujudkan sifat ilahi dalam diri. Mekanisme “flight or fight” atau “lari atau berkelahi” lahir dari rasa takut. Karenanya kita menjadi reaktif. Begitu kita diserang, kalau tidak balik melawan, ya kita lari. Kita tidak bereaksi dengan cara lain. Namun, begitu kita dapat melewati rasa takut dan menjadi berani, saat itulah kita berhenti menjadi reaktif. Sebaliknya kita menjadi responsive, saat diserang, kita tidak langsung balik melawan atau mengambil langkah seribu………

Sang Istri: Benar suamiku, Swami Vivekananda berkataa hanyalah ada satu dosa yaitu bila meyakini bahwa kamu atau orang lain lemah……… Tanpa disadari, alam bawah sadar kita sudah terlanjur menyimpan sekian banyak memori yang kemudian menentukan sifat kita, watak kita, karakter kita. Kadang kita merasa tidak berdaya melawan salah satu kelemahan diri. Padahal sadar betul bahwa itu merupakan kelemahan sesuatu yang harus diatasi, dilampaui. Berbagai cara pun kita tempuh untuk melawannya. Banyak energi yang terboroskan hasilnya tetap nihil. Fisik malah kekurangan energi karena perlawanan, jiwa pun melemah. Cara-cara yang kita tempuh selama ini salah, keliru. Kelemahan-kelemahan diri tidak perlu dilawan, harus dibuang. Alam bawah sadar kita perlu dibersihkan. Itulah tujuan utama latihan-latihan kita. Alam bawah sadar yang penuh dengan berbagai macam memori ibarat tong sampah yang harus dibersihkan. Seperti gelas kotor yang harus dibersihkan dulu sebelum diisi dengan air bersih……… Demikian disampaikan dalam buku “Self Empowerment”………..

Sang Suami: Benar istriku, dalam buku “Bersama Kahlil Gibran Menyelami ABC Kehidupan” disampaikan bahwa…….. Jika Anda sudah tahu “apa yang terbaik”, Anda tidak akan “mencari” lagi, karena “yang terbaik” justru tidak perlu dicari. Yang terbaik justru ada di dalam diri Anda. Yang dibutuhkan bukanlah “pencarian”,tetapi “penggalian”. Akhirilah pencarian Anda. Mulailah menggali dalam diri Anda sendiri. Dan untuk penggalian, Anda tidak butuh terlalu banyak pengetahuan. Sedikit saja sudah cukup………. Mereka ingin menjadi kuat. Tetapi cara yang mereka tempuh salah. Mereka belum sadar bahwa sumber kekuatan ada dalam diri mereka. Mereka tak melihat bahwa merebut hak orang dan menambah kepemilikan bukanlah cara yang tepat untuk menyadari kekuatan diri. Untuk menyadari kekuatan diri, Anda tidak perlu merebut atau merampas sesuatu milik orang lain. Yang dibutuhkan adalah perenungan, meditasi. Anda harus menyelami diri sendiri, meniti jalan ke dalam diri…….. Sadarilah bahwa Anda sesungguhnya tidak lemah. Selama ini Anda pikir Anda lemah. Lalu Anda mempercayai “pikiran” itu. Kelemahan diri Anda hanya ada dalam pikiran. Bangkitlah-bangunlah-sadarlah! Dan setelah menyadari kekuatan diri, jangan duduk diam……

Sang Istri: Benar suamiku. Dalam buku “Seni Memberdaya Diri 2, Meditasi untuk Peningkatan Kesadaran” disampaikan bahwa setelah menyadari adanya kelemahan diri, kita harus berupaya mengubahnya ……. Ia yang mengakui kelemahan dirinya, ia yang mengakui kesalahan dirinya, telah mengambil langkah awal menuju transformasi diri. Dan tanpa langkah awal itu, tidak seorang pun yang dapat membantu Anda. Hendaknya para meditator tidak sibuk memperhatikan orang lain. Kelemahan orang lain, keliaran dan ketidakwarasan orang lain melulu yang biasanya kita perhatikan. Diri sendiri lupa diperhatikan. Alihkan perhatian Anda. Jangan dilihat di luar diri. Lihatlah dalam dirimu. Jaga pula dirimu. Jangan sampai tanaman kesadaran yang baru tumbuh sedikit musnah terinjak-injak oleh binatan-binatang liar. Berhati-hatilah dengan pergaulan Anda, dengan persahabatan dan kemitraan Anda! Transformasi diri berarti mengubah diri. Transformasi diri menuntut perubahan total. Renovasi tanggung bukanlah suatu solusi. Transformasi diri berarti peningkatan kesadaran. Naluri hewani harus dibuang jauh-jauh. Kesadaran insani pun harus dilampaui. Tujuan kita adalah Kesadaran Murni, Kesadaran Ilahi!……..

Sang Suami: Apabila ada dosa, hanyalah ada satu dosa yaitu bila meyakini bahwa kamu atau orang lain lemah. Swami Vivekananda mengingatkan siapa “Aku” sejati kita, sehingga meyakini kelemahan diri adalah tindakan salah. Dalam buku “Bhagavad Gita Bagi Orang Modern, Menyelami Misteri Kehidupan” disampaikan…….. Kadang kita mengidentitaskan diri kita dengan badan, kadang dengan pikiran, kadang dengan emosi. Kadang kita terlibat dengan benda-benda duniawi yang tidak permanen. Kadang kita bersuka ria, kadang tenggelam dalam duka yang tak terhingga. Kita melupakan identitas diri kita yang sebenarnya. Kita lupa akan “Aku” yang sejati, yang tak pernah musnah, yang kekal dan abadi…….. Dalam buku “Bersama Kahlil Gibran Menyelami ABC Kehidupan” disampaikan……… Ingat bahwa Keilahian, Kemuliaan adalah Kebenaran Sejati Manusia. Dan Keilahian ini tidak bisa diperjualbelikan; tidak bisa ditimbun sebagaimana mereka menimbun harta benda. Yang kaya telah melupakan Keilahian dirinya, Kemuliaan dirinya dan mengikat diri dengan kekayaannya. Begitu pula dengan yang muda. Ia melepaskannya demi kenikmatan dan kesenangan sesaat. Anda tidak bisa membeli “keilahian” ataupun “kemuliaan”. Bahkan Anda tidak perlu membelinya, karena “keilahian” itulah kebenaran diri Anda, karena “kemuliaan” itulah jatidiri Anda………  Sebagaimana kebinatangan adalah sifat dasar binatang dan kemanusiaan adalah sifat dasar manusia, begitu pula “Keilahian” adalah Sifat Dasar Allah. “Kemuliaan” adalah Sifat Dasar “Ia Yang Maha Mulia”. Dan itu pula yang Ia berikan kepada Anda. Sebelum orang tua memberikan nama dan menempelkan “cap agama”, Tuhan sudah membekali Anda dengan “keilahian”, “kemuliaan”……….

Sang Istri: Swami Vivekananda berkata tentang dosa. Alam bawah sadar atau subconscious adalah beban yang kita warisi sejak lahir. Dalam tradisi Kristen, mereka menamakannya “Dosa Asal”…….. Kata “dosa” itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta “dosha” yang berarti “kesalahan” atau “kekhilafan”. Jadi sesuatu yang bisa diperbaiki. Kemudian jika agama Kristen bicara tentang “dosa asal”, kita dapat memahaminya. Yang dimaksudkan adalah synap-synap asli yang membentuk subconscious mind kita saat kelahiran. Itu jelas merupakan beban, tetapi dapat diringankan. Walaupun mempengaruhi hidup, kita bisa saja melepaskan diri dari pengaruhnya. Pemahaman yang betul tentang hukum evolusi dan sebab-akibat akan membebaskan manusia dari rasa takut. Dan membuat dirinya lebih bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas setiap perbuatan, ucapan, dan pikirannya…… Demikian disampaikan dalam buku “MedEri MedisMeditasi, Persepsi Baru Bagi Manusia Baru”………

Sang Suami: Benar istriku…….. Dosa disebabkan oleh ketakselarasan kita dengan alam. Setiap tindakan yang tidak selaras dengan alam adalah dosa. Dosa tidak memiliki eksistensi di luar tindakan kita yang tidak selaras dengan alam. Adanya dosa karena adanya tindakan kita yang tidak selaras dengan alam. Matematika dosa sebenarnya sederhana sekali. Dosa = Aku + Tindakan yang tidak selaras dengan alam…….. Demikian disampaikan dalam buku “Mawar Mistik, Ulasan Injil Maria Magdalena”……. Dalam buku “Vedaanta, Harapan Bagi Masa Depan” disampaikan bahwa……. Apa yang disebut dosa, oleh para pujangga kita, disebut ketaktahuan. Dosa atau Dosha adalah kekeliruan, Kesalahan, Kesalahpahaman, Kekhilafan. Dan, dapat diatasi. Agama, bagi para pujangga kita, adalah sarana untuk mengatasi dosha-dosha manusia. Maka, ia tidak bekerja sendiri secara otomatis. la harus dilakoni. Tidaklah cukup jika kita mengaku sudah beragama, atau mencantumkan agama tertentu dalam kolom KTP kita…….. “Bhagavad Gita Bagi Orang Modern, Menyelami Misteri Kehidupan” disampaikan bahwa……. Pada dasarnya, “Kau” – “Aku” yang menghuni badan ini tak ternodakan. Dosa adalah kekhilafan, disebabkan oleh kurangnya kesadaran. Begitu kau sadar, kau dapat mengoreksi dirimu. Apabila kita dapat meningkatkan kesadaran kita, kita berada dalam kesadaran-Nya, dalam kesadaran “Aku” yang sejati, dalam kesadaran Ia. Pada kondisi semacam itu dosa, kekhilafan tak akan terjadi………..

Sang Istri: Setelah kita menyadari kekuatan jiwa dan tidak ada yang mustahil bagi jiwa, sebaiknya kita mulai belajar untuk memberi. Dalam buku”Bersama Kahlil Gibran Menyelami ABC Kehidupan” disampaikan…….. Belajarlah untuk memberi. Memberi, tetapi tidak mengharapkan “ucapan terima kasih”. Memberi dan memberi dan memberi! Dengan memberi dan mengasihi, kualitas hidup Anda akan meningkat. Dan kualitas hidup itulah yang penting. Apa gunanya hidup sampai usia 70 atau 80 atau 90 tahun, apabila kehidupan Anda tidak berkualitas? Apabila waktu Anda hanya tersia-sia hanya untuk kejar-mengejar kekayaan, kedudukan dan ketenaran, ketahuilah bahwa kehidupan akan melewati Anda begitu saja. Demikian, sesungguhnya Anda tidak pernah hidup. Anda hanya melewati waktu, atau justru waktu melewati Anda……..

Sang Suami: Benar istriku dan mari kita praktekkan apa yang kita ketahui dalam hidup sehari-hari. Dalam buku “Bersama Kahlil Gibran Menyelami ABC Kehidupan” tersebut juga disampaikan bahwa…… Pengetahuan sedikit, asal dipraktekkan, diterjemahkan dalam hidup sehari-hari lewat karya nyata jauh lebih berharga daripada banyak pengetahuan yang “nganggur”, yang tidak dipraktekkan, tidak diterjemahkan dalam hidup sehari-hari. Jangan “mengoleksi pengetahuan”. Anda boleh menimbun ratusan, bahkan ribuan “ton” pengetahuan. Apa gunanya? “Sekilo” yang digunakan jauh lebih bermakna … Kepalamu, otakmu jangan dijadikan perpustakaan. Pengetahuan hendaknya dipraktekkan, tidak hanya ditimbun terus. Anda hanya membebani otak Anda……… Semoga…….

Terima Kasih Guru. Jaya Guru Deva!

Situs artikel terkait

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

September, 2010.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone