October 25, 2010

Sang Penghibur

Panggil aku Daniel,

Dan aku adalah seorang penghibur. Profesiku menghibur para pengunjung nightclub dengan menyuguhkan musik-musik yang dapat membuat mereka melupakan permasalahannya untuk beberpa saat kedepan. Aku bahagia jika mereka dapat menikmati suguhan musik-musikku, menggoyangkan badan dan tertawa.

Banyak yang menyarankan aku agar akau keluar dari pekerjaanku dan mulai berkerja normal, ah kata normal, normal buat siapa ?, apakah acuan normal itu ?.  Pekerjaanku ini bukan hanya sebagai sarana mencari uang, melainkan sebagai saran pengobat jiwa ku sendiri, manakalu aku sedang menyuguhkan musik aku melupakan segala kegelisahaanku, melupakan segala permasalahan aku hanyut di dalam waktu, aku larut di dalam pekerjaanku, di dalam karyaku.

Aku tidak dapat menceritakan apa yang aku rasakan dengan detail,  seperti seorang cameramen pembuat film porno, berada di tengah syahwat tetapi tidak hanyut dan larut di dalam syahwat, aku menjadi saksi terhadap syahwat. Aku memandang syahwat sebagai shahwat tidak lebih tidak kurang, yang membuat syahwat menarik kesadaran kita kebawah adalah pikiran kita sendiri. Dapatkan kita menyalahkan paha mulus seorang wanita jika kita menjadi nafsu dan mempelorotkan celana di hadapan umum ?, tidak bukan paha mulus sang wanita yang harus di salahkan, pikiran kita sendiri yang harus di salahkan, harus di jernihkan.

Sebagai seorang penghubur, aku tidak pilih kasih dalam menghibur, semua yang ada di dalam ruangan aku hibur dengan deru dentam musik-musik ku, tak peduli itu seorang pelacur, tak peduli  itu seorang pembunuh, tak peduli itu seorang penipu, tak peduli apakah seseorang memiliki iman atau tidak aku tetap menghiburnya. Mari bergembira, mari merayakan kehidupan di dalam nightclub sebuah tempat jujur jauh dari kemunafikan, semua yang hadir hanya ingin menikmati waktu jauh dari kemunafikan moralitas.

Aku menghibur mereka sepanjang jam kerja ku, aku menikmati jam kerjaku. Aku hanyut dan larut di dalam waktu. Aku bersyukur diberikan bakat dan kemamputan untuk mengolah nada menjadi sesuatu yang indah dan dapat di nikmati bersama. Menjelang dini hari aku pulang ke rumah, anak dan isteriku sudah terlelap, seperti biasa aku mencium mereka penuh dengan cinta. Kemudian pergi ke altar pemujaan, dan membakar dupa wangi sambil berdoa “Terimakasih Tuhan, terimakasih Guru atas kesadaran dan Cinta hari ini”

Ku Persembahan untuk seorang sahabat nun jauh di sana, tetap semangat dalam memberdaya diri.

= =

Di Publikasikan di :

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone