November 15, 2010

Amanat pada Shalat Idul Fitri di Masjid Baiturrahim, Istana Merdeka, Jakarta, 15 Februari 1964 (Bag 1)

Ini adalah merupakan Project menulis bersama antara Erwin Thomas dengan saya, menampilkan jiwa bung Karno di tengah-tengah kita, semoga kita dapat kembali menyelami jiwa bapak bangsa ini agar dapat kembali membangun negeri sesuai dengan cita-cita para pendahulu.

Saudara khatib tadi nyentil-nyentil pidato Pak Muljadi tiga tahun yang lalu. Kemudian dengan kontan Pak Mul menerangkan dengan jelas dan meresap ke dalam hati, apa yang dipidatokan tiqa tahun yang lalu itu. Sekarang saja tatkala saya kemarin diberi tahu oleh Saudara H. Muallif Nasution, bahwa saya juga diminta untuk memberikan amanat, saya sebetulnya tidak tahu apa yang hendak saya katakan. Karena saya tahu bahwa sebelum saya, akan akan berpidato Pak Mul. Biasanya Pak Mul itu kalau berpidato, sedang babat segala hal yang penting-penting, dumadakan, tiba-tiba. Dumadakan khatib Saudara Dr. H. Roeslan Abdulgani di dalam kotbahnya menyentil hal sifat Allah SWT. Yang bernama arrahman, arrahim. Saya ingat bahwa saya dulu beberapa tahun yang lalu di Mesfid Agung di Padang menjelaskan hal sifat arrahman-arrahim ini. Nah, maka sekarang pada hari Idul
Fitri di Jakarta ini saya mendapat pancatan untuk mengadakan amanat.

Saudara-saudara, pancatan, yaitu hal kerahmanan dan kerahiman Tuhan. Saya ini orang aneh, orang Jawa mengatakan saya ini orang bramacorah, artinya nyebal, selalu berlain-lainan dengan kelaziman di dalam masyarakat. Dalam kata asingnya dikatakan selalu revolusioner, selalu lain dari pada yang lain.

Apa mengenai sifat Tuhan. Biasanya orang mengatakan bahwa Tuhan itu bersifat dua puluh, sifat rong puluh, dua puluh macam sifat. Wah, saya tidak mau terima itu. Wong Tuhan kok hanya dua puluh sifatnya. Tuhan di sini batasi. Padahal, bagi saya Tuhan itu tidak terbatas. Kata orang asing
limitless, without limit, sifatnya pun without limit,tidak hanya dua puluh, bahkan tak hanya dua ratus. Tidak, bagi saya Tuhan bersifat limitless. Tidak ada batas sifat Tuhan itu. Saya tidak tahu diterima atau tidak oleh masyarakat. Yang wajib diketahui, nah kata Menteri Agama, itu saya setuju. Alangkah
baiknya jikalau dikatakan, yang wajib diketahui sedikitnya dua puluh. Lah kalau mengetahui tiga puluh, lebih baik; kalau mengetahui empat puluh, lebih baik. Hanya akal dan hatiku mengatakan sifat Tuhan itu limitless, tidak ada batasnya. Ada sifat Tuhan yang istimewa. Istimewa, malahan saya namakan sifat prerogatif Tuhan. Saya memakai perkataan prerogatif itu oleh karena saya sebagai kepala negara, sebagai presiden mempunyai bebe-repa prerogatif. Tuhan mempunyai sifat yang limitless,mempunyai sifat yang luar biasa, bahkan saya katakan sifat prerogatif Tuhan. Yaitu sifat yang disebutkan oleh Saudara Dr. H Roeslan Abdulgani tadi, sifat rahman dan rahim. Rahmaniah dan rahimiah. Itu selalu kita sebutkan arrahman, arrahim, bismillahirahmannirrahim. Rahman, rahim, selalu itu yang kita tonjol-tonjolkan Tetapi di samping itu saya katakan lagi masih berarus-ratus, beribu-ribu, berpuluh-puluh ribu, beratus-ratus ribu, berjuta-juta, ber-limitless sifat Tuhan itu.

Nah, pada waktu berpidato di masjid Jami, Masjid Agung, masjid yang terbesar di Padang, saya onceki hal ini. Kemudian di bebetapa pidato saya antara lain juga di Istana Negara, saya ulangi oncekan saya mengenai kerahmanan dan kerahiman Tuhan itu. Saya terangkan sebagai tadi pun pada intinya, pada pokoknya diterangkan oleh Saudara Khatib, bedanya antara sifat rahmaniah dan sifat rahimiah Tuhan itu. Apa beda sebetulnya? Kalau kita melihat terjemahannya cuma dikatakan Allah pemurah, penyayang
atu ada yang mengatakan Allah pengasih, penyayang, kasih sayang, murah-sayang. Itu belum begitu terang bagi saya, apa bedanya Pak Mul? Pengasih, penyayang, pemurah, penyayang, arrahman, arrahim, coba apa bedanya. Kalau dengan kata-kata saja dikatakan ya pengasih, penyayang,
terlintas saya pikirkan, oo bedanya, pertama kali saya katakan keyakinan saya di Masjid Jami di Padang itu, bedanya ialah bahwa sifat rahman, sifat Tuhan itu, kemurahan Tuhan memberikan kepada kita barang sesuatu tanpa kita beramal baginya jadi sebagai pemberian graris, ekstra gratis
kepada kita, tanpa kita berbuat apa-apa. Sebaliknya, rahimiah Tuhan ialah pemberian Tuhan Kepada kita sebagai, kata orang Jawa ganjaran atas amal perbuatan kita. Nah, itu bedanya.

Saya di Masjid Padang itu menceritakan bahwa kita, pada waktu sesudah kita sembulan bulan, bahkan sembilan bulan sepuluh hari di dalam gua garba ibu, procot, lahir, terus kita dilimpahi denga rahmat Tuhan, rahmaniah Tuhan Wong kita baru procot,kita belum beramal apa-apa. kita tahu-tahu sudah
diberi oleh Tuhan beberapa hal yang memungkinkan kita hidup yang kita mendapat nikmat dari hidup kita ini. Misalnya, kita diberi Tanah Air oleh Tuhan, kita di-procot-kan dari garba ibu, tidak di dasar laut, atau tidak di awang-awang,- dirgantara. Tidak, dirgantara itu angkasa, itu yang dinamakan oleh Ki Dalang dirgantara, dirgantara. Tidak, kita dilahirkan dalam suatu keadaan keadaan yang di situ ada buminya, yang kita bisa hidup di atasnya, yang di situ ada air yang bisa minum daripadanya, yang di situ ada hawa udaranya yang kita bisa hirup. Pendek kata yang dengan satu perkataan, kita simpulkan
dengan perkataan Tanah Air, salah satu kerahmanan Tuhan kepada kita.  Di samping sifat rahmaniah Tuhan ini, Tuhan mempunyai sifat pula rahimiah, yaitu, memberikan ganjaran kepada kita atas amal-amal kita. Kalau kita berbuat baik, ini ganjarannya, yaitu sebagai tadi disitir oleh Saudara Khatib Dr. H Roeslan Abdulgani dan saya selalu sitirkan firman yang berbunyi : ” Innallaha la yughayyiru ma biqaumin hatta yughayyiru ma bianfusihim”

Nah, Tuhan, Saudara-saudara, Tuhan mempunyai Satu kesenangan kalau saya boleh mengatakan bahwa Tuhan itu mempunyai kesenangan, kesenangan Tuhan, yaitu menjalankan sifat-Nya, sifat rahmaniah-Nya, sifat rahimiah-Nya. Tuhan amat senang sekali menjalankan sifat rahmaniah-Nya dan sifat rahimiah-Nya. Karena itulah, Tuhan lantas mengadakan agama.`

Hai manusia, tadi Pak Mul berkata, hai manusia, yang duduk di sini, yang duduk di sana, yang laki, yang wanita, hai manusia, aku beragama kepadamu agar supaya engkau dalam menjalankan atau oleh menjalankan agama itu, menjalankan amar-makruf nahi munkar, engkau menyenangkan kepada-Ku.
Jadi, kita ini dihidupkan oleh Tuhan, digubrakkeun, kata sunda, di alam  semesta ini untuk membuat senang kepada Tuhan, oleh karena itu pun Tuhan berkata, aku mengadakanmu agar supaya engkau menyembah kepada-Ku

Bersambung . . . .

Renungan

Rindu rasanya mendengar siraman rohani seperti itu, sudah sangat lama kita tidak mendengarkan siraman romani penuh makna dan dalam seperti itu. Saat ini kita di suguhkan oleh siraman rohami yang serba praktis penuh tipu daya kemodernan, kita di cecoki oleh pemikiran instan. Pokoknya masuk surga selesai. Kita menjadi pemburu surga dan melupakan dunia, dunia mau hancur tidak jadi masalah yang penting kita masuk surga. Menurut saya kita semua terlalu pe de dan hakul yakin akan masuk surga, benarkah ?, benarkan masuk surga itu segampang itu ?.

Kita terjebak dalam kompetisi, agama siapa yang paling benar dan paling besar. Kemudian kitapun mulai mengkotak-kotakan manusia ke dalam golongan kegamaan, di dalam beramal soleh pun kita mulai berpihak, ia yang seagama mesti di dahulukan, yang tidak segama nanti saja, mati juga tidak apa-apa.

Sebagai contoh nyata baru-baru ini terjadi di pengungsian merapi, dimana umat agama lain tidak boleh menolog para pengungsi merapi, para pengungsi dari agama tertentu harus mengungsi di rumah ibadah sesuai dengan agamanya, jika ada rumah ibadah yang menampung umat yang tidak segama kita menjadi berang, kita ngamuk. Kemudian terpampang spanduk-spanduk Relawan Khusus Agama Ini, betapa sontoloyonya kelakuan kita, kita melupakan apa yang di sebut oleh bung Karno Dia adalah yang maha Rahman Dan Rahim.

Ketika menurunkan oksigen Dia tidak membeda-bedakan oksigen ini boleh di hirup oleh agama tertentu, semua di berikan nikmat oksigen yang sama, bahkan yang tidak beragamapun diberikan nikmat oksigen yang sama. Ketika menurunkan hujan Dia tidak membeda-bedakan ini agama tertentu, hujan ini hanya untuk dinikmati oleh umatKu, tidak!, Dia menunkan hujan tanpa pilih kasih, semua di berikan nikmat untuk menikmati air dan memanfaatkan air untuk menopang kehidupan masing-masing.

Ego sudah menguasai diri kita, sehingga mati sudah hati nurani kita. Jikalau kita mau jujur adakah diantara kita yang tahu apa agama Tuhan ?. Tak ada satu ulama dan pemuka agama pun yang dapat menjawab itu, dan bukankah kita di haruskan untuk menterjemahkan sifat-sifat Allah di dalam prilaku kita ?, lantas kenapa kita berpilih kasih, jikalau Tuhan Sendiri tidak pernah pilih kasih ?. Mungkin bukan Tuhan yang sedang kita ikuti, bukan sifat-sifat Allah yang sedang kita ikuti, melainkan sifat-sifat Iblis yang menyesatkan dan merusak serta memecah belah nilai-nilai kemanusian, karena jika nilai-nilai kemanusiaan dapat ditegakan, maka akan tegak pulalah ajaran Tuhan, Kasih dan Sayang Tuhan, Cinta Kasih Tuhan.

Semoga kita diberikan ampunan atas kesombongan diri, musibah demi musibah, bencana demi bencana sudah datang memperingati, mau tunggu apa lagi ?.

= =

Di Publikasikan di :

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone