“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Yaitu, orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin . . . .” (QS Almaun [107]: 1-7)
Ayat tersebut sat ini di artikan dengan secara dangkal, pada bagian memberi makan anak yatim dan orang miskin diartikan sebagai sumbangan, amal atau charity. Memberi makan orang anak yatim dan orang miskin adalah memberikan kesejahteraan, memberikan lapangan pekerjaan agar mereka dapat mencukupi kebutuhannya, memberikan pendidikan holistic yang mencerdaskan dan menyadarkan agar mereka dapat bertanggungjawab kepada kehidupannya sendiri.
Kita menyederhanakan makna dari ayat tersebut karena jika kita mengikuti makna yang sesungguhnya menjadi sangat berat buat kita, kemudian kita berkompromi, menyederhanakan masalah dan mengambil jalan pintas dengan mewajibkan sumbangan, amal atau charity. Sumbangan, Amal atau charity melahirkan permasalahan baru yaitu kemalasan, bahkan pemeritah DKI sendiri dibuat pusing oleh jumlah pengemis yang ada di DKI, jangan salahkan pengemisnya, mereka menjadi seperti itu karena kita yang mencetaknya dengan membiasakan memberikan amal kepada mereka. Bukan ikan yang kita berikan kepada meeka melainkan kail, pendidikan dan lapangan pekerjaan yang harus kita berikan kepada mereka.
Ayat tersebut memiliki makna untuk mensejahterakan sesama, saling mensejahterahkan sesama itu adalah maksudnya, kita di haruskan membangun sebuah sistem yang dapat mensejahterahkan sesama. Kemiskinan ini tidak bisa di selesaikan dengan amal, kebodohan ini tidak bisa diselesaikan dengan doktrin. Kita harus bahu membahu saling bantu berkerja sama untuk menciptakan kesejahteraan untuk semua. Bung Hatta sudah datang dengan pemikirannya tentang Koperasi, sebuah konsep ekonomi yang cocok untuk bangsa Indonesia, saatnya kita mengali kembali pemikiran beliau. Ini bukanlah pekerjaan pemerintah saja, berhenti menyalahkan pemerintah, ini adalah pekerjaan buat kita semua. Berhenti memperdebatkan sesuatu yang tidak berguna, saatnya bersatu dan saling berkerjasama. Tanggalkan jubah agama, Tanggalkan jubah parpol, Tanggalkan jubah kepentingan. Saatnya memakai jubah kepentingan Nasional, Jubah kepentingan bangsa dan Negara. Atau kita memang benar-benar akan menjadi pendusta agama yang lalai terhadap tugas-tugasnya yaitu memakmurkan bumi Allah.
= =
Di Publikasikan di :