November 13, 2010

Renungan Kelimabelas Tentang Berguru, Selalu Berkembang

Sepasang suami istri sedang membuka catatan-catatan tentang berguru. Mereka berdiskusi tentang “berguru” sebagai alat untuk introspeksi. Mereka paham bahwa pengetahuan tak berharga bila tidak dilakoni. Buku “Sri Sai Satcharita” dan buku-buku Bapak Anand Krishna mereka jadikan sebagai referensi. Bukan apa-apa, mereka hanya membuka diri agar esensi dari buku-buku tersebut dapat mereka resapi.

Sang Suami: Istriku aku baru saja membuka arsip wisdom beberapa tahun yang lalu dan kutemukan sebuah wejangan yang indah dan memberikan semangat…….Kita semua lahir, hidup dan mati dalam ketaksadaran. Kesadaran adalah sebuah ideal, tujuan. Tercapai atau tidak, bukanlah urusan kita. Bahwasanya kita telah berjalan untuk mencapainya, itu yang penting. Mari kita berhenti menilai orang lain. Mari kita berhenti megurusi Maria yang hendak meminyaki kaki Yesus. Itu urusan Maria. Bila kita ingin menggunakan uang itu untuk melayani fakir miskin – silakan. Bila kita ingin menghadiri pertemuan di pura, di vihara, di masjid, di gereja, atau dimana saja – silakan juga. Kesadaran berlapis-lapis, bertingkat-tingkat.Berada di tingkat terbawah, apa yang kita tahu tentang apa yang ada di tingkat tertinggi, di lantai teratas? Guru Karmaku hanya satu – berjalan. Dharmaku hanya satu – tidak berhenti mendaki.

Sang Istri: Untuk itu kita harus berkembang, dan memulai langkah pertama dengan modal yang telah kita miliki saat ini. Aku juga ingat sebuah wejangan bijaksana…….. Bagaimana Tuhan mengubah keadaan kolektif suatu bangsa, kaum, kelompok? Ar-Ra’du ayat 11 menjelaskan ketika mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Tiadalah Allah turun dari langit entah ke berapa untuk mengubah keadaan kita, Ia bekerja lewat kita sehingga kita mengubah-diri. Perubahan diri yang dimaksud adalah perubahan secara menyeluruh, ubah total, bukan tambal-sulam. Ketika kita mengambil satu langkah konkret maka Ia melipatgandakan upaya kita, sehingga 1 langkah itu menjadi 1000 langkah. Itu adalah kebesaran-Nya, kemuliaan-Nya, berkah-Nya. Namun berkah itu hanyalah datang ketika kita menghargai berkah sebelumnya dengan mengambil langkah pertama. Kita semua diberi potensi yang sama untuk melangkah ke depan. Apakah kita sudah memanfaatkan pemberian-Nya itu? Apakah kita sudah menggunakan berkah potensi-diri itu? Jika kita belum menggunakannya, maka kita tidak berhak untuk meminta dan mengharapkan berkah-Nya lagi. Gunakan terlebih dahulu apa yang sudah diberikan-Nya kepada kita. Perubahan adalah hukum alam. Air yang tidak mengalir menjadi kotor dan sarang nyamuk. Air kehidupan mesti mengalir terus, tidak dibendung. Perubahan berarti hari ini saya menjadi lebih baik dari kemarin. Dan, besok lebih baik dari hari ini. Maka Ia Yang Maha Baik akan menambahkan kebaikan kepada kita. Sementara itu keburukan adalah hari ini saya menjadi lebih buruk dari kemarin. Atau hari ini saya sama seperti kemarin, berarti saya tidak mengalir, saya tidak berubah. Berarti saya telah menolak berkah-Nya berupa potensi-diri yang saya tidak manfaatkan, tidak kembangkan. Maka berkah apa lagi yang dapat diharapkan?

Sang Suami: Dalam buku “Saptapadi, Tujuh Langkah Menuju Keluarga Bahagia” disampaikan……. Ada tujuh lapisan kesadaran yang biasa disebut 7 chakra, dari kesadaran awal tentang makan dan minum hingga kesadaran akhir – pencerahan, Samadhi atau keseimbangan diri. Kesadaran manusia berkembang terus, ibarat roda atau cakram yang berputar terus. Itulah alasan menggunakan istilah chakra. Tujuh chakra, tujuh roda….. Roda pertama berputar dan merangsang roda kedua untuk berputar, demikian terus hingga roda ke tujuh, hingga setiap roda berputar sempurna…….. Dalam buku “Kundalini Yoga, Dalam Hidup Sehari-Hari” disampaikan……. Kesadaran awal manusia atau chakra muladhar—kesadaran mendasar. Kesadaran ini yang membuat kita membumi, sangat realistis, logis. Mereka yang membanggakan diri sebagai rasional, sangat logis dan relistis berada pada lapisan kesadaran terbawah ini. Lapisan kesadaran kedua atau chakra svadishthana membuat manusia menjadi kreatif. Ia menyebutnya lapisan  kreativitas. Setelah jenuh dengan lapisan kesadaran pertama yang membuat manusia sangat logis, rasional, praktis dan realistis, ia meningkat ke lapisan kedua.Demikianlah tingkat kesadaran kedua atau chakra svadishtana. Etape kesadaran kedua ini membuat seseorang sangat kreatif. Namun apabila energi kreatif itu tidak dimanfaatkan, tidak disalurkan lewat sesuatu yang bersifat seni, maka bisa mencari penyaluran lewat seks. Chakra ketiga diseput Manipur Chakra – kota Intan, Kota Permata. Barada pada tingkat kesadaran ini, apa pun yang kita inginkan akan kita peroleh. Berkembangnya kreativitas diri berkat pengembangan Chakra Kedua, mengantar kita ke tingkat kesadaran ketiga ini.

Sang Istri: Benar suamiku…….. Manusia mulai merasa nyaman – begitu nyamannya, sehingga biasanya tertidur lagi. Ia tidak melanjutkan perjalanannya. Ia lupa bahwa perjalanan jiwanya masih panjang. Ia baru pada chakra ketiga. Selanjutnya chakra keempat Anahat Chakra…..“Anahat” berarti “Suara yang tak terdengarkan”. Yang dimaksudkan adalah hati nurani kita. Suara hati nurani tidak terdengarkan, tetapi  terasakan. Chakra ini mengantar kita ke kesadaran Kasih. Chakra kelima, Visuddha Chakra lapisan pembersihan. Kasih merupakan kekuatan. “Visuddha” berarti “pembersihan”. Kata “wisuda” dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “vishuddha” ini.  .. Pendidikan dimaksudkan untuk membersihkan manusia dari naluri hewaninya. Wisuda bukan hanya pernyataan “lulus”, tetapi pernyataan “bersih” – bahwa siswa yang diwisuda itu sudah bersih dari naluri hewaninya. Berada pada visuddha chakra, kita harus lebih berhati-hati. Sekarang lembaran hati kita – kain jiwa kita – sudah bersih. Chakra keenam atau Agya Chakra ini berkaitan dengan bagian keenam Yoga, yakni tahap Konsentrasi atau Dharana. … Sebelum mencapai tingkat ini menjauhkan diri dari dunia tidak akan membantu. … Yang mampu mengendalikan pikiran adalah Kesadaran. Mencapai Agya Chakra, mind tidak akan liar lagi. Konsentrasi menjadi sangat gampang…. … Memang mind yang terpusatkan pada sesuatu bisa lebih tenang daripada mind yang liar. Bila thoughts semakin kurang, rasa tenang yang kita alami semakin dalam. Chakra ketujuh, Sahasrara Chakra, Lapisan Pencerahan. “Sahasrara” berarti “ribuan”, biasanya digambarkan sebagai sekuntum bunga teratai dengan ribuan kelopak. … Alam ini tidak dapat dijelaskan, dan hanya dapat dirasakan. Seorang Rabiah adalah seorang meditator. Ia sudah sadar, sudah cerah. Ciri khas seorang meditator adalah bahwa ia sudah tidak dapat membenci lagi. … Peningkatan kesadaran pada etape Chakra Sahasrara, membuat kita menjadi Wujud Kasih Ilahi. Pada tingkat Sahasrara Chakra, Allah, Ilahi, dan Kasih-Nya sudah tidak dapat dipisah-pisahkan lagi. Kitaa mengalami kesatuan dengan alam semesta……. Demikian disampaikan dalam buku “Kundalini Yoga, Dalam Hidup Sehari-Hari”……

Sang Suami: Segala sesuatu dalam alam ini, termasuk kesadaran kita semua sedang berkembang. Dalam buku “Total Success, Meraih Keberhasilan Sejati” disampaikan……. Alam berjalan dan bertindak sesuai dengan hukum yang sudah ditentukan. Penentunya siapa – silakan  kita sendiri yang menentukan. Sebutlah Tuhan, Allah, Buddha, Bapa di Surga, Widhi, Tao, atau apa saja – Keberadaan atau Ketiadaan Abadi. Hukum Perubahan: Tak ada sesuatu pun yang tak berubah. Segalanya senantiasa berubah. Maka, bila kita tidak ikut berubah, sudah pasti sengsara sendiri. Hukum yang satu ini sangat erat kaitannya dengan Evolusi. Hukum Evolusi: Kita semua sedang berkembang. Ya, kecepatan kita beda. Namun, perbedaan itu bukanlah karena pilih kasih oleh alam. Perbedaan itu disebabkan oleh kita juga……..

Sang Istri: Dengan perilaku mereka dalam hidup sehari-hari, para bijak “memuliakan” Jalan menuju Pencerahan. Pencerahan tidak dapat dimuliakan lewat kata-kata. Pencerahan harus dimuliakan lewat tindakan nyata. Semua orang memiliki ciri-ciri khas sendiri sehingga harus berkembang sesuai dengan keunikannya. Dalam buku “Kehidupan, Panduan Untuk Meniti Jalan Ke Dalam Diri” disampaikan……. Seorang Yesus adalah unik. Mungkin akan ada kedatangan Kristus lagi, tetapi Yesus tetap tak tertandingi. Pandangan dia unik. Cinta kasihnya, welas asihnya akan tetap unik. Seorang Muhammad adalah unik. Tidak ada nabi, baik di masa lalu maupun pada masa datang yang dapat mengalahkan kecemerlangannya. Dia sepenuhnya berbeda warna. Pedang di tangannya dan kitab suci di hatinya; dia berbeda! Yesus dan Muhammad, keduanya unik, karena itu berkembang. Jangan membanding-bandingkan mereka, karena masing-masing di antara mereka memiliki ciri-ciri khas sendiri, sehingga mereka unik. Krishna juga unik. Dia adalah bintang cemerlang di atas sana, yang selalu menarik kita. Dia penuh misteri. Saat dia membelai Radha, dia begitu larut dalam pelukannya, sepertinya tidak ada yang lebih penting lagi di dunia ini. Begitu kita mencoba menangkap kesan tentang dia yang begitu penuh cinta, begitu romantis, dia akan mengejutkan kita! Kita menyaksikan dia di medan perang Kurukshetra, berdialog tentang kesadaran yang tertinggi dengan Arjuna. Dia tetap merupakan teka-teki bagi kita, sehingga kita gagal memahaminya. Dia unik, dia berkembang……… Kita akan mengikuti Yesus, Siddhartha, Krishna atau Muhammad. Kita adalah tiruan. Kita tidak asli, Kita jauh dari unik dan karenanya jelas tidak berkembang. Kita berkembang dan kreatif hanya apabila kita tidak meniru orang. Tetaplah seperti kita, ini merupakan langkah awal menuju perkembangan. Apabila kita mulai berkembang, kita berada di jalur yang benar. kita bukan lagi produk dari sistem yang umum. kita menjadi unik. Begitu mulai berkembang, kita akan meninggalkan masyarakat di belakang…….

Sang Suami: Benar istriku, dalam buku tersebut juga disampaikan……. Orang yang berkembang tidak berhenti. Dia maju terus. Dia bergerak terus. Orang kaya yang terus menerus mengumpulkan harta, sebenarnya telah berhenti berkembang. Apalagi setelah harta, setelah kekayaan, setelah keberhasilan materi? Orang yang berkembang berkelana menembus kehidupan, seperti mengemudi mobil. Dia akan menggunakan kaca spion, kaca depan, segala sesuatu yang membantunya sewaktu mengemudi. Menyilahkan orang lain mendahului, bukan tanda kemunduran. Dia tidak hidup di masa lampau, Dia juga tidak hidup di masa datang. Dia menggunakan seluruh tenaganya untuk hidup pada masa kini, untuk mengendarai mobilnya. Dia mungkin mendengarkan musik, dia mungkin bercanda dengan seorang teman yang duduk di sampingnya, dia bahkan mungkin sedang memikirkan begitu banyak hal; tetapi dia juga sadar bahwa dia sedang mengemudi……… Ini sesungguhnya adalah tindakan meditasi. Orang yang bekembang berada dalam kondisi meditasi yang tak terganggu. Musik, pembicaraan apa pun tidak dapat menghilangkan kesadarannya, kesadaran bahwasanya ia sedang mengemudi. Dia tahu persis bahwa hilangnya kesadaran dapat berakibat fatal. Sesungguhnya, untuk orang yang berkembang, meditasi menjadi sangat mudah dan tanpa pemaksaan. Orang yang berkembang hidup dari waktu ke waktu. Dia selalu di masa kini. Memikirkan masa lalu dan khawatir tentang masa depan, tidak akan mengganggu atau mengacaukannya. Ketahuilah ini sebagai pencerahan. Kesadaran adalah pencerahan. Ini adalah Nirvana; ini adalah Moksha, Penyelamatan, Kebebasan Abadi. Kita sekarang ada di Kerajaan Surga! Jadi jangan berhenti. Ingat seorang yang berkembang tidak pernah berhenti. Sebenarnya “titik” hanyalah suatu kata; sebenarnya titik itu tidak ada. Pencerahan adalah Perkembangan. Demikian disampaikan dalam buku “Kehidupan, Panduan Untuk Meniti Jalan Ke Dalam Diri”…….. Semoga……..

Terima Kasih Bapak Anand Krishna.

Situs artikel terkait

http://www.oneearthmedia.net/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

November 2010

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone