November 3, 2010

Renungan Kesepuluh Tentang Berguru, Bertemu Seorang Master

Sepasang suami istri sedang membuka catatan-catatan tentang “berguru”. Mereka berdiskusi tentang “berguru” sebagai bahan introspeksi. Mereka paham bahwa pengetahuan tak berharga bila tidak dilakoni.Buku “Shri Sai Satcharita” karya Sai das, hamba Sai dan buku-buku Bapak Anand Krishna mereka jadikan sebagai referensi. Mereka mengutip pandangan dalam buku agar tidak kehilangan esensi.

Sang Istri: Aku baru saja membaca buku “Kehidupan, Panduan Untuk Meniti Jalan Ke Dalam Diri”. Dalam buku tersebut disampaikan bahwa……… Master berarti orang yang memiliki ‘Mastery‘ atas dirinya sendiri. Orang yang memerintah, mengatur dirinya sendiri. Orang yang bertanggung jawab, yang datang bukan untuk menimbulkan kekacauan, tetapi untuk menciptakan ketentraman. Bernasib-baiklah suatu bangsa, berjayalah suatu kebudayaan, di mana orang-orang seperti itu ada. Master seperti mereka tidak diperjual-belikan, mereka tidak dapat diperoleh dari pasar. Mereka tidak membutuhkan propaganda ataupun promosi………

Sang Suami: Benar istriku, dalam buku “Kehidupan, Panduan Untuk Meniti Jalan Ke Dalam Diri” tersebut juga disampaikan bahwa…….. Para Master tidak dapat dipaksakan kehadirannya dalam kehidupan kita. Begitu kita siap, la akan muncul dalam kehidupan kita. Para master tidak datang dari mana-mana, mereka tidak pergi ke mana-mana. Master seperti ini merupakan suatu kejadian dalam hidup kita. Apabila kita menemukan seorang Master seperti itu dalam kehidupan kita, peristiwa itu mungkin saja peristiwa yang terbesar dan terpenting dalam hidup kita. Para Master tidak senang disebut Master. Mereka lebih senang dipanggil sahabat. Para Master tidak pernah menciptakan jarak antar dirinya dan kita. Para Master merupakan keharuman bunga yang menyerbaki kehidupan kita………

Sang Istri: Dalam buku tersebut disampaikan…… Kita tidak dapat mencarinya. Kita tidak dapat memperoleh alamatnya dari iklan-iklan koran. Kita harus sabar menanti, dan la akan terjadi, akan muncul dalam kehidupan kita! Jika kita bertemu dengan seorang Master, hidup kita akan segera berubah. Suatu ruangan yang gelap selama 40 tahun dapat menjadi terang dalam sekejap oleh sebatang lilin, tidak memerlukan 40 tahun untuk meneranginya………

Sang Suami: ……Pertemuan kita dengan seorang Master akan membuat kita gembira; hari pertemuan menjadi hari perayaan! Kita akan menari dan menyanyi karena kegirangan. Kita baru akan tahu bahwa seorang Master tidak pernah memperbudak orang lain. la telah menguasai dirinya; ia tidak ingin menguasai kita. Pertemuan dengan seorang Master justru akan mempercepat kebebasan kita, mempermudah proses ketidaktergantungan kita. Setelah bebas dari segala macam ketergantungan, kita sendiri menjadi Master. Sekarang kehadiran kita dalam kehidupan orang lain dapat menghasilkan serangkaian keajaiban yang tidak pernah kita ataupun mereka impikan. Setiap orang yang bertemu dengan kita akan menjadi bebas, sebagaimana kita memperoleh kebebasan setelah bertemu dengan Master. Demikian disampaikan dalam buku “Kehidupan, Panduan Untuk Meniti Jalan Ke Dalam Diri”.

Sang Istri: Bertemu dengan orang seperti itu akan memberikan perubahan total dalam hidup kita. Ini merupakan suatu kejadian yang menyenangkan. Jangan sia-siakan kesempatan emas seperti ini. Rayakanlah kehidupan kita. Ini indah dan segala keindahan adalah kesukaan untuk selamanya. Sekarang, hidup menjadi permainan bagi kita. Kalah atau menang, tidak masalah, karena semuanya hanya permainan. Kejadian seperti itu yang dapat kita sebut inisiasi yang sejati. Inisiasi bukan suatu ritual, inisiasi merupakan awal hubungan yang romantis antara kita dan Master. Kita akan terhanyut, terlarut dalam Dirinya. Bila muncul lagi kepermukaan, kita sudah berubah total; sekarang kita sendiri seorang Master. Demikian disampaikan dalam buku “Kehidupan, Panduan Untuk Meniti Jalan Ke Dalam Diri”.

Sang Suami: Master adalah sahabat yang sejati, yang dapat diajak bicara, disentuh, diraba. Master tidak pernah berada di atas podium yang tinggi dan memerintah kita yang duduk di bawahnya. Master menganggap kita sebagai sahabat, sama tingginya, sama rendahnya. Jangan mencoba untuk memiliki ataupun menguasai seorang Master. Mereka bukan milik siapa pun. Mereka benar-benar Guru yang sejati, mereka bebas, tak terikat pada suatu dogma tertentu, tak terikat pada suatu buku tertentu, tak terikat pada suatu aliran tertentu. Mereka lebih bebas dari segalanya. Bagi mereka(master) timur dan barat sama. Hitam dan putih sama, panas dan dingin sama. Mereka tidak perlu bicara banyak dengan kita. Bahkan kadang-kadang mereka akan bisu seribu bahasa; mereka diam tanpa sepatah kata pun. Demikian disampaikan dalam buku “Kehidupan, Panduan Untuk Meniti Jalan Ke Dalam Diri”.

Sang Istri: Dalam buku “Kehidupan, Panduan Untuk Meniti Jalan Ke Dalam Diri” tersebut disampaikan…….. Namun mereka(master) akan tetap membawakan keharuman dalam hidup kita. Lihatlah bunga-bunga mawar yang sedang mekar, mereka mekar bukan hanya untuk kita. Mereka mekar untuk setiap orang, untuk semua orang. Bunga mawar berbicara hanya dengan satu bahasa – bahasa keharuman. Keharuman seorang Master akan mengharumi keberadaan kita. Sekarang kita tak akan pernah berbau busuk lagi, sekarang kita harum! Jalan terus, jangan berhenti! Siapkan diri kita untuk peristiwa terpenting dan terbesar dalam kehidupan kita! kita pun akan menemukan seorang Master………….

Sang Suami: Dalam buku “Tantra Yoga” disampaikan….. Berhadapan dengan seorang master, bila kita hanya ingin belajar, anda sungguh menyia-nyiakan kesempatan. Belajar, bisa dari buku. Bisa lewat teve, internet. Bisa mengikuti program belajar jarak-jauh. Untuk itu, anda tidak membutuhkan seorang master. Cukup seorang pengajar, seorang instruktur, seorang akademisi. Berada bersama seorang Mursyid berarti duduk bersama dia. Menari dan menyanyi bersama dia. Makan dan minum bersama dia. Tidak menghitung untung-rugi. Tidak memikirkan masa lalu. Tidak pula mengkhawatirkan masa depan. Tetapi, menikmati kekinian. Adhere to a master berarti mendaki gunung bersama dia. Dan turun ke lembah bersama dia……

Sang Istri: Benar suamiku, dalam buku “Tantra Yoga” juga disampaikan……… Kata-kata bukanlah ajaran. Untuk menjadi ajaran, kata-kata haruslah diterangi oleh pencerahan si penyampainya, Pencerahan seorang Master, seorang Mursyid bagaikan nyawa. Kata-kata plus nyawa sama dengan ajaran. Bila kita berwawasan luas, tidak fanatik terhadap suatu ajaran, dan masih bisa berpikir dengan kepala dingin, kita akan melihat persamaan dalam setiap ajaran. Setiap master, setiap Guru, setiap Murysid sedang menyampaikan hal yang sama. Cara penyampaian mereka bisa berbeda. Tekanan mereka pada hal-hal tertentu bisa berbeda. Tetapi inti ajaran mereka sama. Dan memang harus sama, karena berasal dari sumber yang sama. And yet, setiap kali, ada saja yang mengulanginya. Kenapa? Yang kita anggap pengulangan sesungguhnya adalah proses pemberian nyawa. Para Master, para Guru, para Mursyid memberi nyawa kepada ajaran-ajaran lama……..

Sang Suami: Dalam buku “The Gita Of Management, Panduan Bagi Eksekutif Muda Berwawasan Modern” disampaikan bahwa master sering mengulang-ulang pelajaran yang sama……. Master berbicara, Bukan kemauanku untuk mengulangi pelajaran yang sama setiap hari…. Aku terpaksa mengulanginya, karena hingga saat ini pun kalian tidak memahami pelajaran pertama. Bagaimana beranjak ke pelajaran berikutnya? Kita memang bolot. Kita tidak memahami maksud guru, maka terpaksa setiap hari ia mengulangi pelajaran yang sama. Pengulangan itu bukanlah untuk sang master, tapi untuk kita. Dalam ayat-ayat di atas, Krishna pun mengulangi beberapa hal yang telah dijelaskannya dalam percakapan sebelumnya. Dengan cara itulah, seorang master melakukan pemboran dalam otak kita. Dengan cara itulah, master menciptakan ruang kosong supaya dapat menampung sesuatu yang baru. Ia membantu mengosongkan otak, mempersiapkan diri bagi sesuatu yang berguna, bagi Keberadaan, Alam, Tuhan, pencerahan, kesadaran, pemahaman yang betul……

Sang Istri: Bukankah ada seorang sahabat yang menanyakan bagaimana dengan mereka yang tidak mempunyai kesempatan bertemu dengan seorang master? Dalam buku “Tantra Yoga” disampaikan…….. Bagaimana dengan mereka yang kurang beruntung? Tidak mendapatkan master? Ada hukum alam dan hukum alam ini bekerja rapi sekali. Tidak pernah salah. Tidak pernah gagal. Sesungguhnya, dunia ini penuh dengan para master. Hanya saja ada master yang berperan sebagai Vyaktinath – individual master. Mereka mengajar kepada individu-individu tertentu. Mereka tidak tidak menjadi populer. Mereka tidak dikenal oleh banyak orang. Saya yakin, di pedalaman Jawa, bahkan di tempat-tempat lain pun tersembunyi banyak master seperti itu……..

Sang Suami: Benar istriku, dalam buku “Tantra Yoga” tersebut juga disampaikan…… Kemudian, ada para master yang bisa disebut Lokanath – World Master. Atau lebih tepatnya Popular Master. Sesungguhnya Vyaktinath pun sama cerahnya seperti Lokanath. Hanya saja tugas mereka berbeda. Yang pertama mengajar individu, yang kedua mengajar dunia. Tilopa, misalnya, bukanlah seorang Lokanath. Dia seorang Vyaktinath. Jumlah muridnya terbatas. Hanya satu, yaitu Naropa yang menonjol. Kemudian, Naropa sendiri masih juga Vyaktinath, masih mengurusi beberapa individu saja. Murid dia, Marpa, bisa disebut Lokanath. Dan karena Marpa pula, Tilopa dan Naropa menjadi populer……..

Sang Istri: …….Kehadiran seorang Master adalah berkah yang langka. Pengenalannya akan diri kita membuat kita mengenal diri kita sendiri. Ya, ia telah membuat saya tahu siapa diri saya sebenarnya. Itulah yang dilakukan oleh seorang Master kepada pengikutnya. Seorang pengikut, seorang murid harus reseptif, kalau tidak, tidak akan terjadi apa-apa. Ada beberapa tingkat reseptivitas, seperti ada beberapa tingkat dalam Kesadaran. Kesadaran tergantung para tingkat reseptivitasnya.  Masterlah mengetahui tingkat reseptivitasnya. Bukan kita yang memutuskan. Seorang Master-lah yang mengevaluasinya. Dan kita telah menemukan seorang Master yang sesuai dengan tingkat reseptivitas kita……… Demikian disampaikan dalam buku “Soul Quest, Pengembaraan Jiwa dari Kematian Menuju Keabadian”.

Sang Suami: Dalam buku tersebut juga disampaikan……. Dalam tradisi India, pertemuan dengan seorang suci bukanlah pertemuan biasa. Pertemuan itu adalah darshan atau “melihat sekilas” kesucian yang sudah ada dalam diri kita melalui Sang Master. Seorang Guru bagai sebuah cermin di mana seorang pengikut dapat bisa melihat dirinya sendiri, wajah “asli”-nya sendiri. Seorang Master adalah masa depan muridnya dan seorang murid adalah masa lalu seorang Master dan mereka bertemu dalam kekinian……….

Terima Kasih Bapak Anand Krishna

Situs artikel terkait

http://www.oneearthmedia.net/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

November 2010

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone