December 22, 2010

Mau Menjadi Kerang Rebus Atau Kerang Pengahasil Mutiara?

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”

Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini  lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

(Seri Dongeng http://dongeng.org/)

Renungan :

Saya suka sekali kisah diatas , ketika saya sedang mendapat sebuah penderitaan saya membaca ulang kisah tersebut, bahwasanya seringkali suatu penderitaan menjadi sebuah pemicu untuk saya agar saya lebih memperhatikan diri, melakukan intropeksi, karena sering kali penderitaan itu adalah akibat perbuatan saya sendiri, dan kemudian pelan-pelan saya coba memperbaiki diri kadang berhasil kadang juga tidak.

Penderitaan yang saat ini kita rasakan tidak mungkin dapat kita hindari karena memang sudah terjadi apapun alasannya  penderitaan itu sudah terjadi, namun kita memiliki pilihan untuk mengisi kehidupan kita dengan beraduh-aduh, atau dengan menerima penderitaan itu dan menjadikan penderitaan itu sebagai pemicu untuk memperbaiki diri. Penderitaan dapat membantu kita menempa kwalitas diri, penderitaan dapat membantu kita menemukan potensi yang tersembunyi. Jadi jangan menyia-nyiakan energy dengan memaki bahkan menyumpahi plus mengutuk Tuhan atas penderitaan yang kita alami, mari gunakan energy untuk melakukan perbaikan.  Kita bisa memperbaiki hari esok agar menjadi lebih baik, asalkan kita mau seperti kerang dalam kisah diatas itu, menggunakan segala potensi dirinya untuk melawan penderitaan, mengerahkan semangat untuk berkerja keras  mencetak hari depan. Lagi-lagi pilihan ada di tangan kita mau mengaduh-aduh dan mengutuki Tuhan, atau mau terus berjuang dan berkerja keras. Pilihan ada di tangan kita sendiri mau menjadi kerang rebus yang dimakan dan dilupakan atau menjadi  kerang penghasil mutiara yang tetap dikenang dan dikagumi sepanjang masa.

= =

Di Publikasikan di :

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone