(Karena belum sempat nulis untuk blog, maka saya cuplikan sedikit dari novel yang masih dalam proses pembuatan, semoga berkenan)
Jiwo terhenyak pada kenyataan, di coba olehnya untuk mengerti kenapa abangnya Menur sampai sedemikian ngototnya membela keyakinan yang menurut Jiwo bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan di dapati jawabnya bahwasanya abangnya Menur adalah korban, korban dari pikiran picik segelintir orang yang dipenuhi kebencian.
Jiwo teringat sebuah hadis “Siapa yang
selengkapnya