Sepasang suami istri sedang membicarakan buku “The Hanuman Factor Life Lessons from the Most Successful Spiritual CEO” karya Bapak Anand Krishna. Mereka membicarakan kecintaan Hanuman kepada Sri Rama, Sang Guru. Dan mereka juga ingat kisah Osho tentang Yang Mulia Ananda yang juga begitu cinta kepada Sang Buddha, Yang Telah Terjaga.
Sang Suami: Istriku, seorang filsuf Islam abad pertengahan bernama Averroes (1128-1198) menulis bahwa meskipun kita memiliki raga yang terpisah, pikiran kita tidaklah terpisah. Ia meyakini bahwa kita ini menyerupai sebuah tumbuhan air yang batang-batangnya menyembul ke permukaan, namun menyatu pada akar tunggal utama di bawah air……. Hanuman pendengarannya terfokus pada gelombang pikiran Sri Rama, pada akar tunggal utama kehidupan. Karena kecintaannya terhadap Sri Rama, Hanuman sangat fokus pada Sri Rama, dia dapat mendengarkan pikiran Sri Rama. Setiap menghadapi masalah seakan-akan dia dapat kontak dengan Sri Rama karena berada satu gelombang dengan Sri Rama, sehingga setiap tindakannya selalu sesuai dengan pikiran Sri Rama……… Pada suatu hari Sri Rama bertanya kepada Hanuman, “Bagaimana caranya kamu memusatkan perhatian padaku?” Hanuman menjawab, “pada lapisan fisik, Gusti adalah Master dan kami adalah Disciple. Pada lapisan mental, kami adalah percikan sinar keilahian dari Gusti. Pada lapisan Atmik, Gusti dan kami adalah satu”…….. Kira-kira demikian pula jawaban seorang Sufi kepada Murshidnya……..
Sang Istri: Aku ingat bahwa dialog tersebut ada dalam kisah setelah Sita dan Sri Rama bersatu kembali di Ayodya setelah memenangkan perang melawan Rahwana. Sita sangat senang dengan jawaban Hanuman, dan Sita menghadiahi Hanuman seuntai kalung mutiara, pemberian Raja Janaka, ayahanda Sita kepada Sita pada saat pernikahan Sita dengan Sri Rama……. Hanuman mengucapkan terima kasih dan kemudian memegang kalung berharga itu dengan tangannya, dia mulai melepaskan mutiara-mutiara dari kalungnya dan mendekatkannya pada telinganya. Setelah beberapa saat dia menggigit setiap mutiara dan melemparkannya………. “O Gusti, hamba meneliti apakah hamba dapat mendengar Nama Gusti pada mutiara-mutiara tersebut. Mutiara tersebut tidak lebih berharga dari batu apabila tak ada nama Gusti di dalamnya”………… Mendengar jawaban Hanuman, Sri Rama memeluknya dengan penuh haru……..
Sang Suami: Ada kisah lain tentang Hanuman yang menunjukkan kecintaan Hanuman pada Sri Rama……. Pada waktu Hanuman ditugasi membawa pesan kepada Sita di Alengka, Hanuman mohon diberikan bukti bahwa dia benar-benar Utusan Sri Rama. Sri Rama memberikan cincinnya untuk ditunjukkan dan diberikan kepada Sita sebagai bukti bahwa Hanuman benar-benar utusan Sri Rama. Konon Hanuman menjaga pesan tersebut dengan hati-hati dan cincin tersebut disimpan dalam mulutnya. Selama dalam perjalanan ke Alengka dan sebelum bertemu Sita dia membisu, tidak bicara, menjaga amanah dan hanya menggunakan telinga dan matanya untuk mencari Sita……… Setelah menyampaikan pesan Sri Rama kepada Sita, Hanuman mohon diri dan mohon blessing dari Sita. Sita mendoakan, “Wahai Hanuman yang perkasa, yang bijak dan terampil, semoga Hanuman tidak pernah menjadi tua”……. Melihat Hanuman yang tetap berdiam diri, Sita kemudian memberkati, “Semoga Hanuman hidup abadi”………. Dan, Hanuman masih membisu, sehingga Sita memberkati, “ Semoga penghuni tiga dunia memujamu”…….. Hanuman malu mendengar pujian tersebut dan dia menundukkan kepala semakin dalam. Kemudian Sita memberkati lagi, “Semoga Sri Rama selalu mencintaimu”………. Tiba-tiba rona wajah Hanuman berbinar-binar penuh kebahagiaan dan berkata, “Hamba harus layak dicintai Sri Rama. Hidup tanpa cinta Sri Rama seperti halnya limbah buangan. Satu-satunya hal yang hamba inginkan adalah Cinta Sri Rama”……… Hanuman tidak berkepentingan dengan Sita kecuali kepentingannya untuk menyenangkan Sri Rama. Fokusnya adalah Sri Rama……. Istriku, mungkin sudah datang Hanuman sebagai utusan Sri Rama untuk menyelamatkan kita semua dari Keangkaramurkaan Duniawi Alengka, hanya kita tidak menyadari saja……….
Sang Istri: Suamiku, 75 abad setelah Sri Rama, manusia sudah jauh lebih kompleks, sifat kesatria Sri Rama dan sifat raksasa Rahwana sudah bercampur dalam diri manusia, sehingga senjata yang digunakan untuk mengalahkan sifat raksasa dalam diri adalah pengetahuan kesadaran. Suamiku, aku ingat kisah Yang Mulia Ananda oleh Osho. Setelah tercerahkan Sang Buddha selalu menyebarkan dharma setiap hari. Selama 42 tahun tersebut belum ada alat pencatat yang baik, padahal Sang Buddha selalu berbicara baik pagi, siang maupun malam…….. Banyak murid-murid Sang Buddha yang telah tercerahkan pada masa tersebut. Tetapi mereka yang menjadi tercerahkan cenderung menjadi sederhana, mereka telah memahami kata-kata sang Buddha. Kata-kata Sang Buddha langsung meningkatkan kesadaran mereka.Mengapa repot-repot mengingat-ingat setiap perkataannya? Jika kita dapat mencapai titik langsung, lurus, lalu mengapa harus berjalan melingkar lebih dahulu? Dan ketika Buddha masih hidup, tidak perlu orang lain untuk menafsirkan kata-kata Sang Buddha, Beliu adalah juru bicaranya sendiri, sehingga perlu tidak perlu ditafsirkan.
Sang Suami: Benar istriku. Beberapa lama setelah Sang Buddha Maha-parinibbana, meninggalkan jasadnya, ribuan arahat dan bodhisattva yang telah tercerahkan dipanggil ke pertemuan sangha pertama. Karena mereka telah cerah jelas mereka tidak akan salah menafsirkan kata-kata Sang Buddha. Mereka berkata bahwa mereka tidak begitu peduli banyak tentang kata-kata Sang Buddha, mereka langsung mengerti maksud ucapan Sang Buddha. Mereka memahami lewat gelombang pikiran, bukan lewat kata-kata yang sudah turun kualitasnya. Mereka mendengarkan karena mendengarkan Sang Buddha adalah sukacita dan berkah. Bahkan mereka tidak repot-repot mengingat. Apapun kata Sang Buddha, pasti perkataan yang benar dan indah, tapi apa yang dikatakan Sang Buddha, mereka tidak dapat mengingat kembali. Mereka hanya bersama Sang Buddha untuk sukacita. Sangat sulit untuk mengumpulkan kata-katanya……
Sang Istri: Benar suamiku, satu-satunya orang yang pernah tinggal terus-menerus dengan Sang Buddha selama empat puluh dua tahun adalah Yang Mulia Ananda, dia petugas pribadi, perawat Sang Buddha dan saudara sepupu Sang Buddha. Yang Mulia Ananda telah mendengarkan Sang Buddha sepanjang waktu. Hampir setiap kata yang telahdiucapkan Sang Buddha didengar oleh Yang Mulia Ananda. Bahkan saat Sang Buddha berbicara dengan seseorang secara pribadi pun, beliau selalu hadir, seperti bayangan. Dia telah mendengar segala sesuatu – apapun telah jatuh dari bibir Sang Buddha. Dan Sang Buddha pasti telah mengatakan banyak hal kepada Yang Mulia Ananda saat tak ada seorang pun…….. Para peserta pertemuan semua berkata bahwa mereka harus meminta Yang Mulia Ananda berbicara. Beliau juga dikenal sebagai seorang pengingat yang handal. Tetapi kemudian ada masalah yang sangat besar, Yang Mulia Ananda belum tercerahkan………
Sang Suami: Yang Mulia Ananda sangat mencintai Sang Buddha sehingga sangat peduli dengan kesehatan Sang Buddha. Yang Mulia Ananda bukan hanya saudara sepupu, tapi dua tahun lebih tua dari Sang Buddha. Maka ketika ia datang untuk diinisiasi ia meminta beberapa hal sebelum inisiasi. Di India seorang kakak harus dihormati seperti ayah. Bahkan saudara sepupu tua harus dihormati seperti ayah. Yang Mulia Ananda berkata kepada Sang Buddha bahwa setelah beliau menjadi bhikkhu, menjadi sannyasin, beliau harus patuh mengikuti perintah Sang Buddha. Akan tetapi sebelum inisiasi, sebagai saudara tua Beliau meminta Sang Buddha untuk menyanggupi tiga syarat yang diajukan beliau. Pertama: “Aku akan selalu bersama paduka, dan tidak akan dikirim untuk membabar dharma atau menyampaikan pesan di desa lain.” Kedua: “Aku akan selalu hadir. Bahkan jika paduka berbicara dengan seseorang secara pribadi aku tetap ingin bersama Paduka. Jadi, Paduka tidak akan memberitahukan kepadaku bahwa ini sebuah pembicaraan pribadi.” Dan Ketiga: Aku tidak begitu tertarik menjadi tercerahkan, aku lebih tertarik berada bersama Paduka. Jadi, jika pencerahan berarti memisahkan dari Paduka denganku, aku tidak peduli sedikit pun tentang hal itu. Hanya jika aku bisa tetap bersama dengan Paduka, bahkan setelah pencerahan, aku baru bersedia menjadi tercerahkan……… Sang Buddha dapat merasakan begitu cintanya Yang Mulia Ananda kepadanya, sehingga Sang Buddha menyetujui ketiga permintaan Yang Mulia Ananda tersebut.
Sang Istri: Para Arahat dan Bodhisattva percaya bahwa Ananda memiliki ingatan yang bagus, ia telah mendengarkan segala sesuatu dengan penuh perhatian. Tetapi masalahnya adalah dia belum tercerahkan, mereka tidak bisa bergantung kepadanya. Siapa tahu barangkali pikirannya memainkan peranan, karena pikiran bisa berubah. Dia mungkin tidak sengaja melakukannya, namun ia masih belum terjaga. Dia mungkin berpikir bahwa ia mendengar dari Sang Buddha sesuatu yang mungkin Sang Buddha sendiri tidak pernah mengatakannya. Yang Mulia Ananda mungkin menghapus beberapa kata, mungkin pula menambahkan beberapa kata, siapa yang tahu?
Sang Suami: Dikisahkan bahwa Yang Mulia Ananda menangis karena beliau tidak diperbolehkan masuk tempat pertemuan. Seorang pria usia delapan puluh empat tahun menangis seperti anak kecil! Yang Mulia Ananda yang pernah tinggal selama empat puluh dua tahun bersama Buddha tidak diperbolehkan masuk ruang sidang. Beliau benar-benar berada dalam kesedihan…….. Yang Mulia Ananda bersumpah bahwa beliau akan menutup mata, akan melupakan dunia……… “Aku tidak akan bergerak sampai aku menjadi tercerahkan.” Dan dikisahkan bahwa dalam dua puluh empat jam, tanpa mengubah postur tubuhnya, beliau menjadi tercerahkan. Ketika beliau tercerahkan, maka beliau diperbolehkan masuk ruang sidang…….. Dan semua catatan-catatan tentang Sang Buddha yang kita baca sebagian besar adalah hasil ingatan dari Yang Mulia Ananda……. Setelah pertemuan sangha yang pertama tersebut Yang Mulia Ananda masih hidup sampai usia 120 tahun dan selama 36 tahun beliau terus menyebarkan dharma. Bahkan sampai sekarang banyak orang suci yang tercerahkan karena membaca catatan hasil ingatan Yang Mulia Ananda………
Sang Istri: Suamiku, begitu cintanya Shri Hanuman dan Yang Mulia Ananda kepada Guru mereka. Mereka telah menghilangkan ego mereka. Dalam buku “Atma Bodha Menggapai Kebenaran Sejati Kesadaran Murni dan Kebahagiaan Kekal” disampaikan…….. Para sufi menggunakan “wujud” murshid sebagai gerbang untuk memasuki Tuhan. Ketika Yesus menyatakan diri sebagai pintu untuk memasuki Kerajaan Allah, maksudnya ya itu. Para lama di Tibet melakukan Guru Pooja, penghormatan khusus terhadap para guru. Begitu pula dengan para “pencari” di dataran India. Lewat Guru Bhakti atau cinta tak bersyarat dan tak terbatas terhadap seorang Guru, mereka menemukan cinta yang sama di dalam diri mereka masing-masing. Seorang guru tidak membutuhkan puja dan bakti. Dia justru memberikan kesempatan bagi perkembangan puja dan bhakti di dalam diri kita masing-masing. Puja dan bakti terhadap seorang guru tidak berarti mencium kaki atau tangannya. Puja dan bakti terhadap seorang guru semata-mata untuk mendekatkan diri kita dengan Ia yang bersemayam di dalam setiap makhluk……. Semoga………
Terima Kasih Bapak Anand Krishna.
Situs artikel terkait
http://www.oneearthmedia.net/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo
Januari 2011