February 9, 2011

Dr Martin Luther King Jr dan Inspirasi dari Mahatma Gandhi, Renungan Ke-63 Tentang Berguru

Sepasang suami istri baru saja membuka file tentang Dr. Martin Luther King Jr dan Mahatma Gandhi. Mereka tertarik membicarakan tentang perjuangan tanpa-kekerasan. Buku-buku Bapak Anand Krishna mereka jadikan referensi pembicaraan.

Sang Suami: Kemarin salah seorang sahabat di FB menulis status….. Apakah melakukan perang melawan kebatilan itu salah? bagaimana dengan perang Bharatayudha? Bukankah Sri Krishna dan Arjuna juga berperang disana? Apakah ada kemungkinan orang-orang spiritual berani ambil sikap nyata berperang menghadapi kekerasan berjubah agama di negeri ini?…… Istriku, aku berpikir, Pandawa punya pasukan bersenjata berat, sedangkan pasukan bersenjata di negeri ini tunduk pada yang berwenang, dan bila yang berwenang membiarkan kekerasan berlangsung, kita harus punya solusi yang lain. Ada beberapa perang Bharatayudha versi baru seperti yang dilakukan Mahatma Gandhi yang berperang melawan kebatilan dengan senjata-cinta Ahimsa, sehingga hubungannya dengan penjajah tetap baik. Demikian juga Dr. Martin Luther King Jr yang berhasil berjuang dengan senjata non violence. Hasilnya, India merdeka, dan di Amerika kurang dari setengah abad setelah Dr. King Jr meninggal, sudah ada Presiden yang berkulit hitam……. Setiap negara punya masalah sendiri, di Amerika pada saat Dr. Martin Luther King Jr. hidup ada masalah ras, sedangkan di Negeri kita saat ini ada masalah kekerasan berjubah agama yang dilakukan oleh sekelompok warga negara…….. Pada saat ini Media Jaringan Sosial FB dipenuhi berita tentang peristiwa di Cikeusik Pandeglang, di  Temanggung dan sejumlah kekerasan lainnya dengan pemicu ketersinggungan masalah agama.

Sang Istri: Suamiku, aku baru saja membaca biografi Dr. Martin Luther King Jr yang rupanya sedikit banyak terpengaruh oleh Mahatma Gandhi yang berjuang dengan tanpa-kekerasan…….. Dr. King  adalah pembaca setia esai Henry David Thoreau, seorang penulis Amerika 100 tahun yang lalu. Thoreau percaya bahwa seseorang memiliki hak untuk tidak mematuhi semua hukum yang dia pikir jahat atau tidak adil. Thoreau tidak membayar pajak sebagai protes terhadap perbudakan. Beliau dimasukkan ke penjara. Seorang teman datang untuk mengunjunginya bertanya, “Mengapa kamu ada di penjara?” Dia menjawab,”Mengapa Anda keluar dari penjara?”……. King menyukai ide Thoreau – bahwa manusia tidak boleh mematuhi hukum yang jahat atau tidak adil. Dan beliau mulai berupaya keras untuk memerangi kejahatan. Beliau membaca buku yang ditulis oleh pemikir besar dunia. Kemudian suatu hari, ia mendengar pidato pemimpin besar India, Mahatma Gandhi……. Istriku, kita tidak perlu malu mempunyai idola pemimpin dari bangsa lain sepanjang ia adalah pemimpin dunia……

Sang Suami: Benar istriku, Mahatma Gandhi telah memenangkan kebebasan bagi negaranya dari pemerintahan Inggris (1947). Dan ia melakukannya dengan cara yang sangat tidak biasa. Sejak awal, dia memberitahu masyarakat untuk tidak menggunakan kekerasan melawan Inggris. Ia menyuruh mereka melawan Inggris dengan cara damai. Mereka akan berbaris. Mereka akan duduk atau berbaring di jalanan. Mereka akan menyerang. Mereka akan memboikot, menolak untuk membeli barang-barang Inggris. Gandhi juga membaca esai Thoreau. Beliau juga percaya bahwa manusia memiliki hak untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Seperti Thoreau, ia percaya bahwa manusia dengan senang hati harus pergi ke penjara ketika mereka melanggar hukum yang tidak adil tersebut. Gandhi tidak pernah menggunakan kekerasan. Kekerasan hanya membawa kebencian dan mengundang lebih banyak kekerasan. Gandhi mengatakan kepada masyarakat untuk melawan musuh dengan kekuatan jiwa. Gandhi mengatakan kepada mereka untuk membalas benci dengan cinta. Gandhi menyebut “perang tanpa kekerasan.” Dan itu membantu India memperoleh kebebasan……..  Dr. Martin Luther King Jr. berpikir bahwa Black American dapat menggunakan cara Gandhi untuk memenangkan kebebasan mereka. Bukankah cara Gandhi juga merupakan cara Yesus Kristus? Bukankah Kristus mengatakan kepada umat-Nya untuk “memberikan pipi yang lain” jika seseorang memukul mereka? Gagasan memerangi damai melawan kejahatan disebut anti-kekerasan. Apakah itu cara pengecut? Tidak, kata King. Butuh lebih banyak keberanian untuk tidak memukul balik bila dipukul.

Sang Istri: dalam buku “Kehidupan, Panduan Untuk Meniti Jalan Ke Dalam Diri” disampaikan……. Seseorang menampar pipi Anda dan Anda memberikan pipi Anda yang lain. Berhentilah sejenak. Mengapa Anda melakukan itu? Karena Anda tidak dalam posisi siap membalas? Jika demikian, janganlah menyebut tindakan ini sebagai perbuatan tanpa kekerasan. Anda munafik dan untuk menutupi kelemahan, Anda menggunakan filsafat. Jika Anda kuat, dan nyatanya lebih kuat dari orang yang menampar Anda, dan Anda tahu betul, bahwa tamparan Anda akan membuatnya roboh, lalu jika Anda tetap juga memberikan pipi Anda yang lain, barulah Anda orang tanpa kekerasan……… Lebih baik diam. Saya menganjurkan Anda tidak bereaksi. Dia menampar Anda, terimalah. Jangan bereaksi. Ikutilah cara Anda sendiri. Berikan dia senyum. Jadi kuatlah dulu – cukup kuat untuk membalas pukulan dengan pukulan. Dan kemudian, lihatlah apakah Anda tetap tanpa kekerasan. Kekuatan: berdoalah untuk kekuatan. Anda harus menjadi orang kuat. Orang lemah tidak mungkin dapat menjalani hidup tanpa kekerasan. Bebaskan diri Anda dari ketakutan, dari kelemahan, dan kemudian, dari kekerasan!…..

Sang Suami: Istriku, aku juga teringat akan kisah Baginda Rasul……… Baginda Rasul selalu diludahi seorang perempuan tua setiap lewat di depan rumah wanita tersebut. Baginda jelas dapat membalas tetapi Baginda Rasul sangat-sangat sabar. Sampai pada suatu ketika sang perempuan yang meludahi tidak tampak, dan Baginda Rasul tahu bahwa sang perempuan tua sedang sakit, maka Baginda Rasul mendatanginya. Sang perempuan tua terharu dan memohon maaf atas segala kekerasan yang dilakukannya dan dia langsung memeluk Islam……. Seluruh tetangga perempuan tersebut mengikutinya. “Love is the only solution”. Dalam buku “Bersama J.P Vaswani Hidup Damai & Ceria” disampaikan……… Jangan pernah merasa capai hanya karena telah memaafkan seseorang dua atau tiga kali. Setiap kali kita disakiti, kita harus dapat memaafkan. Ingat Tuhan, Ia selalu memaafkan kesalahan-kesalahan kita. la begitu sabar dengan kita. Kita harus memaafkan sebelum diminta memaafkan. Yesus berkata, “Apabila ada yang menampar pipimu, berikanlah padanya pipimu yang lain.” la juga mengatakan, apabila seseorang memaksa kamu untuk berjalan bersama dia sejauh satu mil, jalanlah bersama dia dua mil.”………

Sang Istri: Dalam buku “Life Workbook, Melangkah dalam Pencerahan, Kendala dalam Perjalanan, dan Cara Mengatasinya” disampaikan…….. Ahimsa, Do Not Act Violently, Do Not Cause Injury, Jangan Menggunakan Kekerasan, Jangan Menyakiti. Seperti yang dikatakan Martin Luther King, Jr., seperti yang dipahami beliau dari ajaran Mahatma Gandhi, “Senjata kita hanya satu, senjata kasih!” Ahimsa juga berarti menghormati orang lain. Jika sudah membuat janji untuk bertemu jam 10 pagi, lima menit sebelumnya kita sudah berada di tempat pertemuan. Jangan sampai orang lain menunggu. Itu pun kekerasan. Melihat orang lain menderita, para radikal merasa bahagia. Ahimsa berarti merasakan penderitaan orang lain siapa pun orang lain itu. Ahimsa berarti memutuskan untuk tidak menambah penderitaan seorang pun, karena sudah cukup penderitaan di dunia ini. Ahimsa juga berarti tidak menyiksa diri; tidak mengintimidasi siapa pun dengan kehendak membakar diri jika keinginan kita tidak dikabulkan, atau membakar bendera negara lain, karena pemerintahnya tidak bertindak sesuai dengan keinginan kita. Kita juga harus ingat bahwa ahimsa bukanlah pekerjaan para pengecut. Seorang pengecut bertindak karena takut. Ia tidak memiliki keberanian. Pasal pertama abhaya tidak dimilikinya. Dalam bahasa Gandhi, “Kau harus memiliki kemampuan dan kekuatan untuk membalas, tetapi memutuskan untuk TIDAK membalas itulah ahimsa”………

Sang Suami: Aku ingat tulisan Gus Solah, Salahuddin Wahid di harian Kompas tahun 2009……. Pada 1 Desember 1955, seorang tokoh kulit hitam bernama Rosa Parks diminta pindah dari tempat dia duduk di bus kota karena tempat duduk itu adalah khusus untuk warga kulit putih. Dia menolak sehingga dihukum. Tokoh-tokoh kulit hitam berkumpul untuk mengajak warga kulit hitam memprotes UU Negara Bagian Alabama yang mengharuskan pemisahan kursi bus…….. Warga kulit hitam sepakat untuk melakukan boikot terhadap bus kota di Montgomery. Seseorang mengusulkan Dr Marthin Luther King Jr, pendeta yang masih muda, sehingga dapat bekerja dengan kekuatan penuh. Usul itu disetujui meski Pendeta King belum lama tinggal di Montgomery…….. Dalam pertemuan untuk sosialisasi gerakan itu, Dr King sudah menunjukkan kemampuan berpidato yang memukau, mampu menumbuhkan motivasi dan menggerakkan warga untuk melakukan boikot. Tampaknya kemampuan berbicara Dr King adalah salah satu kunci keberhasilan gerakan itu…….. Warga kulit hitam melakukan boikot dengan berjalan kaki menuju tempat bekerja atau ke sekolah. Bus kota menjadi amat sepi sehingga menyulitkan perusahaan bus kota. Warga kulit hitam juga mengatur supaya yang bekerja di tempat jauh dapat diberi tumpangan oleh mereka yang punya kendaraan. Ada gerakan mengumpulkan sepatu dari kota lain untuk membantu yang sepatunya rusak akibat boikot itu…….. Perundingan dilakukan antara Pemerintah Kota Montgomery dan para tokoh kulit hitam, tetapi tak tercapai kesepakatan. Mobil warga kulit hitam ada yang diledakkan. Bahkan, rumah Dr King terkena bom. Ku Klux Klan melakukan intimidasi terhadap warga kulit hitam. Namun, Dr King mampu menjaga emosi pengikutnya dan menanamkan ke dalam diri mereka bahwa antikekerasan akan menjadi kekuatan moral yang dahsyat………

Sang Istri: Iya suamiku dalam artikel di Kompas tersebut disampaikan……. Perlawanan tanpa kekerasan dalam jangka panjang akan menghasilkan energi positif yang lebih hebat daripada perlawanan menggunakan kekerasan. Yang dibutuhkan ialah kesabaran dan kemampuan menahan emosi. Kemampuan berpidato Dr King amat besar perannya dalam menanamkan kesadaran itu. Kepemimpinannya dan dukungan istrinya, Coretta, juga mempunyai peran yang besar…….. Melihat sikap Pemerintah Kota Montgomery yang bersikukuh bahwa pemisahan tempat duduk bus untuk kulit putih dan kulit hitam adalah perintah UU Alabama, warga kulit hitam Montgomery mengajukan semacam uji materi terhadap UU itu kepada MA Federal. Lembaga itu membatalkan UU tersebut. Boikot 385 hari tanpa kekerasan mampu meniadakan UU diskriminatif………

Sang Suami: Membicarakan perjuangan warga kulit hitam AS untuk memperoleh hak-hak sipilnya tanpa kekerasan, harus bicara tentang The March of Washington, saat gabungan seperempat juta warga AS berkulit hitam dan putih memadati the Mall antara the Lincoln Memorial dan the Washington Monument di ibu kota AS pada 28 Agustus 1963. Peristiwa itu adalah salah satu demonstrasi terbesar dalam sejarah perjuangan HAM…….. Pidato Martin Luther King Jr dalam peristiwa itu (”I Have A Dream”) menjadi salah satu pidato monumentalnya…….. Salah satu bagian dari pidatonya itu: ”Saya punya impian bahwa keempat anak saya suatu hari nanti akan hidup di negara di mana mereka tidak dinilai dari warna kulitnya melainkan dari karakternya. Saya punya impian hari ini.” …….. Dr King berhasil menanamkan sikap antikekerasan di dalam diri pengikutnya. Ternyata perjuangan antikekerasan itu dalam jangka panjang berhasil menempatkan warga kulit hitam pada posisi sejajar dengan warga kulit putih dan mengantarkan seorang keturunan kulit hitam pada posisi orang nomor satu di dunia. Belum tentu posisi itu bisa diraih Obama jika warga kulit hitam AS menggunakan cara kekerasan…….. Semoga menginspirasi kita semua…..

Terima kasih Gandhi, Terima kasih Dr Martin Luther King Jr, Terima kasih Bapak Anand Krishna….

Situs artikel terkait

http://www.oneearthmedia.net/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

Februari 2011

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone