February 13, 2011

Sepuluh (10) Butir Pandangan Mahatma Gandhi untuk Mengubah Dunia, Renungan Ke-65 Tentang Berguru

Sepasang suami istri sedang membicarakan tentang Mahatma Gandhi. Kali ini mereka tidak berdiskusi, tetapi menyimak bersama buku “Be The Change, Mahatma Gandhi’s Top 10 Fundamentals for Changing the World”, tulisan Bapak Anand Krishna. Mereka sudah tidak tahan melihat kekerasan, kemunafikan dan kesemrawutan yang terjadi di tengah bangsanya. Mereka menyadari bahwa bangsanya harus berubah, akan tetapi mereka sadar putra-putri bangsanya diliputi rasa “takut” untuk melakukan perubahan. Yang berada dalam “comfort zone” takut kehilangan “comfort” dan ingin mempertahankan keadaannya dengan segala cara. Yang berada dalam “uncomfort-zone” takut bergerak sendiri karena merasa lemah dan menggantungkan diri pada mereka yang memiliki “wewenang – yang diibaratkan angkatan bersenjata ampuh” yang ternyata belum bergerak juga. Yang memiliki media tidak memihak pada kesatuan negeri, kecuali “kepentingan pribadi”. Yang melakukan provokasi tidak pernah sadar mereka hanya korban penanaman program sejak kecil agar merasa “fasad/kekerasan” yang dilakukannya adalah benar dan diridhoi Gusti. Yang memahami keadaan diam. Dan adharma semakin merajalela ditengah bangsa. Apakah artinya bila semua putra-putri bangsa memiliki hati nurani tetapi tidak melakukan perubahan dengan tindakan nyata?

Mereka ingat sebuah wisdom yang diilhami kehidupan Michael Jackson…….. Seluruh kezaliman, ketidakadilan dan kekejaman di sekitar kita harus dihentikan. Kita tidak bisa berharap seorang nabi diutus untuk membersihkan masalah yang kita buat sendiri. Kita harus berdiri dan bergerak! Berdiri saja dengan cukup. Kita harus bertindak, dan menjadi aktivis. Seorang kritikus kerjanya mengkritik, dan dia berhenti di situ. Seorang penulis ya menulis, dan juga berhenti di situ. Analis juga begitu. Banyak orang yang memiliki kemampuan seperti itu, namun tetap saja dengan terjadi perubahan yang berarti. Mengapa? Karena dengan berhenti. Dengan tidak berdiri, tidak bergerak; tidak bertindak dan menjadi aktivis. Kita tidak kekurangan humanis yang merasakan dan menangisi penderitaan umat manusia. Namun itu saja tidaklah cukup. Kita harus menghapus air mata itu. Michael Jackson membujuk kita untuk menjadi aktivis, “berdiri, bergerak” untuk menyembuhkan dunia ini……. “Heal the World-Sembuhkan Dunia”, “Mangasah mingising Budhi-Mencerdaskan bangsa”, “Mamasuh Malaning Bhumi-membersihkan borok Ibu Pertiwi”, “Mamayu Hayuning Bawono-Memperindah Keadaan Negeri”………

Mereka merasa petikan atau “wisdom quotation” dari buku yang sangat mulia ini dapat memicu perubahan diri………

Butir # 1 Change Yourself:You must be the change you want to see in the world.” Kau sendiri mesti menjadi perubahan seperti yang kauinginkan terjadi dalam dunia……… Perubahan mesti dimulai dari diri sendiri. Jangan mengharapkan perubahan dari dunia luar. Jangan menunda perubahan diri hingga dunia berbeda. Coba perhatikan, dunia ini senantiasa berubah. Kalau kita tidak ikut berubah, kita menciptakan konflik antara diri kita dan dunia ini…….Pengotakan manusia berdasarkan suku, ras, agama, kepercayaan dan lain sebagainya lahir dari pikiran yang masih belum dewasa. Pikiran yang masih hidup dalam masa lampau, masih sangat regional atau parsial, belum universal……. Pikiran seperti inilah yang telah mengacaukan negeri kita saat ini. Kita hidup dalam kepicikan pikiran kita, dalam kotak-kotak kecil pemikiran kita, tetapi ingin menguasai seluruh Nusantara, bahkan kalau bisa seluruh dunia. Jelas tidak bisa.

Butir # 2 You Are in Control:Nobody can hurt me without my permission.” Tak seorang pun dapat menyakitiku bila aku tidak mengizinkannya……. Karna seorang bijak, seorang dermawan, seorang pemimpin yang ideal, tetapi seluruh kebaikannya itu seolah terlupakan oleh sejarah karena keberpihakannya pada Adharma, pada pelaku kejahatan……. Bila ingin menjadi seorang pemimpin, jangan memelihara virus sakit hati. Terlebih lagi jangan sampai penyakit itu dijadikan pemicu dan motivasi untuk maju ke depan. Bila kita merasa bisa disakiti, kita sungguh lemah. Perasaan itu saja sudah membuktikan bahwa kita tidak layak untuk menjadi pemimpin…… Setiap aksi menimbulkan reaksi yang setimpal. Ini merupakan hukum alam. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Setiap orang bertanggung jawab terhadap alam, terhadap keberadaan – terhadap Tuhan……. Janganlah sekali-kali membalas aksi kejahatan dengan kejahatan, kekerasan dengan kekerasan, karena setiap orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan menjadi jahat. Setiap orang yang membalas kekerasan dengan kekerasan menjadi keras.

Butir # 3 Forgive and Let It Go:The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong. An eye for eye only ends up making the whole world blind”. Seorang lemah tidak dapat memaafkan. Kemampuan untuk memaafkan hanya ada pada mereka yang kuat. Bila pencungkilan mata dibalas dengan mencungkil mata, seluruh dunia akan menjadi buta…….. Memaafkan berarti tidak membenci para pelaku kejahatan. Bujuklah mereka, berilah kesempatan untuk mengubah diri. Namun bila mereka tidak memanfaatkan kesempatan itu, tidak mau mengubah diri dan tetap menggunakan kekerasan, kewajiban kita lah untuk memastikan mereka dikarantina beberapa waktu…… Karena itu penjara, bui, atau lembaga pemasyarakatan kita mesti berubah menjadi Lembaga Pengembangan Diri, Lembaga Pembenahan Diri, Lembaga Pencerahan Diri. Jangan memenjarakan jiwa mereka dalam kotak-kotak baru “ penafsiran agama yang sempit”, yang selama itu sudah menjadi sumber dari sekian banyak konflik dan persoalan. Bebaskan nilai-nilai luhur keagamaan dari pemahaman kita yang sangat jauh dari keluhuran……. Banyak penafsir agama di antara kita justru membenarkan aksi balas dendam. Mereka tidak menginginkan kita melupakan kejadian-kejadian penuh kekerasan yang terjadi pada masa lalu. Mereka tidak menginginkan kita melupakan sejarah suram yang sudah tidak relevan dan tidak konstektual lagi dengan zaman kita.

Butir # 4 Without Action You Aren’t Going Anywhere:An ounce of practice is worth more than tons of preaching.” Satu ons tindakan lebih baik daripada berton-ton dakwah…….. Bicara memang mudah. Melakoni sesuatu memang tidak mudah, tetapi apa arti sesuatu yang hanya dibicarakan, dan tidak dikerjakan, tidak dilakoni? Kita boleh bicara tentang keamanan bagi semua, keadilan dan kesejahteraan bagi semua, kedamaian dan kebahagiaan bagi semua, kenyataannya apa? Kita masih saja memikirkan kepentingan kelompok dan kepentingan partai di atas kepentingan umum……. Bundelan buku di atas seekor keledai, kata Imam Ghazali, tak mampu mengubah keledai itu menjadi seorang cendekiawan.

Butir # 5 Take Care of This Moment:I do not want to foresee the future. I am concerned with taking care of the present. God has given me no control over the moment following.” Aku tak ingin melihat apa yang dapat terjadi di masa depan. Aku peduli pada masa kini. Tuhan tidak memberiku kendali terhadap apa yang dapat terjadi sesaat lagi…….. Seperti inilah kejujuran seorang Gandhi. Ia tidak mengaku dapat melihat masa depan. Ia tidak mengaku memperoleh bisikan dari siapa-siapa. Ia mengaku dirinya orang biasa, tidak lebih penting darpada orang yang derajatnya paling rendah, paling hina dan dina…….. Gandhi tidak ragu, tidak bimbang, tidak bingung, karena ia hidup dalam kekinian. Ia bisa bertindak sesuai dengan nuraninya karena tidak menghitung laba-rugi. Mereka yang ragu, bimbang, dan bingung adalah orang yang tidak bisa hidup dalam kekinian. Mereka selalu menghitung laba-rugi……. Untuk mengubah hidup kita kini, berkaryalah sekarang dan saat ini juga. Bahkan. Jangan memboroskan energi untuk berpikir tentang hasil karya. Bila karya kita baik, hasilnya pun sudah pasti baik. Yakinilah hal ini.

Butir # 6 Everyone Is Human:I Claim to be a simple individual liable to err like other fellow mortal. I own, however, that I have humility enough to confess my errors and to retrace my steps. It is unwise to be too sure of one’s own wisdom. It is helathy to be reminded than the strongest might weaken and the wisest might err.” Aku hanyalah seorang manusia biasa yang dapat berbuat salah seperti orang lain juga. Namun, harus kutambahkan bahwa aku memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahanku dan memperbaikinya. Adalah tidak bijaksana bila kita terlalu yakin akan kebijakan sendiri. Kita mesti ingat bahwa sekuat apa pun kita bisa menjadi lemah, sebijak apa pun bisa berbuat salah……. Menjadi “manusia biasa” adalah tujuan setiap manusia. Manusia tidak lahir untuk menjadi sesuatu yang lain. Ia tidak lahir untuk menjadi malaikat atau dewa. Ia lahir untuk menjadi manusia. Manusia biasa. Namun betapa sulitnya menjadi “manusia biasa”. Adalah sangat mudah bagi kita untuk mengaku sebagai “ini” dan “itu” – sebagai umat dari agama tertentu, sebagai alumni dari universitas tertentu, sebagai politisi dari partai tertentu.dan, betapa sulit bagi kita untuk mengaku, “aku orang Indonesia”. Karena kita ingin menunjukkan bahwa diri kita beda. Ya, masing-masing ingin berucap, “ Akubukan orang biasa; aku luar biasa”.

Butir # 7 Persist:First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win.” Awalnya mereka meremehkanmu, kemudian menertawakanmu, kemudian melawanmu, lalu kau keluar sebagai pemenang……. Ketika sedang dibombardir dengan segala macam tuduhan dan kritik, semangat kita memang bisa melemah. Tetapi jangan sekali-kali membiarkan mereka mematahkan semangat kita. Jadilah motivator bagi diri sendiri. Sesungguhnya kita tidak membutuhkan motivator di luar diri. Bila kita percaya pada motivator di luar diri, mau tak mau kita pun akan memercayaai para provokator di luar diri. Motivator dan provokator adalah insan sejenis. Dua-duanya ingin menguasai diri kita. Untuk itu, terlebih dahulu mereka mesti melemahkan diri kita, karena hanya diri yang lemah yang dapat dikuasai……. Dunia ini ibarat medan perang Kurusetra. Di medan ini kita akan menemukan Kurawa yang berpihak pada adharma, dan Pandawa yang berpihak pada dharma. Di medan ini pula kita dapat berharap bertatap muka dengan sang Sais Agung, Sri Krishna. Bila ragu, bila bimbang, tanyalah kepada Krishna yang bersemayam dalam diri. Dialah Sang Mahaguru Sejati.

Butir # 8 See the Good in People and Help Them:I look only the good qualities of men. Not being faultless myself, I won’t presume to probe into the faults of others. Man becomes great exactly in the degree in which he works for the welfare of his fellow-men. I suppose leadership at one time meant muscles, but today it means getting with people.” Aku hanya melihat sifat baik di dalam diri sesama manusia. Karena aku sendiri tidak sepenuhnya bebas dari keburukan, aku tidak membedah orang lain untuk mencari keburukan mereka. Manusia menjadi besar selaras dengan kebaikan yang dilakukannya bagi kesejahteraan sesama manusia. Barangkali otot menjadi tolok ukur bagi kepemimpinan pada masa lalu, Sekarang tolok ukuranya adalah hubungan dengan sesama manusia……… Bila memang demikian, kenapa kau ingin mengusir Inggris dari India? Kenapa kita tidak bisa hidup berdampingan dengan mereka? Karena negeri ini adalah negeri kita, dan sudah sepatutnya kita sendiri yang mengurusinya. Mereka tidak perlu mengurusi kita. Kaum penjajah tidak puas dengan hidup berdampingan. Mereka ingin berkuasa. Selalu demikian. Di India demikian; di Indonesia pun sama. Dan, hal itu melanggar dharma. Membiarkan diri kita dijajah, bukanlah dharma. Karena itu, kita mesti melawan.

Butir # 9 Be Congruent, Be Authentic, Be Your True Self:Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony. Always aim at complete harmony of thought and word and deed. Always aim at purifying your thoughts and everything will be well.” Keselarasan antara apa yang kaupikirkan, apa yang kau ucapkan dan apa yang kaulakukan itulah kebahagiaan. Jadikan keselarasan antara pikiran, ucapan dan tindakan sebagai tujuanmu. Jadikanlah pemurnian pikiran sebagai tujuanmu, maka semuanya akan beres……… Keselarasan adalah Rumus Utama untuk meraih Kebahagiaan dalam hidup ini. Para teroris boleh bersenang-senang, bahkan menikah dalam penjara untuk memastikan bahwa di surga dirinya tidak kesepian….. tetapi, apakah mereka bahagia? Dan, bila mereka tidak bahagia di sini, di sana pun tak ada kebahagiaan bagi mereka. Pernah saya baca dalam salah satu kitab suci: Mereka yang di sini buta, di sana pun sama. Mereka yang buta terhadap kesengsaraan sesama manusia berarti jiwamereka memang telah buta. Mereka tidak lagi mempunyai batin. Nurani mereka sudah mati. Jangankan selaras dengan hukum alam, terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan saja mereka sudah tidak selaras. Para teroris yang melakukan aksi pemboman, atau komando laskar-laskar perusak yang menggunakan atribut-atribut keagamaan itu selaras dengan siapa?

Butir # 10 Continue to Grow and Evolve:Constant development is the law of life, and a man who always tries to maintain his dogmas in order to appear consistent drives himself into a false position.” Perkembangan terus-menerus itulah hukum alam. Orang yang ingin bertahan dengan dogma-dogma (lama) untuk menunjukkan konsistensi diri, sesungguhnya berada pada posisi yang salah…….. Kenapa orang yang seperti itu berada pada posisi yang salah? Karena, perubahan adalah hukum alam. Sementara mereka yang fanatik terhadap dogma-dogma, dan tidak memahami nilai-nilai luhur di baliknya, terperangkap oleh ego mereka sendiri. Ego yang ingin membuktikan dirinya konsisten…….. Konsistensi dianggap nilai-nilai luhur, padahal tidak demikian. Apa yang konsisten di dalam dunia ini? Apa yang konsisten dalam diri kita? Setiap beberapa tahun, bahkan seluruh sel di dalam tubuh kita berubah total. Dari zaman ke zaman, ajaran-ajaran luhur pun perlu dimaknai kembali, dikonstektualkan. Kebiasaan-kebiasaan lama mesti diuji terus apakah masih relevan, masih sesuai dengan perkembangan zaman……..

Terima kasih Mahatma Gandhi, Terima kasih Bapak Anand Krishna atas buku yang pantas dimiliki oleh seluruh Manusia Indonesia untuk mengubah diri sendiri. Bila semua putra-putri bangsa bisa mengubah dirinya sendiri, maka “the Enlightment Society” akan tercapai….. Jayalah Indonesia……

Situs artikel terkait

http://www.oneearthmedia.net/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

Februari 2011

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone