March 30, 2011

Jiwa Kesatria Anand Krishna

Seorang satria berjuang dengan cara yang santun. Walaupun diperlakukan tidak adil pun, setiap protes ditunjukkan dengan cara yang tidak menyakiti atau merugikan orang. Satria adalah mereka yang taat melakoni hukum. Demikianlah yang telah ditunjukkan Anand Krishna ketika diputuskan oleh hakim Hari Sasangka untuk ditahan. Pada hal selama 5 bulan persidangan berperilaku sangat kooperatif. Memang ia tidak mau menandatangani berita acara penahanan. Karena selama ini memang tidak menyalahi jalannya persidangan. Disamping itu proses persidangan yang sarat dengan keganjilan di mulai dari diakomodirnya surat dari salah satu instansi agar saksi-saksi dapat mengikuti persidangan tertutup itu, hingga sidang yang hanya memperkarakan 10% dari kasus pelecehan seksual yang di tuntutkan, sementara 90 % memperkarkan pemikiran Anand Krishna yang tertuang di dalam ceramah dan buku-bukunya.

Anand Krishna tetap patuh terhadap hukum, walaupun kondisinya semakin lemah, 22 hari hanya minum air putih. Inilah jiwa kesatria.  Baru-baru ini di pengadilan yang sama, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan juga sedang dilakukan proses pengadilan pada yang didakwa terkait denga teroris. Simak dan baca berita tentang jalannya persidangan. Begitu arogan dan kerasnya orang-orang terkait. Apakah seperti ini bisa dikatakan berjiwa kesatria?. Tapi karena negeri ini sudah luntur jiwa kelembutan nusantara, banyak orang senang dan bersimpati dengan perilaku yang arogan dan tidak taat hukum.  Jiwa kelembutan berbudi pekerti luhur lah yang diusahakan untuk dikembalikan oleh Anand Krishna. Dalam setiap bukunya dituliskan agar bangsa Indonesia kembali menerapkan kearifan lokal milik sendiri.

Sama kisahnya dengan seorang wanita pedagang ikan disukai seorang raja dan kemudian diboyong ke istana. Ia muntah-muntah dan tidak nyaman di tempat bersih dan wangi. Karena baginya bau ikan yang amis lebih familiar dan ‘sedap’.  Kelemah lembutan Anand Krishna terlihat dalam praktek hidupnya, bahkan dalam masa tersulit dalam hidupnya Anand Krishna tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kemanusiaan yaitu kasih sayang. Kelembutan jiwa Anand Krishna inilah yang tercermin dari prilaku kesatrianya, meski susah untuk di mengerti oleh kebanyakan dari kita, karena kita tidak memiliki jiwa kesatria itu.

Kita lebih mudah untuk lari dan bersembunyi di balik kekurangan diri, mengatas namakan Tuhan bersembunyi di dalam ajaran agama untuk menindas, melakukan kekerasan. Anand Krishna tetap menjungjung tinggi nilai-nilai kebajikan, dia tidak lari dari tuntutannya. Anand Krishna tetap ingin menjalani proses persidangan, tuntutannya hanya agar mendapat proses pengadilan yang objektif, itu saja !

Dan dalam menyampaikan aspirasinya Anand Krishna tetap berpegang pada nilai-nilai kemanusian, nilai-nilai kebajikan. Anand Krishna tidak melawan secara membabi buta dan berlebihan ketika di perlakukan tidak adil dengan dipindahkan dari rumah sakit ke rutan meski kondisi tubuhnya masih sangat lemah.  Sebuah prilaku penuh dengan welsa asih, sebuah kebijakan hidup yang menjadi teladan di tengah gersangnya kemanusiaan aparatur negeri ini. Saatnya kita semua bercermin masihkan kita memiliki jiwa kesatria seperti Anand Krishna ?.

Refrensi :

http://www.freeanandkrishna.com/

= = = =

Di Publikasikan di :

http://www.surahman.com/

http://www.oneearthmedia.net/ind

http://www.facebook.com/su.rahman.full

http://www.kompasiana.com/surahman

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone