One Earth , One Sky, One Humankind adalah Visi dan Misi yang di usung oleh Anand Krishna untuk mewujudkan semangat berkebangsaan yang utuh dengan cara membentuk jiwa-jiwa manusia Indonesia menjadi utuh, dan untuk itu harus di mulai dari diri sendiri. Lao Tzu pernah mengatakan : “Jika mau ada kedamaian di dunia, harus ada dulu kedamaian di bangsa-bangsa. Jika mau ada kedamaian di bangsa-bangsa, harus ada dulu kedamaian di kota-kota. Jika mau ada kedamaian di kota-kota, harus ada dulu kedamaian di RT-RT. Jika mau ada kedamaian di RT-RT, harus ada dulu kedamaian di keluarga-keluarga. Jika mau ada kedamaian di keluarga-keluarga, harus ada dulu kedamaian di setiap hati para anggotanya” Dan semua itu harus di mulai dari diri sendiri !.
Anand Krishna memulainya dengan praktek pemberdayaan diri lewat meditasi untuk menumbuhkan kesadaran akan kesatuan, kesadaran yang diperoleh lewat meditasi itu kemudian di aplikasikan lewat karya nyata untuk membangun negeri.
“Hiduplah tanahku,
Hiduplah neg’riku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.”
Dengan mengupayakan perubahan dari diri sendiri dengan cara memperbaiki kesadaran maka perubahan itu sedang terjadi dan sedang menuju pada perubahan secara kolektif. Dan visi One Earth , One Sky, One Humankind menjadi sangat relevan dan nyata sebagai sebuah solusi bagi kesatuan nasional dan international.
Mendesaknya Pendidikan Holistik
“…mendidik jiwa baru, yang akan menjadi pusat, menjadi motor daripada kebudayaan baru, yang suatu cabang daripada kebudayaan International sekarang” (St. Takdir Alisjahbana)
Menyadari akan hal tersebut Anand Krishna kemudian mencoba untuk membangunkan jiwa-jiwa manusia Indonesia mulai sejak usia dini dengan cara mendirikan sekolah yang menitikberatkan pada pendidikan holistik, pendidikan holistik sejak dini di perlukan untuk membentuk karakter putra dan putri Indonesia sehingga dapat menjadi pribadi-pribadi yang utuh. Bagi manusia modern, Anand Krishna menempuh jalur unik dengan mendirikan padepokan di tengah-tengah kota di bilangan Jakarta Barat sebagai tempat untuk manusia-manusia modern mengolah diri, menumbuh kembangkan kesadaran lewat praktek meditasi agar menjadi pribadi-pribadi yang utuh.
Pribadi-pribadi yang utuh ini akan saling berinteraksi lewat karya-karya nyata membangun negeri, karya-karya nyata ini lah kemudian yang akan membantu terbentuknya kesadaran manusia Indonesia secara kolektif. Namun lagi-lagi kesadaran secara kolektif ini baru dapat di bentuk dan di tularkan jika para individu mengambil langkah awal terlebih dahulu dengan cara memberdaya diri, melakukan perubahan terhadap dirinya sendiri. Tidak ada yang dapat merubah seseorang terkecuali orang itu sendiri yang berniat untuk merubah dirinya sendiri, melalui praktek-praktek meditasi Anand Krishna menawarkan solusi untuk pembentukan jiwa-jiwa manusia Indonesia agar menjadi utuh.
Dengan kesadaran seperti itu manusia Indonesia akan dapat menerima setiap ajaran agama sebagai bentuk jalan menuju Tuhan, pertentangan dan pertikaian tentang keagaman dapat di selesaikan dengan baik karena adanya kesadaran bahwasanya yang berbeda-beda itu adalah satu adanya, bahwasan Tuhan Maha Esa AndaNya, dan hal ini sejalan dengan Pancasila sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
Manusia Indonesia masa lalu lebih beruntung jika di bandingkan manusia modern masa kini, karena manusia masa lalu memiliki mpu Tantulan, memiliki Soekarno yang memahami ke-Esa-an Tuhan, sehingga dapat membentuk jiwa putra-putri pertiwi menjadi manusia yang utuh. Berbeda dengan tokoh-tokoh kita saat ini yang sibuk dengan pembahasaan akan perbedaan, dan kian hari para tokoh kita ini kian memperuncing jurang perbedaan, tujuan mereka satu menseragamkan manusia Indonesia sesuai dengan konsep mereka tentang manusia ideal berdasarkan refrensi dan pemahan yang sempit. Kesempitan pikiran para tokoh inilah yang kemudian memperparah kondisi Indonesia sehingga terancam diintregasi dan tidak pernah dapat bergerak maju untuk mensejajarkan diri dengan Negara-negara lain di ranah international. Mari kita renungkan pencapaian kesadaran bung Karno tentang ke-Esa-an Tuhan :
“Tuhan ghoib, yes, ghoib, tidak bisa engkau lihat. Tetapi Tuhan bukan satu persoon, satu persoonlijke God yang bersinggahsana di langit ke 7. Tuhan adalah satu zat yang meliputi seluruh alam ini, bukan hanya di sana, di mana-mana, tetapi Esa. Satu, Tuhan ada di puncak gunung, yes. Tuhan ada di langit, di balik sana daripada awan, yes.
Tuhan ada di dalam dasarnya laut, yes . Tuhan ada di sana sebelah sana daripada Eropa, yes. Tuhan ada di sana, di sebelah sana daripada bintang Venus, yes. Tuhan ada di dalam bintang Bima Sakti, yes. Di mana-mana Tuhan, tapi Satu”
Kesadaran akan keesaan Tuhan akan mempermudah keberlangsungan hidup bernegara, dimana negera tidak harus di pusingkan dengan membuat peraturan yang berlapis-lapis yang tidak pernah dapat di implementasikan ke dalam kehdipan sehari-hari. Manusia yang memiliki kesadaran tahu bersikap, tahu bagaimana menempatkan dirinya. Peraturan hanya di perlukan sebagai fasilitator untuk mempermudah kehidupan, dan bukankah agama di turunkan juga untuk mempermudah kehidupan di dunia ini ?.
Mendalami visi dan misi Anand Krishna tentang One Earth , One Sky, One Humankind tentunya akan banyak orang-orang yang gerah, karena jika terciptanya manusia yang berkesadaran, maka posisi mereka yang saat ini dalam kenyamanan bisa jadi berubah 180 derajat, dan lantas kemudian dengan segala cara melakukan pembungkaman. Tidak hanya kepada Anand Krishna , kepada tokoh-tokoh lain yang memiliki visa dan misi yang serupa merekapun melakukan hal yang sama, teror bom, ancaman pembunuhan dan segala macam intimidasi mereka lakukan. Gus Nuril pernah mengatakan, “Orang-orang yang peduli pada pancasila tidak mendapatkan tempat yang layak di negeri ini”. Mereka yang peduli pada tegaknya pancasila selalu mendapat tentangan keras bahkan nyawa menjadi taruhannya, hal tersebut lagi-lagi di karenakan ketidak utuhan jiwa-jiwa mereka sehingga selalu melihat perbedaan dan kemudian menyingkapi perbedaan itu dengan kekerasan.
Kita tidak lagi dapat meneruskan pembangunan negeri dengan cara seperti ini, kita harus segera merubah oreintasi kita terhadap semangat kebangsaan. Kita tidak bisa !, dan tidak boleh ! mewarisi budaya kekerasan ini ke pada anak cucu kita, TIDAK !. Kita harus segera berubah !, tidak ada cara lain jika Indonesia ingin tinggal landas maka pembangunan jiwa-jiwa manusia Indonesia harus segera di mulai, sekarang dan saat ini juga !, sehingga dapat terciptanya kesadaran kolektif di dalam berbangsa dan bernegara, sekaligus mencapai apa yang menjadi mimpi, apa yang menjadi cita-cita bapak bangsa kita : menjadikan Indonesia negeri yang makmur bagi penduduknya.
“Hiduplah tanahku,
Hiduplah neg’riku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.”
Refrensi : http://www.freeanandkrishna.com
= = = =
Di Publikasikan di :
http://www.surahman.com/
http://www.oneearthmedia.net/ind
http://www.facebook.com/su.rahman.full
http://www.kompasiana.com/surahman