April 13, 2011

Sebuah Renungan Mengapresiasi Aksi Mogok Makan ke 36 Hari Anand Krishna

NIM (National Integration Movement) di gagas oleh Anand Krishna 6 tahun lalu sebagai bentuk kepedulian terhadap persatuan Indonesia yang kian hari kian terancam disintegrasi , 11 April 2011 NIM merayakan ulang tahunnya yang ke 6. Meski sang pengagas sendiri tidak dapat mengikuti jalannya perayaan ulang tahun, karena sedang berada di rumah sakit polri namun semangat kebangsaan Anand Krishna tetap hadir melalui muda-mudi yang senantiasa berkarya untuk bangsa melalui karya nyata.

Bagi Anand Krishna Indonesia sudah memenuhi semua persyaratan untuk menjadi Negara yang besar, mulai dari sumber daya alamnya yang tidak terbatas hingga dari sdm negeri yang besar. Namun satu yang tidak di miliki oleh negeri ini yaitu kesadaran. Kesadaran akan potensi negeri sendiri, kesadaran apa yang di miliki oleh negeri sendiri . Oleh karenanya Anand Krishna mendidikasikan hidupnya untuk berbagi, untuk menumbuh kembangkan kesadaran akan kecintaan terhadap bunda sendiri, ibu pertiwi. Coba buka 140an buku yang yang di tulis Anand Krishna, selalu ada semangat kecintaan terhadap negeri sendiri. Coba hadiri ceramah-ceramah Anand Krishna akan selalu ada semangat kebangsaan yang di gelorakan oleh bapak 2 anak ini. Putra-putri pertiwi ini harusnya malu terhadap Anand Krishna, yang memiliki darah India namun lebih mencintai negeri ini, lebih mencinta ibu pertiwi.

Hari ini memasuki hari ke 36 aksi mogok makan Anand Krishna dalam mencari keadilan, aksi mogok makan Anand Krishna ini adalah menuntut di selenggarakannya persidangan yang fair dan objektif.  36 hari adalah waktu yang panjang untuk seseorang tanpa makan,  banyak yang tidak percaya karena angka 36 hari melampaui pikiran waras kita semua. Namun itulah Anand Krishna selalu mampu melampaui apa yang kita sebut pikiran waras kita, Anand Krishan adalah fenomenal  begitu yang di sebut-sebut oleh pengagum dan pengkritiknya. Apa yang di lakukan Anand Krishna memang harus melampaui apa yang kita sebut dengan pikiran waras kita, karena mungkin memang saat ini kondisi kita sudah tidak waras lagi. Ketidakwarasan kita sebagai bangsa terlihat dimana-mana. Dimana ada anggota dewan kehormatan DPR yang menonton video mesum sewaktu rapat, dimana anggota DPR yang sering kali tersorot kamera sedang tertidur waktu sidang sibuk mengagas pembangunan gedung super mewah dengan biaya super mahal. Di waktu yang sama banyak sekali para jompo yang kelaparan, banyak putra-putri pertiwi yang tidak mampu melanjutkan sekolah, banyak sekolah yang ambruk, banyak jalan-jalan yang rusak. Disi sisi lain banyak yang mengagungkan Tuhan namun memenggal kepala saudaranya sendiri, banyak yang mendirikan tempat ibadah dengan uang hasil korupsi, banyak yang pergi ke tanah suci dengan uang hasil korupsi.  Dalam kondisi seperti itu di mana kewarasan kita sebagai bangsa ?.

Apa yang di lakukan Anand Krishna adalah sesuatu yang berat, namun cintanya membentuk tekadnya untuk tetap melanjutkan aksi mogok makanya, karena semua cara sudah di tempuh olehnya dalam mencari keadilan. Di tengah situasi yang serba absurd saat ini keadilan adalah salah satu institusi yang dapat menjembati keabsrutan tersebut, namun yang terjadi adalah pengadilan sebagai institusi dalam mencari keadilan juga telah menjadi ikut absurd. Tafsir kitab hukum di tafsirkan lewat bahasa yang tidak lagi dapat di mengerti oleh nurani, meski seharusnya keadilan itu adalah bahasa nurani, namun saat ini keadilan sudah berubah bahasa menjadi bahasa dagang. Siapa yang menawar lebih tinggi ke sanalah sebuah keputusan berpihak. Bagi yang tidak punya uang atau tidak mau berkompromi dengan uang macam Anand Krishna harus di buihkan atas tuduhan yang sama sekali belum dapat di buktikan di pengadilan.

Refrensi : http://www.freeanandkrishna.com

= = = =

Di Publikasikan di :

http://www.surahman.com/

http://www.oneearthmedia.net/ind

http://www.facebook.com/su.rahman.full

http://www.kompasiana.com/surahman

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone