June 25, 2011

Renungan Bhagavatam: Raja Agung Prithu, Kemurahan Hati Ibu Pertiwi Dan Kesalahan Manusia Sebagai Penyebab Bencana

Kala Prithu dilahirkan musik surgawi terdengar dan semua dewa menyambut kelahiran Prithu. Brahma berkata bahwa Prithu membawa tanda lahir cakra pada telapak tangannya dan tanda bunga teratai pada kakinya. Prithu adalah penjelmaan Narayana untuk melindungi dunia. Setelah Prithu dewasa dia dinobatkan sebagai raja dan seluruh alam semesta membawa hadiah untuk sang raja. Akan tetapi Prithu tak mau dipuji karena dia belum punya pengalaman untuk memerintah kerajaan. Prithu berkata bahwa dia mau dipuji saat dia nanti berhasil sebagai raja dunia. Prithu mengakui bahwa dia menjadi raja dalam kondisi yang sangat sulit. Ia mengetahui bahwa rakyatnya sangat lemah dan dalam kondisi kelaparan yang parah. Rakyatnya berkata, “Wahai raja pelindung dunia kami menderita kelaparan, berilah kami makanan. Kami dimakan oleh rasa lapar seperti pohon yang dimakan oleh api yang tersembunyi dalam batangnya. Kami telah diberitahu oleh para resi bahwa kau dilahirkan untuk melindungi kami. Lindungilah kami wahai raja!”

Prithu berpikir keras dan akhirnya menemukan penyebab dari kelaparan rakyatnya. Bunda Bumi telah menelan semua tanaman yang mengandung makanan, dan semua benihnya dan tidak dibiarkan tumbuh. Prithu sampai pada keputusan untuk menghukum Bunda Bumi. Ia memungut busur dewatanya dan mengarahkan anak panahnya ke arah Bunda Bumi. Bunda Bumi mewujud sebagai sapi yang melarikan diri menjauhi Prithu. Bunda Bumi tahu bahwa anak panah tersebut dapat menghabisi nyawanya. Bunda Bumi begitu panik sehingga permukaan bumi terasa menggigil, terjadi gempa di mana-mana. Prithu mengejarnya kemana saja Bunda Bumi melarikan diri. Bunda Bumi tak dapat menemukan tempat berlindung, sehingga akhirnya dia memutuskan untuk menemui Prithu dan bersujud di hadapannya. “Wahai raja dunia, aku berlindung padamu. Engkau adalah raja yang adil dan mestinya Engkau tidak mengganggu seorang perempuan sepertiku. Sekalipun bersalah seorang perempua tidak harus dibunuh. Mengapa Engkau berusaha membunuhku, padahal aku tidak berbuat kejahatan terhadapmu? Dan jika Engkau membunuhku dimana Engkau akan meletakkan kerajaan-Mu?

Prithu berkata, “Engkau telah melakukan kesalahan, itulah sebabnya aku harus menghukummu. Di dalam upacara persembahan yang dilakukan manusia, engku mendapatkan bagianmu. Akan tetapi engkau tidak memberi manusia makanan. Dalam wujud sapi engkau makan rumput akan tetapi engkau tidak memberikan susu kepada manusia. Engkau sudah mengabaikan peraturan yang dibuat olehku. Maka aku perlu menghukummu. Hukum harus ditegakkan di atas dunia. Engkau juga telah menyembunyikan tanaman obat pemberian Brahma. Rakyatku menjadi menderita karenanya. Seseorang yang tidak berpikir tentang kebaikan terhadap orang lain harus dibunuh oleh seorang raja. Perbuatan tersebut bukan perbuatan adharma. Dagingmu akan kubagikan kepada manusia dan aku tidak cemas tentang tempat kerajaanku yang musnah, dengan yogaku aku mampu mendirikan kerajaanku.”

Bunda Bumi gemetaran karena ketakutan dan berkata, “Aku tahu Engkau adalah Gusti. Engkau sudah menciptakan aku, sehingga aku menjadi rumah bagi seluruh kehidupan. Engkau sudah menjadikan aku sebagai bunda bagi semua makhluk. Manakala aku tenggelam dalam lautan di dunia bawah, Engkau mewujud sebagai Varaha Avatara mengangkat aku ke atas. Akan tetapi sekarang Engkau mengangkat anah anak panah yang mengerikan. Tindakan Gusti tak dapat dipahami oleh aku yang bodoh. Kasihanilah aku. Dengarkanlah aku dulu wahai raja dunia. Seekor lebah dengan gigih mengumpulkan sari bunga dari berbagai bunga untuk membuat madu. Manusia yang bijaksana akan mengumpulkan berbagai fakta kebenaran dari banyak pikiran berbeda-beda untuk merumuskan kebijaksanaannya. Demikian juga untuk mendapatkan yang terbaik dariku diperlukan upaya yang gigih.”…… Prithu menyimak dengan seksama kata-kata Bunda Bumi. Dan, Bunda Bumi melanjutkan, “Para resi telah menetapkan beberapa tugas bagi manusia. Beberapa upacara persembahan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik. Mereka yang sudah mengikuti kebenaran ini, mereka yang sudah mengikuti peraturan yang berasal dari zaman dahulu ini dengan sungguh-sungguh, telah mampu memperoleh manfaatnya.”

Tanaman dan hewan memberikan banyak persembahan kepada makhluk lainnya. Sumber makanan lebah adalah nektar dari bunga-bungaan. Karena bunga hanya mekar pada musimnya, maka lebah menyimpan nektar yang mereka kumpulkan dengan menambah cairan khusus yang dikeluarkan oleh tubuh mereka untuk dipergunakan sebagai makanan pada saat pohon tidak berbunga. Campuran yang bergizi inilah yang disebut madu. Untuk menjaga kualitasnya, temperatur madu dipertahankan sekitar 350C. Pada waktu kondisi panas mereka berkumpul untuk mengipasi madu dengan sayapnya. Untuk mencegah makhluk asing masuk mereka mempunyai penjaga yang akan mengusir mereka yang mengganggu. Agar bakteri tidak mengganggu, mereka mengeluarkan ”resin” yang sekaligus dapat mengeraskan sarang mereka. Pertanyaannya adalah mengapa lebah membuat madu berlebihan yang jauh melebihi kebutuhan dirinya? Bahkan menjaga kemurnian madunya yang sebagian besar justru dipersembahkan kepada manusia?………. Ayam bertelur sebutir setiap hari, dan tidak semuanya dipergunakan untuk meneruskan kelangsungan jenisnya. Sapi juga memproduksi susu melebihi kebutuhan untuk anak-anaknya. Padi di sawah menghasilkan butir-butir gabah yang jauh melebihi kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan kelompoknya. Pohon mangga juga menghasilkan buah mangga yang jauh lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengembangkan jenisnya. Pohon singkong memberikan pucuk daunnya untuk dimakan manusia, akar ubinya pun juga dipersembahkan, mereka menumbuhkan singkong generasi baru dari sisa batang yang dibuang. Sifat alami alam adalah penuh kasih terhadap makhluk lainnya. Lebih banyak memberi kepada makhluk lainnya…….

Bunda Bumi melanjutkan, “Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, orang jahat seperti Vena mulai memerintah aku. Kebejatan merajalela di permukaanku. Para penjahat dan pemimpin lalim menggangguku dan tak ada manusia yang melindungiku. Aku diabaikan oleh semua orang. Tak ada manusia yang memperdulikanku. Aku berpikir bahwa tanaman obat dan tanaman berharga yang lain pemberian Brahma tak layak bagi manusia seperti mereka. Aku berpikir manusia di atas bumi tidak cocok untuk mencicipi benihku sehingga aku menelannya. Ikan-ikan di laut pun sudah kusembunyikan. Para manusia yang telah membuat peraturan-peraturan lokal yang tidak selaras dengan alam, telah kurendam dengan samuderaku. Di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh pemerintahan yang hanya mencari keuntungan bagi negerinya sendiri, telah kugetarkan kulitku agar mereka segera menyadari kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Dimana ada pemerintahan lokal yang membiarkan kelompok yang menggunakan kekuasaan mayoritasnya dengan semena-mena untuk menindas kelompok kecil, kugoyangkan tubuhku pula…….

Bencana yang terjadi adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri. Dalam buku “The Gita Of Management, Panduan bagi eksekutif muda berwawasan modern”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2007 disampaikan……… Tuhan oleh Einstein disebut “The Unified Field of Energy”, Medan Energi Terpadu. Jika Medan Energi itu terganggu oleh sesuatu yang asing, akan terjadi penolakan dengan sendirinya. Ketakselarasan dengan alam membawa bencana. Ketakharmonisan dengan Keberadaan menyebabkan musibah. Ketidakadilan adalah ketidak selarasan, ketidakharmonisan. Kebatilan adalah ketakselarasan dan ketakharmonisan……..

Bapak Anand Krishna telah memberikan analisa tentang bencana yang terjadi di negara kita. Dalam buku “Think In These Things, Hal Hal Yang Mesti Dipikirkan Seorang Anak Bangsa”, Anand Krishna, Koperasi Global Anand Krishna, 2008 disampaikan…….. Saya sangat percaya bahwa penderitaan dapat diakhiri. Saya berkeyakinan bahwa kita tidak lahir di dunia ini untuk menderita. Rasa sakit bukanlah suatu hal yang alami buat kita. Penderitaan adalah hal yang asing bagi jiwa manusia, layaknya virus yang menyebabkan penyakit dan membuat kita tidak nyaman. Penderitaan adalah penyakit yang dapat disembuhkan. Manusia tidak terkutuk untuk menderita. Sama sekali tidak……… Pertama-tama kita harus mengidentifikasi penderitaan sebagai penderitaan karena hanya dengan begitulah kita dapat menyelesaikan masalah ini. Sejak Tsunami melanda Aceh, penderitaan demi penderitaan menimpa kita. Gempa bumi, badai, banjir, dan letusan gunung berapi. Belum lagi konflik-konflik sosial yang terpicu oleh sentimen agama atau etnis. Seluruh kepulauan Nusantara sepertinya tidak luput dari bencana tiada akhir. Kenapa? Apakah karena Ibu Alam berusaha memberitahu kita tentang sesuatu, dan kita tetap tidak paham? Apakah karena kita tidak mengakui penderitaan kita sebagai penderitaan? Apakah karena kita tidak belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut? Karenanya, Ibu Alam memberi kita pelajaran yang selalu sama dari masa ke masa………. Banyak di antara kita yang terkena musibah banjir di Jakarta sehingga harus mengungsi dan tinggal di pengungsian-pengungsian umum dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Tapi saat satu dari kita diwawancarai TV, semua orang mengelilingi yang diwawancara tersebut, tersenyum riang, cengar-cengir, dan cekikikan karena bakalan ditonton orang di layar TV. Untuk sementara kita lupa penderitaan dan rasa sakit kita. Kita telah menjadi sangat tidak sensitif terhadap rasa sakit dan penderitaan. Kita tidak dapat lagi merasakan kesakitan. Bali dapat dibom dua kali, Jakarta beberapa kali, tapi selama kita masih aman, selama rumah, harta, dan keluarga kita aman – masa bodohlah. Rendahnya sensitivitas kita inilah yang telah membuat kita menderita berulang kali………. Rasa sakit dan penderitaan harus dirasakan oleh tulang dan sumsum kita. Hanya dengan demikian kita dapat bangkit dan bekerja untuk mengakhirinya. Pahamilah bahwa penderitaan adalah akibat dari perbuatanmu. Ya, penderitaanmu disebabkan olehmu sendiri, olehku, oleh kita semua. Kita semua bertanggung jawab atas pengalaman penderitaan kita yang menyakitkan. Saya rasa adalah suatu kejahatan jika orang disesatkan dengan teori bahwa rasa sakit dan penderitaan itu disebabkan oleh Tuhan yang duduk di singgasana surgawi sedang mencobai kita, selayaknya memberikan ujian seberapa jauh iman kita kepada-Nya. Penjelasan-penjelasan semacam itu yang diberikan oleh para pendeta, pengkhotbah, dan penguasa kita sesungguhnya sangatlah tidak terhormat. Kita sendiri yang menyebabkan segala rasa sakit dan penderitaan kita. Kita harus mengambil tanggung jawab ini sehingga dapat mencari jalan keluar dari penderitaan ini. Berhenti mencari kesalahan dalam diri orang lain. Saya bertanggung jawab atas penderitaan saya, dan karenanya saya harus bekerja untuk mengakhirinya……….. Seluruh bencana alam ini bukanlah kehendak Tuhan. Bukan ini yang Tuhan kehendaki dari manusia. Tidak. Ini semua salah kita sendiri. Kita telah menyebabkan “pemanasan global”. Naiknya suhu lautan telah menyebabkan berbagai bencana di bumi in], termasuk di negeri kita tercinta ini. Dan kitalah yang membuat suhu tersebut naik. Kita telah menyiksa Ibu Alam kita. Kita telah menghina lingkungan hidup dan merusak seluruh ekosistem. Kini hasilnya sangatlah jelas untuk kita lihat bersama. Sekarang, hanya sekitar 0.5% – 1% kenaikan suhu permukaan laut… dan bencana yang telah terjadi sungguh dahsyat. Kita tidak berani membayangkan apa jadinya kalau suhunya naik lebih banyak lagi. Jika kita tidak melakukan apa pun, maka 2000 pulau di kepulauan Nusantara kita tercinta ini akan tenggelam akibat pemanasan global, sebagaimana ditayangkan oleh voice of America dan disiarkan kembali oleh Metro TV, pada tanggal 5 Februari 2007 yang lalu………. Alasan mereka sangat klise: hal itu akan menyebabkan gangguan dan pengangguran pada industri mereka. Maaf, tapi saya pikir alasan itu sangatlah tidak cerdas. Apa gunanya seluruh industri dan lapangan kerja itu jika kita kehilangan planet ini? Kita harus secara serius berpikir, berkontemplasi, dan menangani masalah ini dengan lebih bijaksana, dengan lebih cerdas. Baik negara maju maupun negara berkembang harus sadar bahwa apa yang mereka lakukan tidak hanya memengaruhi diri mereka sendiri; tindakan mereka itu juga memengaruhi seluruh dunia. Demi yang namanya “pembangunan”, kita tidak bisa kehilangan planet ini. Kita tidak bisa menyebabkan punahnya begitu banyak populasi di dunia ini. Semua pembangunan material, kesuksesan, dan kemajuan yang kita miliki tidaklah ada artinya jika kita tidak punya lagi planet ini, rumah di mana kita tinggal……..

Demikian salah satu pandangan Bapak Anand Krishna untuk memperbaiki kondisi negri kita. Sayang pandangan tersebut sering disalah pahami oleh beberapa orang dan mereka menudingnya sebagai penyebar aliran sesat. Silakan lihat……..
http://m.tempointerakatif.com/2010/02/25/228390 Anand Krishna dituding sebarkan ajaran sesat. pelecehan hanya entry gate untuk persoalan yang lebih serius. Ini ada penodaan agama kata Agung.

http://www.freeanandkrishna.com/

Sekarang tugasmu adalah mendapatkan yang terbaik dariku. Jika Engkau mendapatkan cara yang tepat, Engkau akan memperoleh semua kebutuhanmu. Aku menyediakan sekor anak sapi yang akan memberi susu. Sediakanlah wadah yang sesuai sebagai tempat perahan susunya. Carilah manusia yang tepat untuk memerah susunya. Bendunglah lembahku agar hujan dari langit tidak dibiarkan begitu saja mengalir tanpa manfaat ke samudera. Manfaatkan untuk pertanian, perikanan dan sumber air di musim kemarau.” Prithu mendengarkan kata-kata Bunda Bumi dan anak panahnya dilepaskan dari busurnya serta diselipkan di punggungnya. Ia mengatakan, “Kamu betul Dewi! Adalah tugasku untuk menemukan cara untuk memperoleh yang terbaik darimu. Engkau sangat sabar menghadapi keangkuhan dan kejahatan manusia seperti Vena, leluhurku. Jangan berduka. Aku akan mendapatkan cara untuk memperoleh manfaat darimu dan aku merawatmu sebaik-baiknya.” Setelah melakukan meditasi, Prithu menjadikan Manu sebagai anak sapi dan menjadikan dirinya sebagai tukang perah. Keluar dari anak sapi tersebut tanaman obat beserta benih-benihnya. Prithu berkata kepada semua makhluk agar memperoleh anak sapi dan juga pemerah susu yang sesuai dengan kebutuhannya.

Para resi kemudian memerah susu pengetahuan dari anak sapi Brihaspati. Periuk penampungnya adalah ucapan, pendengaran dan pikiran. Para dewa memerah anak sapi Indra untuk mendapatkan kelembutan, keberanian, kekuatan pikiran dan kekuatan fisik. Para asura memerah anak sapi Prahlada untuk memperoleh ilmunya. Para gandharwa memerah anak sapi Vishvavasu untuk memperoleh musik yang merdu. Para pitri memerah anak sapi Aryama untuk memperoleh makanan bagi para leluhur. Para siddha yang suci memerah anak sapi Kapila untuk memperoleh siddhi, kekuatan yang diperoleh dari olah batin. Para raksasa memerah anak sapi Rudra untuk memperoleh kesaktian. Binatang melata memerah anak sapi Taksaka untuk memperoleh racun. Para sapi memerah anak sapi banteng untuk memperoleh rumput. Para pohon memerah anak sapi Pohon Pipal untuk memperoleh getah kehidupan. Pegunungan memerah anak sapi Himalaya untuk memperoleh barang-barang tambang berharga. Semua makhluk memperoleh susu terbaik yang mereka perlukan. Prithu sangat senang atas kemurahan Bunda Bumi atas kemurahan hatinya yang selalu memberikan hadiahnya kepada semua makhluk. Bunda Bumi dijadikan putri terkasih Prithu, sehingga mulai saat itu Bunda Bumi disebut Prthvi, Pertiwi, putri Prithu. Para leluhur kita memanggilnya sebagai Ibu Pertiwi. Prithu adalah raja agung yang pernah memperoleh kecintaan dari seluruh makhluk di dunia.

Situs artikel terkait

http://www.oneearthmedia.net/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

http://www.kompasiana.com/triwidodo

http://twitter.com/#!/triwidodo3

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone