July 6, 2011

Renungan Bhagavatam: Asura Hiranyakasipu, Bhakta Prahlada Dan Wujud Narasimha Avatara

Diti putra Daksha kawin dengan Resi Kasyapa putra putra Marici dan mempunyai dua putra Hiranyaksa dan Hiranyakasipu. Hiranyaksa mati di tangan Avatara Varaha yang merupakan wujud Narayana untuk mengangkat bumi dari dasar samudera. Hiranyakasipu sangat marah atas terbunuhnya saudaranya. Hiranyakasipu kemudian meminta para Asura untuk mengganggu para pemuja Narayana. Dimana para brahmana berkumpul untuk mengadakan upacara yajna, upacara persembahan agar dibubarkan. Para asura diminta melakukan segala sesuatu agar dharma dihancurkan. Untuk mengalahkan Narayana, Hiranyakasipu melakukan tapa keras selama bertahun-tahun untuk memuaskan Brahma. Hiranyaksipu memahami bahwa Brahma dengan tapa kerasnya mampu menciptakan alam semesta  dan dia yakin apabila dia bertapa dengan keras maka dia akan dapat menjadi Brahma. Dia akan membuat dunia sendiri, dimana para asura menjadi dewa dan kejahatan akan dianggap sebagai kesucian.

Brahma datang kepada Hiranyakasipu yang sedang bertapa dan berkata bahwa dia senang dengan tapa kerasnya dan bertanya apa yang diminta Hiranyaksipu kepadanya. Hiranyakasipu hanya minta satu hal yaitu agar dia dapat hidup abadi. Brahma mengatakan bahwa dia sendiri tidak abadi, akan tetapi bila Hiranyakasipu minta semacam kekebalan maka yang demikian dapat dikabulkannya. Hiranyakasipu yang sangat cerdas minta kepada Brahma, bahwa tidak ada satu pun makhluk ciptaan Brahma yang dapat membunuhnya. Hiranyakasipu tahu bahwa Celeng Raksasa, Varaha Avatara yang membunuh Hiranyaksa “keluar” dari hidung Brahma. Tidak ada hewan atau manusia yang dapat membunuhnya. Dia minta dia tidak akan mati di dalam rumah atau di luar rumah dan juga tidak bisa mati sepanjang siang dan sepanjang malam. Tidak ada satu pun senjata yang dapat dapat membunuhnya. Brahma mengabulkan permintaan Hiranyakasipu dan kemudian lenyap dari pandangan Hiranyakasipu.

Hiranyakasipu tidak mau mati, karena hidupnya terfokus pada kenikmatan akan kekuasaan yang ada di luar diri. Sebetulnya ketertarikan terhadap materi adalah alami disebabkan adanya kekuatan tarik gravitasi oleh bumi. Dalam buku “Rahasia Alam Alam Rahasia”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2003 disampaikan…….. Materi memang penting dan dibutuhkan selama anda masih hidup, tetapi tidak perlu menjadi materialis. Seorang materialis menempatkan materi di atas segalanya. Terlupakan banyak hal lain yang tidak kalah penting. Ketertarikan pada materi pun sungguh alami, disebabkan gravitasi bumi. Yang tidak alami dan dapat dicegah adalah keterikatan dan ketergantungan pada materi. Itu terjadi bila kita menyalahpahami fungsi elemen-elemen alami. Atau karena menempatkan fungsi salah satu elemen di atas elemen-elemen lain…….. Apa yang terjadi bila kita mengalami ketidakseimbangan elemen-elemen alami, atau bila salah satu elemen menonjol sekali?

Satu: Bila elemen api melebihi kebutuhan kita dan kebutuhan setiap orang berbeda, kita menderita penyakit kama, hawa nafsu yang membara. Dalam hal itu, kita harus berhati-hati dengan makanan yang mengandung unsur api. Daging, bawang-bawangan dan segala sesuiatu yang sangat pedas, manis, asin dan asam. Minumlah air putih sebanyak satu setengah hingga dua liter setiap hari.

Dua: Bila elemen angin melebihi kebutuhan kita, muncul penyakit kedua yaitu krodha atau amarah. Latihan Pavanamuktasana dapat membantu kita.

Tiga: Bila elemen tanah melebihi kebutuhan kita, muncul penyakit yang ketiga lobha, keserakahan. Lantai di rumah dilapisi karpet atau diganti dengan kayu.

Empat: Bila elemen air melebihi kebutuhan kita, muncullah penyakit moha atau keterikatan. Cairan dalam diri anda, darah, sperma, sumsum menyebabkan keterikatan. Bahkan air liur dapat menyebabkan keterikatan. Berjemur di bawah matahari pagi akan membantu terjadinya keseimbangan unsur air dalam diri.

Lima: Bila elemen ruang melebihi kebutuhan kita muncullah penyakit ahamkara atau ego, keakuan. Bukan hanya para ilmuwan, para rohaniwan pun bisa kelebihan unsur ini. Karena mereka harus lebih banyak berbuat dari pada berbicara. Dalam hal ini perbuatan yang dimaksud adalah pelayanan, belajar untuk melayani sesama………….

Hiranyakasipu dengan kesaktiannya kemudian menaklukkan tiga dunia dan menghancurkan semua pemujaan terhadap Narayana. Para dewa datang kepada Narayana dan Narayana menghibur mereka dan mengatakan agar mereka menyerahkan segalanya kepada-Nya. Narayana berkata bahwa Hiranyakasipu akan mempunyai seorang anak yang berbhakti kepada Narayana. Manakala seorang bhakta seperti dia dilukai oleh seorang asura maka Dia akan mewujud di dunia. Hiranyakasipu mempunyai empat orang putra. Dikisahkan bahwa Kayadhu, istri Hiranyakasipu adalah istri yang saleh. Dia memahami karakter yang tidak baik dari suaminya. Oleh karena itu dia betul-betul menjaga kesalehan ketika dia mulai hamil anak keempat. Kayadhu hanya makan makanan baik, hanya melakukan tindakan yang baik, dan selalu berdoa dan memberi persembahan yang baik. Kayadhu punya “Power of the Will”, kemauan yang keras. Dia punya “Power of Knowingness”, pengetahuan berasal intelejensia bahwa bayi dalam kandungan akan terpengaruh tindakan ibunya. Bukan hanya jenis makanan yang dikonsumsi ibunya, akan tetapi pikiran, ucapan dan tindakan ibunya akan menjadi pelajaran awal yang akan mewarnai  bayi yang dikandungnya. Dia tahu bahwa genetik sang putra adalah perpaduan antara genetik ibu dan bapaknya, akan tetapi genetik resi bijak Kasyapa pun juga ada di dalam diri calon putranya. Selanjutnya Kayadhu mempunyai “Power of Action”, segala kemauan keras dan pengetahuannya “dilaksanakan” sehari-hari. Dan bagi seseorang yang sudah menjalankan hal demikian, Alam akan membimbingnya.

Dikisahkan bahwa sewaktu Hiranyakasipu bertapa, Indra datang ke kerajaan para Asura dan membunuh banyak anak-anak Asura. Mereka lebih baik dibunuh selagi anak-anak dari pada setelah besar mengacaukan dunia. Melihat Kayadhu hamil, maka dia disandera Indra di kediaman para Dewa. Ditunggui kelahiran putranya, dan anaknya akan dibunuh dan ibunya akan dikembalikan ke kerajaan Asura setelah melahirkan putra tersebut.  Kayadhu begitu yakin pada Gusti, dan tak ada kekhawatiran pada dirinya. Dan, datanglah Narada menjelaskan kepada Indra bahwa sang calon putra adalah wujud Ilahi yang akan menyelesaikan urusan sang ayah. Indra menurut, dan Kayadhu diminta tinggal di tempat Narada sampai Hiranyakasipu selesai bertapa. Setiap hari Kayadhu yang lagi hamil selalu mendengarkan nyanyian Ilahi yang didendangkan Resi Narada dengan vinanya.

Narada digambarkan selalu membawa vina. Vina adalah alat musik yang membuat manusia menjadi tenang, sehingga pikiran mudah masuk ke dalam keheningan. Dalam buku “Narada Bhakti Sutra, Menggapai Cinta Tak Bersyarat dan Tak Terbatas”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2001 disampaikan……… Jenis musik yang kita sukai bisa menjelaskan sifat kita, karakter kita, watak kita. Sitar, vina, harpa dan biola masuk dalam satu kategori. Alat-alat itu bisa mendatarkan gelombang otak, dan menenangkan diri manusia. Para penggemar musik sitar, tak akan pernah mengangkat senapan untuk membunuh orang. Musik gendang, drum dan alat-alat lain sejenis bisa membangkitkan semangat. Bagus, bila diimbangi dengan sitar dan alat sejenis. Bila tidak, akan membangkitkan nafsu dan gairah yang berlebihan…….

Kedekatan dengan seorang Master, dan keterbukaan diri seorang ibu yang hamil, membuka pintu rahmat. Dan, lahirlah Prahlada yang bijak sejak masih kecil. “Blessing in disguise” Penyanderaan Indra justru membawa berkah. Di awal-awal kelahiran Prahlada pada saat perkembangan otaknya sangat pesat, pengaruh seorang Master seperti Narada adalah sangat besar. Dalam buku “Neospirituality & Neuroscience, Puncak Evolusi Kemanusiaan”, Anand Krishna & Dr. Bambang Setiawan Ahli Bedah/Bedah Saraf (Neurosurgeon),  PT. Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia, 2010 disampaikan…….. Ibarat Super Komputer yang Mahacanggih, ke dua bagian utama otak kita bekerja sesuai dengai fungsinya masing-masing. Bagian Limbic memuat basic programming, yaitu program dasar untuk menjalankan komputer. Inilah insting insting hewani, atau lebih tepat disebut insting-insting dasar kehidupan. Sedangkan bagiai Neo-Cortex memuat program/aplikasi yang dibutuhkan manusia. Muatan pada bagian ini dapat ditambah, dikurangi, dihapus, diperbaiki, atau di”manipulasi”. Ketika kita masih kanak-kanak, di bawah usia lima tahun, hal-hal yang diajarkan oleh orang tua atau masyarakat menjadi bagian dari Neo-Cortex. Apa saja yang diamati atau sekadar dilihat oleh seorang anak dalam usia itu akan terekam dengan sendirinya. Kemudian antara usia 5 hingga 12 tahun terjadi muatan-muatan baru lewat sistem pendidikan. Hingga usia 12 tahun disebut Golden Years, Usia Emas, karena banyak sekali muatan ditambahkan pada Neo-Cortex yang kelak digunakan hingga akhir hayat. Pengertian “manipulasi” di sini hendaknya tidak dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat negatif atau jelek karena manipulasi bisa juga untuk sesuatu yang baik. Dan sesungguhnya kita semua telah mengalami “manipulasi” serupa ketika masih berusia di bawah 12 tahun………..

Demikian beberapa pandangan Bapak Anand Krishna tentang perlunya pemberdayaan diri sejak kecil secara bijaksana. Oleh karena itu dibawah naungan Anand Ashram ada Forum Kebangkitan Jiwa untuk melatih para guru agar dapat memberdayakan diri dan mengajar dengan baik tanpa stres. Karena pengaruh seorang guru sangat besar terhadap anak-anak didiknya. Sayang tetap saja ada beberapa pihak yang tidak cocok dengan pandangan tersebut…. Silakan lihat…..

http://www.freeanandkrishna.com/in/

Pada suatu hari saat Hiranyakasipu sudah menguasai tiga dunia, Prahlada kecil berkata kepada sang ayah, “Ayahanda, aku sudah melihat semua orang terjerat jaring duka cita, karena khayalan tentang adanya “aku” dan “milikku”. Apakah kita dapat memiliki angin? Apakah kita dapat menyimpan sinar matahari? Apakah kita dapat mengurung sinar bulan di dalam kamar kita? Kita dapat udara segar dan angin sepoi-sepoi . Kita dapat berjemur di bawah sinar matahari atau menikmati cahaya purnama, tetapi tidak sekali-kali bisa memiliki, lebih-lebih untuk memonopoli mereka. Aku akan meninggalkan semuanya sehingga aku bisa menemui Dia, asal dan tujuan hidup dari semua makhluk. Beban keterikatan pada dunia inilah yang menghalangiku untuk menemui-Nya.” Kata-kata Prahlada menyinggung perasaan Hiranyakasipu yang ingin memiliki dan memonopoli segalanya. Hiranyakasipu sangat marah dan kemudian mencarikan guru baru bagi Prahlada.

Beberapa bulan kemudian Prahlada berkata pada sang ayah, “ Ayah aku telah memahami sembilan jenis pengabdian: Shravanam (mendengarkan), Smaranam (mengingat berulang-ulang), Kirtanam (menyanyi lagu pujian), Archanam (ibadah), Vandanam (menghormati), Padasevanam (melayani semua ciptaannya), Dasyam (patuh dan melayani), Sakhya (persahabatan) dan Atmanivedanam (menyerahkan tubuh, pikiran dan segala sesuatu).” Hiranyakasipu sangat bangga dan berkata, “Sempurna anakku, bila kau melakukan salah satu saja hal tersebut untuk melayani aku, maka kau sudah memuaskan aku.” Prahlada berkata, “Tapi ayah ini adalah cara untuk memuja Narayana yang meliputi diri kita semua.” Hiranyaksipu menjadi marah. Hiranyakasipu hanya mengasihi putranya kalau sang putra patuh kepadanya. Para guru Prahlada menyampaikan bahwa mereka telah memberi pelajaran kepada Prahlada, tetapi dia tidak patuh dan hanya mengikuti pikirannya sendiri, sehingga mereka kewalahan. Hiranyakasipu melakukan tindakan kekerasan dengan memukulkan gagang lembingnya berkali-kali kepada Prahlada, tetapi dia tidak terluka. Seorang guru Prahlada kemudian berkata akan mencoba mengajar Prahlada sekali lagi dan segera membawanya keluar dari istana.

Prahlada ditanya teman seperguruannya darimana dia memahami tentang Narayana, sedangkan mereka mempunyai guru yang sama. Prahlada menyampaikan bahwa ibunya yang sedang hamil tinggal di rumah Resi Narada yang setiap hari mendendangkan lagu-lagu kirtan pemujaan kepada Narayana. Sejak lahir dirinya sudah memahami tentang Narayana dan baru setelah ayahnya selesai bertapa, dia kembali tinggal di istana. Para gurunya melaporkan pembicaraan anak-anak tersebut kepada Hiranyaksipu yang kemudian menjadikan dia sangat marah, “Panggil Prahlada sekarang, aku akan membunuhnya bila dia masih saja berlindung di kaki Narayana yang tidak pernah nampak oleh penglihatan kita semua!”

Prahlada mendatangi ayahnya dan menangkupkan kedua telapak tangannya dan kemudian mengambil debu dari kakinya. Hiranyakasipu tidak tersentuh oleh tindakan Prahlada dan berteriak, “Kamu anak bodoh, kamu adalah putra raja yang berkuasa atas tiga dunia, apapun yang kamu minta kepadaku pasti kukabulkan, akan tetapi kau tidak berlindung padaku, tetapi berlindung pada Narayana yang tidak nampak batang hidungnya. Sekarang kamu menjadi ancaman bagi bangsa asura. Batas kesabaranku telah habis, kamu akan kukirim ke Yama. Prahlada berkata dengan tenang, “Ayahanda pasti menganggap  aku adalah seorang putra yang tidak baik. tetapi sebenarnya aku akan menyelamatkan ayahanda. Narayana adalah Hyang Maha Kuat, jauh lebih agung dibanding Brahma. Dunia diciptakan, dipelihara dan didaur-ulang olehnya. Narayana bukan musuhmu, adalah pikiranmu sendiri yang menjadi musuhmu. Ayahanda menuruti, tunduk dan bahkan menjadi budak dari pikiran ayahanda sendiri. Buktinya ayahanda masih takut bahwa aku menjadi pengganggu dan ancaman kekuasaan ayahanda. Ada rasa takut dalam diri ayahanda, sedang dalam diriku tidak ada rasa takut, karena aku tidak berlindung pada pikiranku, aku berlindung pada Dia yang menciptakan pikiranku, yang selalu membimbingku lewat rasa nuraniku.”

Hiranyakasipu memuncak kemarahannya dan berteriak, “Bila Narayana itu ada tunjukkan dia dimana!” Dan pada saat Prahlada menjawab bahwa Narayana ada di mana-mana Hiranyakasipu berteriak apakah Narayana juga berada di dalam tiang yang kokoh yang menyangga ruangan itu dan dia langsung memukul tiang tersebut hingga roboh. Dan, dari dalam tiang muncul wujud yang mengerikan, bukan manusia dan bukan binatang, bukan makhluk ciptaan Brahma. Setengah manusia dan setengah binatang, kepalanya berbentuk seekor singa yang mengerikan dengan tubuh manusia sangat besar dan perkasa, Narasimha Avatara. Hiranyakasipu menyerang Narasimha tetapi dengan amat mudah dia dikalahkan dan diangkat olehnya dan dipangku di tengah pintu. Sekelebat Hiranyakasipu teringat permintaan dia kepada Brahma sewaktu bertapa. Kini dia sadar bahwa pikirannya belum sempurna, pikiran hanya terbatas pada apa yang didapat dari pengetahuan dan kekuatan imajinasinya belaka, dia tak dapat mengimajinasikan Narasimha. Hiranyakasipu juga melihat bahwa dia tidak di dalam rumah dan tidak di luar rumah, dia melihat langit dan nampak bahwa hari tidak siang dan tidak malam, matahari mulai tenggelam dan dia baru berpikir bahwa ini adalah saat kematiannya. Narayana dalam wujud Narasimha kemudian membunuh Hiranyakasipu.

Wujud mengerikan dari Avatara Narasimha menakutkan para dewa dan para asura, bahkan bumi bergolak dan samudera dan gunung-gunung menggigil. Para dewa kemudian menemui Laksmi agar datang menenangkan Narayana, akan tetapi dia tidak berani melakukannya. Brahma kemudian meminta Prahlada untuk menenangkan-Nya, dia mengataakan bahwa Narayana mewujud untuk melindungi bhakta terkasihnya. Prahlada bersujud dan menangis di kaki Narasimha dan mencuci kaki Narasimha dengan air matanya dan dia merasakan ada tangan lembut yang mengelus punggungnya. Tiba-tiba Prahlada dapat menyaksikan wajah Narayana yang sesungguhnya. Ada rasa keharuan dan takjub dan ia semakin tidak dapat membendung air matanya, “Duh Gusti, hamba adalah asura yang paling berbahagia karena telah mendapatkan anugerah untuk melihat Gusti. Hamba berterima kasih atas pertolongan Gusti dan juga memohonkan ampun kejahatan ayah hamba, karena ketidaktahuannya tentang keagungan Gusti. Narayana menjawab, “Semoga demikian. Sebab kamu telah dilahirkan dalam keluarga Hiranya, ayahmu dan dua puluh satu bentuk yang berasal dari nenek moyangnya telah dibersihkan. Ia telah mencapai tempat pitri, leluhurmu. Adakan upacara untuknya. Dan ketahuilah semua keturunanmu akan mengasihi diri-Ku.”

Situs artikel terkait

http://www.oneearthmedia.net/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

http://twitter.com/#!/triwidodo3

Juli 2011

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone