July 1, 2011

Renungan Bhagavatam: Kematian Ajamila Dan Kekuatan Nama Ilahi

Setelah mendengar kisah Raja Bharata dan sebelumnya kisah Puranjana, Parikesit bertanya kepada Resi Shuka putra Abhiyasa, mengapa fokus dan obsesi seseorang sesaat sebelum meninggal mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan berikutnya. Resi Shuka menjawab bahwa selama masih ada mind yang terkondisi, maka mind tersebut tersebut masih ingin menyelesaikan obsesi-obsesi yang belum diraihnya. Biasanya sebelum meninggal, seseorang terobsesi ataupun memikirkan  penyesalan terhadap tindakan dalam kehidupannya, dalam keluarganya, atau dalam pekerjaannya dan lain sebagainya yang belum diselesaikan atau dikerjakannya dengan benar. Oleh karena itu orang tersebut dilahirkan lagi untuk menyelesaikan obsesi dan hutang piutangnya. Para suci mengajari manusia dalam keadaan kritis untuk berpikir tentang Gusti, tentang Allah, tentang Narayana agar dia mencapai Tuhan. Kemudian Resi Shuka putra Abhiyasa menyampaikan kisah tentang cara termudah untuk melepaskan diri dari jerat duniawi yang membuat manusia terikat dalam maya yang menyebabkan penderitaan dan kesenangan tak ada habisnya. Resi Shuka berkata, “Mengucap nama Gusti dengan tulus akan menyelamatkan manusia dari semua marabahaya.”

Dalam buku “Shri Sai Sacharita”, Sai das, Anand Krishna Global Co-Operation Indonesia, 2010 disampaikan………. Aku memenuhi keinginan setiap orang yang mengucapkan nama-Ku dengan tulus, dan meningkatkan kesadaran Kasih di dalam dirinya. Siapapun yang mengagungkan kisah kehidupan-Ku dan ajaran-Ku, akan kulindungi dari segala macam mara bahaya. Para bhakta, para penyembah yang telah berserah diri, dan menyerahkan hati dan jiwanya kepada-Ku sudah pasti bahagia ketika mendengar dan membaca kisah kehidupan-Ku…..… Yakinilah setiap kata yang Kukatakan, mereka yang menyampaikan dan menyebarkan kisah kehidupan-Ku ini akan memperoleh kepuasan diri yang tak terungkapkan lewat kata-kata, kebahagiaan yang mereka rasakan sungguh luar biasa! Setiap orang yang memuja-Ku dengan penuh keyakinan, dan berserah diri dengan pikirannya terpusatkan kepada-Ku sudah pasti meraih kebebasan sempurna, ini adalah janji-Ku, ini pula sifat-Ku. Mereka yang senantiasa mengingat-Ku, tak pernah tergoda oleh rayuan dunia benda. Aku membebaskan mereka dari kebendaan, dan kematian. Orang sakit yang mendengar cerita-cerita ini akan terbebaskan dari penyakit. Sebab itu, hendaknya kisah-Ku ini didengar dan disebarkan dengan penuh keyakinan. Inilah jalan menuju kebahagiaan abadi dan kepuasan diri. Hanya dengan membaca dan mendengar kisah kehidupan-Ku, para panembah terbebaskan dari rasa angkuh yang mencelakakan. Bila mereka lakukan itu dengan penuh keyakinan dan dengan pikiran yang terpusatkan, maka mereka akan menyatu dengan Kesadaran Murni, Kesadaran Semesta……..

Resi Shuka melanjutkan dengan menceritakan kisah tentang kematian Ajamila. Adalalah seorang Brahmana berbama Ajamila di negeri Kanyakubja. Dilahirkan di keluarga brahmana dan menjalankan hidup sebagai brahmana yang taat di waktu muda, pada suatu saat Ajamila telah kehilangan semua kebaikannya. Dia hidup bersama dengan seorang wanita nakal. Karena menuruti pasangannya, Ajamila menjadi tamak, kejam, suka menipu sehingga dibenci oleh semua orang…….. Waktu berlalu dan Ajamila menjadi tua, dia telah mempunyai sepuluh putra dari wanita pasangannya tersebut dan yang termuda diberi nama Narayana. Narayana adalah anak yang dikasihi oleh ayah dan ibunya. Narayana selalu berada dalam pikiran Ajamila. Selagi makan ia akan memanggil Narayana terlebih dahulu, apakah sang putra sudah makan atau belum. Manakala Ajamila minum, ia akan menawari sang putra terlebih dahulu. Dengan kecintaannya terhadap putra bungsunya, Ajamila tidak menyadari bahwa kematian sangat dekat dengannya. Kala kematian sudah di depan mata, dia teringat putranya dan dipanggilnyalah sang putra dengan penuh kasih, “Narayana kemarilah! Narayana!” dan kemudian Ajamila tak ingat apa-apa lagi.

Sewaktu Ajamila menyebut, “Narayana kemarilah!”, maka para utusan Narayana mendengar dan segera mendatanginya. Mereka melihat para utusan Yama sedang menyeret jiwa Ajamila keluar dari badannya. Segera para utusan Narayana mencegah tindakan tersebut yang membuat para utusan Yama menjdi marah, “Siapakah yang berani mencegah utusan Yama yang sedang melaksanakan tugasnya? Dari mana kamu sekalian datang? Kenapa kamu menghentikan kami?”…… Para utusan Narayana tersenyum dan berkata, “Jika kamu adalah utusan Yama yang akan menegakkan dharma, katakanlah ukuran apa untuk menghukum seorang manusia”. Para utusan Yama berkata, “Apa pun yang ditetapkan oleh Veda adalah dharma. Dharma dapat disebut nafas Narayana. Apa yang tidak menurut Veda disebut adharma. Dharma adalah Narayana sendiri. Mereka yang tidak mengikuti dharma akan dihukum oleh Yama. Tidak ada manusia tanpa tindakan, tindakan baik mendapat hadiah, tindakan buruk dihukum. Masa depan kelahiran manusia ditentukan oleh tindakannya dalam kehidupan ini. Nasib manusia pada kelahiran kini ditentukan oleh tindakannya dalam kelahiran-kelahiran sebelumnya. Musim semi adalah lanjutan dari musim sebelumnya. Bertempat tinggal dalam kota Samyami, raja Yama memutuskan kelahiran berikutnya dari manusia menurut tindakannya pada kelahiran ini. Seluruh elemen alami: tanah, air, api ,angin dan ruang sebagai saksi dari semua tindakan manusia. Demikian juga matahari, bulan, waktu dan dharma pun sebagai saksi, sehingga manusia tidak bisa mengelak atas segala perbuatannya. Manusia dalam avidya, ketidaktahuannya, tidak memperhatikan ketidakabadian tubuh. Dia berpikir bahwa badan ini satu-satunya yang ia punyai dan bahwa kelahiran ini adalah satu-satunya kelahiran yang ia punyai. Ia tidak berpikir tentang kelahiran sebelumnya dan kelahiran yang akan datang. Seperti kepompong yang ditutupi oleh sutera yang dibuatnya, manusia menutup “atman”-nya dari hasil karmanya sendiri. Ia tidak pernah bisa melepaskan dirinya………

Dalam buku “Five Steps To Awareness, 40 Kebiasaan Orang Yang Tercerahkan”, Karya Terakhir Mahaguru Shankara “Saadhanaa Panchakam”, Saduran & Ulasan dalam Bahasa Indonesia oleh Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2006 disampaikan……. Veda berarti “pengetahuan”, pengetahuan yang senantiasa berkembang; pengetahuan yang maju dan memajukan; pengetahuan yang tidak kaku, tidak baku; pengetahuan yang tidak mengerdilkan jiwa. Hanya “pengetahuan” macam itu yang dapat dipelajari setiap hari; ditekuni dan didalami dari hari ke hari. Veda bukanlah dogma dan doktrin yang tak dapat diganggu gugat. Veda bukan dogma, bukan doktrin. Veda tidak memperbudak manusia. Veda tidak menjerat jiwa, tapi membebaskan jiwa manusia. Mempelajari Veda berarti mempelajari diri; mempelajari potensi diri, kemampuan diri; melakukan introspeksi dan evaluasi diri. Pengetahuan yang dimaksud bukanlah untuk pengetahuan mengenai hal-hal di luar diri, tetapi pengetahuan mengenai segala yang ada di dalam diri. Karena itu, Muhammad tidak bertentangan dengan Isa, dengan Musa, dengan Ibrahim. Mereka berdiri bersama. Tidak ada yang lebih rendah, maupun lebih tinggi. Mereka juga berdiri bersama Siddhartha, Krishna, dan Lao Tze. Mereka semua mengajak kita untuk menengok ke dalam diri. Mereka mengajak kita setelah sebelumnya mereka sendiri melakukan hal yang sama, sehingga penemuan mereka sama…….

Dalam buku “Panca Aksara Membangkitkan keagamaan dalam diri manusia”, Anand Krishna, Pustaka Bali Post, 2007 disampaikan…….. Dharma selalu mempersatukan. Sesuatu yang menjadi alasan bagi perpecahan, sesuatu yang memisahkan manusia dari sesama manusia – bukanlah Dharma. Dharma, sekali lagi, bukanlah sesuatu yang “baik” dalam pengertian sederhana kita. Ia tidak selalu “menyenangkan” sebagaimana kita mengartikan kata “kesenangan”. Ia adalah ketepatan. Kita masih ingat tutur Sri Krishna dalam Bhagavad Gita, “Ada yang menyenangkan atau Preya, dan ada yang memuliakan atau Shreya.” Sesuatu yang menyenangkan tidak selalu memuliakan. Tetapi, sesuatu yang memuliakan sudah pasti menyenangkan pula, walau di awalnya tidak teras a demikian. “Wahai Arjuna,” Krishna menjelaskan kepada muridnya, “sesuatu yang menyenangkan pada awalnya memang teras a manis, tetapi akhirnya teras a pahit. Sebaliknya, sesuatu yang memuliakan, awalnya barangkali terasa pahit – akhirnya manis.” Dharma adalah sesuatu yang memuliakan………. Dalam buku tersebut juga disampaikan bahwa Sanaatana Dharma adalah Kebajikan Ilahi yang Mengatur Kehidupan Manusia di dunia ini………

Para utusan Yama melanjutkan, “Ajamila adalah brahmana yang baik dan berada pada jalan dharma. Akan tetapi, pada saat mencari rumput bagi upacara persembahan, dia melihat seorang pemabuk sedang bercinta dengan seorang wanita nakal. Selanjutnya Ajamila lupa tentang dharma, dia hidup bersama wanita tersebut dan mempunyai sepuluh putra dengannya. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya dia mulai mencuri, menipu dan kejahatan lainnya demi memenuhi keinginan wanita tersebut. Oleh karena itu pada saat dia meninggal, kami akan membawanya ke Dewa Yama untuk mengadakan perhitungan tentang kebaikan dan keburukannya!”

Para utusan Narayana berkata, “Perkataan kalian benar, akan tetapi pada saat terakhir dia menyebut nama Narayana dengan kesungguhan hatinya. Manakala nama Tuhan disebut, Dia tidak akan meninggalkan bhaktanya. Kalian akan menyatakan bahwa Ajamila memanggil Narayana yang adalah nama anaknya. Akan tetapi seperti obat yang sangat kuat walau tidak dimasukkan mulut dengan sengaja, akan tetapi karena telah tertelan dia tetap berkhasiat juga. Bagaimana pun menyerahkan diri pada Tuhan dapat menghancurkan semua kejahatan. Seperti titik api yang walaupun tidak sengaja untuk membakar, akan tetapi karena kena kain terkena titik api tersebut, maka kain tetap terbakar juga. Jika kamu tidak yakin tentang hal ini, tanyakanlah pada Yamaraja!”

Para utusan Yama terpaksa mengalah kepada para utusan Narayana, kemudian mereka menghadap Dewa Yama dan protes mengapa baru sekali ini terjadi ada seorang jahat tidak boleh dihukum karena dihalang-halangi oleh utusan Narayana. Mereka protes, mengapa hanya gara-gara sebelum mati Ajamila mengucap nama Ilahi dan oleh karenanya dia harus diselamatkan. Dewa Yama berkata, “Aku mempunyai kuasa agung atas hidup manusia dan untuk menghukum mereka. Akan tetapi ada atasan ku yang harus kupatuhi yaitu Narayana. Kamu lihat potongan kain yang ditenun dari benang-benang. Demikian juga seluruh alam ini ditenun oleh Narayana. Ia adalah kekuatan yang mencipta, memelihara dan mendaur-ulang alam semesta. Seperti sapi jantan yang dikendalikan oleh tali kendali lewat lobang hidungnya, demikian pula dunia dan seluruh kehidupan dikendalikan oleh tali Veda. Semua dewa bisa dikatakan belum mampu menyadari kemuliaan Tuhan……..”

Dalam buku ““Shri Sai Sacharita”, Sai das, Anand Krishna Global Co-Operation Indonesia, 2010 disampaikan……… Di mana pun kau berada, apa pun yang kau lakukan, ketahuilah bahwa Aku mengetahui segala hal. Akulah pengendali diri setiap makhluk. Aku meliputi semua, bukanlah manusia saja, tetapi setiap makhluk, bahkan benda yang tak bergerak, dan kau anggap mati. Akulah dalang, dan sutradara permainan alam semesta. Aku pula ibu sejati yang melahirkannya. Akulah sumber segala hal. Tiga sifat utama, Satva yang tenang, Rajas yang dinamis, dan Tamas yang malas, berasal dari-Ku. Akulah yang merasakan lewat pancaindera. Akulah Pencipta, Pemelihara, dan Pendaur ulang alam semesta. Mereka yang berpaling kepada-Ku akan terbebaskan dari cengkeraman Maya. Dualitas kebendaan yang menyengsarakan. Mereka yang berpaling dari-Ku, terperangkap dalam permainan Maya. Segala sesuatu yang terlihat maupun tak terlihat, termasuk cacing-cacing dalam selokan dan semut yang kauinjak, benda-benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, semuanya adalah wujud-Ku………..

Dewa Yama melanjutkan, “Manusia tidak dapat memahami sifat alami di dalam dirinya.  ia dibungkus maya sehingga tidak menyadari Atman di dalam dirinya. Ada sangat sedikit orang yang sudah memahami hukum yang diletakkan oleh Tuhan. Aku adalah salah satunya dan yang lainnya adalah Brahma, Narada, Sanathkumara, Kapila, Manu, Prahlada, Janaka dan Shuka putra Abhiyasa. Nama Tuhan manakala disebut secara konstan  oleh manusia  adalah jalan paling gampang menuju Tuhan. Aku menyampaikan ini pada kalian, agar jangan mendekat pada orang yang selalu menyebut nama-Nya. Korbanmu adalah para manusia yang terlibat dalam kesenangan dunia. Para manusia yang terperangkap pada jaring maya, yang ditenun oleh istri, anak, kekayaan, kekuasaan dan kesenangan duniawi belaka.”……….

Dalam keadaan setengah sadar, Ajamila mendengar adu argumentasi antara utusan Narayana dan utusan Yama, dan Ajamila menjadi sadar. “Terima kasih Gusti, atas rahmat-Mu aku telah memanggil nama Gusti, dan ini mungkin adalah kumpulan kebaikanku di masa lalu sehingga aku diselamatkan dengan menyebut nama-Mu.”…….. Ajamila kemudian meninggalkan semuanya pergi ke tepi Sungai Gangga mendekati para suci dan akhirnya pada suatu saaat dapat mencapai-Nya…….

Dalam buku ““Shri Sai Sacharita”, Sai das, Anand Krishna Global Co-Operation Indonesia, 2010 disampaikan……… Puluhan ribu tahun yang lalu, dalam Masa Emas atau Sat Yuga, bertapa adalah jalan yang paling tepat. Kemudian pada Masa Perak atau Treta Yuga, Datanglah Rama untuk menunjukkan jalur pengorbanan. Kurang lebih lima ribu tahun yang lalu, Krishna menganjurkan pelayanan penuh kasih sebagai jalan yang paling tepat untuk Masa Tembaga atau Dwapara Yuga. Sekarang, untuk Masa Besi atau Kali Yuga, adalah bhajan atau naam sankeertan menyanyikan kebesaran, keagungan dan kemuliaan Gusti Pangeran……..

Dalam buku “The Ultimate Learning Pembelajaran Untuk Berkesadaran”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2010 disampaikan……… Adalah perasaan kita yang memberi kesan kasar dan halus. Dan, perasaan kita tergantung pada kesadaran kita. Jika kesadaran kita terfokus pada dunia, getaran itu terasa kasar. Jika kesadaran kita terfokus pada Gusti Pangeran, getaran itu terasa halus. Kasar dan halus tidak bersifat absolut. Kasar bisa terasa halus, dan halus bisa terasa kasar. Dalam menjalani kepercayaan atau agama, jika seorang masih memikirkan pahala yang bersifat “materi” kenyamanan dunia, atau kenikmatan surga maka sesungguhnya ia masih berada pada frekuensi rendah. Ia sedang bergetar dengan keras sekali. Sementara itu, seorang panembah yang berada di tengah keramaian dunia, jika kesadarannya terfokus pada Gusti Pangeran, ia akan berada pada frekuensi yang tinggi. Ia sedang bergetar halus. “Sekujur tubuhku bergetar dengan getaran ilahi, dan suaraku serak karena luapan kasih ketika menyanyikan keagunganMu.” Dengan setiap napas yang kau tarik, ucapkan nama-Nya. Dan, dengan setiap napas yang kau embuskan, pujilah kebesaran dan kemuliaan-Nya. Seorang panembah mengubah irama napasnya menjadi irama ilahi. Seluruh hidupnya menjadi sebuah lagu indah yang menyanyikan keagungan-Nya…….. Bagi seorang panembah sejati tiada lagi perpisahan antara jam kerja, jam libur, jam keluarga, setiap menit, setiap detik adalah saat untuk menyembah. Seorang panembah mengubah seluruh hidupnya menjadi suatu persembahan. Ia melakukan segala sesuatu dengan semangat panembahan, persembahan. Ia menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Panembahan bukanlah pekerjaan mereka yang belum sadar. Mereka yang belum, atau tidak sadar, tidak dapat menjalani hidup seperti itu. Mereka masih menghitung untung-rugi, sementara seorang Panembah sudah tidak peduli akan hal itu. Para panembah bukan penyanyi profesional. Lagu dan nyanyian adalah ungkapan dari panembahan mereka, bukan profesi mereka. Chaitanya menyadari betul hal tersebut, maka ia ingin bebas dari segala macam syarat dan ketentuan. Ia ingin menyembah secara bebas, tanpa ketergantungan pada sesuatu di luar diri. Ia ingin menyembah dengan cara yang paling sederhana, “hanya dengan mengucapkan nama-Nya.”……….

Demikian beberapa pandangan Bapak Anand Krishna yang bermanfaat bagi pemberdayaan diri seseorang agar dia secara sadar melakukan tugasnya di dunia sebaik-baiknya tanpa melupakan jatidirinya. Sayang pandangan tersebut tidak disukai oleh sekelompok orang yang tidak menyukai pandangan beliau yang lintas agama. Silakan lihat………

http://www.freeanandkrishna.com/in/

Situs artikel terkait

http://www.oneearthmedia.net/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

http://twitter.com/#!/triwidodo3

Juli 2011

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone