August 11, 2011

Renungan Ramadhan : “Kerja Keras Makna Di Balik Ilmu The Science of Getting Rich”

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang ada pada diri mereka ” QS 13:11

Ketika membaca buku The Science of Getting Rich buah karya Wallace D. Wattles ada suatu bagain di dalam buku tersebut yang menarik perhatian saya, Wallace mengatakan bahwa tak ada yang dapat menggantikan apa yang disebut dengan kerja keras, meski membayangkan kepingan uang logam emas setinggi gunung, kepingan uang logam emas tersebut tidak akan serta merta bergelindingan dan bergulir dari pucuk gunung dan menyusuri jalan-jalan hingga masuk ke dalam kantong kita.

Tidak !, Bahkan Wallace menegaskan kerja keras diperlukan untuk dapat mempraktekan isi buku tersebut.

Dari penggalan isi dalam buku tersebut ada kesimpulan bahwasanya Wallace melihat sebagian besar masyrakat adalah pemalas, yang hanya senang berkhayal tanpa mau mewujudkannya. Jika di dalam memenuhi kebutuhan hidup yang dasar sekalipun kita menjadi malas, lantas bagaimana mewujudkan sesuatu yang lebih tinggi derajatnya, semisal perdamaian ?.

Bermain-main dengan law of attraction memang mengasyikan, kita berasa seperti sudah berada di tingkat tertentu pada level perjalanan spiritual, berasa gimana gitu. Namun sebenarnya jikalau kita mau jujur dengan diri sendiri, kita tak lebih dari pada seorang pemalas yang sangat egois, yang hanya mementingkan diri sendiri, terlepas apakan kita berhasil mempraktekan ilmu law of attraction tersebut atau tidak.

Bagi para pelaku spiritual kemalasan adalah sesuatu yang paling terlihat nyata, karena banyak dari para pelaku spiritual  yang lebih mengejar apa yang disebut aspek ‘ketuhan’ sehingga melupakan aspek ‘non tuhan’, padahal selama masih ada di dunia dan berbadan, maka aspek ‘non tuhan’  masih tetap diperlukan. Apakah mungkin nasi dan lauk pauknya yang kita nikmati setiap hari untuk menunjang kebutuhan hidup datang mengelinding dari gunung dan nangkring di meja makan ?, tidak!, semua yang kita nikmati itu hadir karena sebuah upaya.

Bagi seorang pelaku spiritual jika masih tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dengan kedua tangan dan kakinya maka dia masihlah bukan seorang pelaku spiritual, masih ada yang tak beres dengan dirinya. Repotnya pikiran akan memberikan seribu satu dalil untuk menyembunyikan apa yang menjadi kemalasan dirinya, seorang pelaku spiritual adalah dia yang mampu menegakan kedua kakinya sendiri dan melangkah menyusuri dunia ini sendiri. Seorang pelaku spiritual adalah seorang yang mandiri, seorang yang mengandalkan potensi yang sudah diberikan oleh Tuhan untuk dapat mencukupi segala kebutuhan hidupnya agar dapat mengisi kehidupannya dengan hal-hal yang lebih tinggi.

Pada suatu hari Mullah Nasaruddin diberi kesempatan untuk berdialog dengan Tuhan karena sudah sejak 20 tahun Mullah duduk berjapa memohon anugerah dari Tuhan agar dicukupi segala kebutuhan hidupnya, namun 20 tahun lewat sudah, sarung Mullah sudah berganti sebanyak 10 kali, namun kehidupannya tetap tidak berubah.

Merasa kasihan Tuhanpun mengutus malaikat agar menjemput Mullah untuk berdialog dengan diriNya, sesampainya di hadapan Tuhan, Mullah berkeluh kesah “Wahai Tuhan tega sekali Engkau, aku telah memuja dirimu sepanjang 20 tahun, namun tiada Kau cukupi jua kebutuhan hidupku”

Tuhan menarik nafas, dan menyeruput kopinya. Sambil tersenyum, Tuhan bertanya “Mullah, bukankah kau memiliki suara merdu ?”

“Ya benar Tuhan, suara itu selalu ku gunakan untuk mengagungkan diriMu”

Tuhan tersenyum lagi, sebelum kembali bertanya “Darimana kau dapatkan suara merdu itu?”

Mullah menjawab pasti, “DariMu Tuhan!”

Tuhan tertawa sejenak,”Lantas kenapa tidak kau gunakan itu untuk mencukupi kebutuhanmu, tidakah engkau pernah berpikir kenapa Aku memberikan suara merdu itu kepadamu ?:”

Sering kali kita tidak menyadari bahwa ada potensi diri yang sudah Tuhan berikan untuk  bekal kita semua melangkah dimuka bumi ini, seorang sahabat saya pernah berkata dengan nada tajam melihat kemalasan saya “Lihatlah hidupmu, compang camping. Inikan wujud dari pencari Tuhan ?, bukankan Tuhan maha kaya, jikalau kamu dekat denganNya setidaknya Dia mampu mendandaniMu dengan lebih baik”.

Ucapannya itu bak petir, namun itulah yang terjadi. Sering kali kita bersembunyi di dalam jubah spiritual untuk menutupi kemalasan diri, kisah ini adalah kisah tentang kemalasan saya, tentang kemalasan kita semua. Bahwasanya kita lebih senang bernyaman diri, bermain-main dengan khayalan ketimbang menggali potensi diri.

Mari kita renungi perkataan Tuhan untuk kita semua : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang ada pada diri mereka ” QS 13:11

= = = =

Di Publikasikan di :

http://www.surahman.com/

http://www.oneearthmedia.net/ind

http://www.facebook.com/su.rahman.full

http://www.kompasiana.com/surahman

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone