September 13, 2011

Bermula dari pikiran……….

Kata yang bijak sering hanya sebatas dibaca tanpa dilakoni. Jiksa saja kata ini dilakoni, keniscayaan untuk memperoleh masa depan yang lebih baik bukanlah impian atau angan-angan.

“Perhatikan pikiran-pikiranmu, karena akan menjadi kata-kata.

Perhatikan kata-katamu, karena akan menjadi tindakan-tindakan.

Perhatikan tindakan-tindakanmu, karena akan menjadi kebiasaan-kebiasaan.

Perhatikan kebiasaan-kebiasaanmu, karena akan menjadi sifat.

Perhatikan sifatmu, karena akan menentukan masa depanmu”

Kata-kata bijak ini ditulis oleh siapa, tidak ada seorang pun tahu. Tapi jika kita mau melakoninya, tujuan akhir akan tercapai. Semua orang memiliki tujuan akhir yang satu dan sama:

KEBEBESAN DARI KETERIKATAN DUNIAWI.

Boleh saja seseorang menafikkan. Berbahagialah yang sudah menyadarinya. Bagi mereka yang tidak atau belum menyadari, tidak perlu bingung. Semua adalah proses. Di alam ini yang ada hanya proses perubahan. Tidak sesuatupun yang stagnan atau mencapai titik henti. Titik henti berarti kematian. Bahkan orang yang kaya, orang sukses, dan pintar pun tidak berhenti. Mereka dalam proses menuju ke titik yang sama.

Semua proses perubahan manusia berawal dari pikiran. Tiada sesuatupun tindakan tidak berasal dari pikiran. Seseorang yang melakukan kejahatan bermula dari pikiran. Lantas mengapa kita tidak mau memperhatikan pikiran untuk menciptakan keadaan masa depan yang baik?

Kemalasan adalah musuh utama mencapai kesuksesan. Kemalasan mengamati pikiran adalah suatu langkah menuju kematian atau keburukan masa depan. Tiada seorang pun tidak memiliki waktu untuk mengamati pikirannya sendiri. Jika bukan dirinya sendiri, apakah mungkin orang lain diperintah atau diminta mengamati pikirannya? Omong kosong!!!!!!!

Dari pikiran akan terjadi kata atau ucapan. Kata berimplikasi ke tindakan. Tindakan akan berlanjut ke kebiasaan. Dan kebiasaan jadi sifat. Jika semua berawal dari pikiran yang baik, tidak disangkal hasil akhirnya juga baik. So, berorientasilah pada proses bukan pada hasil akhir. Orientasi pada hasil akhir tidak akan bermanfaat. Bahkan cenderung memboroskan energi dan hasil akhir belum tentu optimal. Optimal dalam arti baik untuk semua pihak.

Janganlah mendefinisikan kata baik dalam artian yang sempit. Diri sendiri. Tidak disangkal, memang kebanyakan orang mendefinisikan kebaikan hanya bagi kelompok, golongan, dan diri sendiri. Tetapi apakah seperti ini ajaran agama atau keyakinan yang diwariskan para suci? Tentu semua kebaikan terhadap lingkungan dan sesama pasti bermuara bagi kebaikan bagi diri sendiri pula. Tapi kebaikan bagi diri sendiri, belum tentu menciptakan masa depan yang baik bagi diri sendiri…..

Kebaikan berarti luas. Karena kita hidup di lautan energi. Sebagaimana kata Albert Einstain, kita disatukan oleh medan energi. Hanya manusia yang tidak mau tahu, menutup apa yang disampaikan oleh Einstain. So, definisikan kebaikan bagi semua umat. Bukan untuk makhluk lain juga sesungguhnya. Karena kerusakan lingkungan yang kita lakukan, suatu saat akan berdampak negatif bagi diri kita juga.

Misalnya kita merusak lingkungan dengan menebang pohon karena kepentingan bisnis kita. Betul bahwa yang akan merasakan akibat perbuatan kita secara langsung di lokasi tempat penebangan pohon, terjadilah banjir. Tapi akibat banjir ini akan kita tanggung juga. Kurangnya pohon berakibat pada penurunan penyerapan karbon dioksida di udara. Penumpukan karbon dioksida di atmosphere adalah penyebab utama pemanasan global. Pemanasan global akan berkibat perningkatan suhu dan pencairan es. Akibat pencairan es, permukaan air laut naik. Dan akhirnya banjir. Sangat mungkin banjir akibat kenaikan permukaan air laut melanda rumah kita. Akhirnya kita mengalami akibat perbuatan kita sendiri.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone