
Mengapa tidak ada kedamaian di dunia? Karena ada “division”, ada pembagian. Karena ada pembagian maka timbullah friksi, muncullah perkelahian. Pembagian, pengkotak-kotakan sudah terjadi menyeluruh dalam setiap kehidupan manusia, pembagian negara, agama, ras, warna kulit, geografi dan sebagainya. Semua orang menginginkan kedamaian, kebahagiaan, kemakmuran,…… akan tetapi hanya kedamaian, kebahagiaan dan kemakmuran bagi dirinya dan bagi kelompoknya. Kelompok Amerika hanya memperjuangkan bagi Amerika, demikian pula Eropa, Asia ataupun suatu agama hanya memperjuangkan kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat seagamanya saja. Kita hanya memikirkan kelompok kita dan mengabaikan kelompok lain di luar kita, itulah sebabnya tidak pernah tercapai perdamaian……. Terlalu banyak pengkotak-kotakan dalam kehidupan, pada hal secara fundamental kita semua sama-sama manusia…… Harus ada transformasi, harus ada perubahan sikap mental, harus ada perubahan “attitude”…… Demikian pesan YM Bhikku Sanghasena pendiri Mahabodhi International Meditation Center saat berkunjung ke Anand Krishna Center Joglosemar pada tanggal 24 Februari 2011…….
Dan itu semua itu dimulai dari pendidikan yang ego based. Kita tidak diajari untuk memperhatikan kepentingan orang lain. Beban kurikulum pada anak sekolah terlalu besar, sehingga anak-anak terlalu sibuk menyelesaikan tugasnya sendiri. Apalagi memberikan perhatian kepada orang lain, pekerjaan rumah tangga sehari-hari saja, orang tua atau pembantu yang mengerjakan. Padahal egoisme berada di belakang kerakusan manusia. Dalam buku “The Gospel Of Michael Jackson”, Anand Krishna, Anand Krishna Global Co-Operation bekerja sama dengan Yayasan Anand Ashram, 2009 disampaikan……. Dimana tiada kebenaran dan cinta, pasti ada pertengkaran dan ketidakharmonisan. Kepalsuan tidak mengenal kedamaian, egoisme tidak mengenal harmoni. Nilai-nilai palsu dan motif-motif egoistik berada di belakang kerakusan manusia dan segala konflik. Kita tidak mau berbagi dan tidak mampu saling merawat, karena jauh di dalam diri kita merasa lemah. Kita tidak memiliki kekuatan untuk melayani sesama karena kita kelelahan mengurusi problem-problem sepele kita. Kita tidak ada waktu berpikir untuk yang lain karena pikiran itu penuh dengan segala pikiran yang mengganggu dan tidak penting…….
Vivekananda, yang pandangan-pandangan hidupnya mempengaruhi Bung Karno mengatakan bahwa Kasih adalah Hukum Kehidupan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kasih mengembang, segala sesuatu yang berkaitan dengan keegoisan diri menyempit. Sehingga hanya kasih yang menjadi hukum kehidupan. Dia yang mengasihi “hidup”, dia yang egois sedang mengalami “kematian”. Sehingga, kasih hanyalah untuk kasih semata, “love for love’s sake”, karena itu adalah hukum kehidupan, seperti halnya kita bernapas untuk hidup…….
Untuk itu agama memberi nasehat kita untuk mengasihi jiran, mengasihi tetangga. Dalam buku “Bersama Kahlil Gibran Menyelami ABC Kehidupan” disampaikan……… Jika tetangga tidak bisa tidur karena lapar, energinya yang terganggu itu sudah pasti mempengaruhi pola energi di rumah kita. Itu sebabnya Gibran menganjurkan, “Cobalah dengan tetanggamu.” Anda tidak serumah dengan dia, tetapi juga tidak jauh dengan dia. Dekat, tapi jauh. Jauh, tapi dekat. Dan, mencintai seorang tetangga sungguh sulit! Kahlil Gibran justru menjadikan “cinta dan simpati terhadap tetangga” sebagai tolok ukur sederhana mengenai “kasih” Anda. Ia tidak bicara tentang “bantuan”. Ia tidak bicara tentang “charity”, tentang sumbangan atau sedekah. Ia sedang bicara tentang “rasa”. Sedekah pun dapat anda berikan tanpa rasa kasih. Sumbangan pun dapat anda berikan untuk cari muka. “Charity” pun dapat anda lakukan untuk menjadi tenar. Melihat kemajuan tetangga, ikut bahagiakah anda? Atau justru iri? Anda harus jujur dengan diri sendiri. Apabila anda ikut berbahagia dan tidak iri, maka betul, anda menaruh simpati terhadap tetangga. Anda mengasihi dia. Dan kasih semacam itulah yang disebut Gibran lebih mulia daripada kebajikan yang anda lakukan di salah satu sudut biara. Lalu, mampukah anda menyebar-luaskan kasih semacam itu? Mampukah anda mengasihi seorang penjahat? Mampukah anda mengasihi seorang pelacur? Sadarkah anda bahwa sesungguhnya mereka lemah. Yang membuat mereka jahat adalah kelemahan diri mereka. Yang membuat seseorang melacurkan diri adalah kurangnya rasa percaya diri. Dan yang membutuhkan perhatian anda, kepedulian anda, kasih anda, justru mereka-mereka ini. Kasih menuntut agar anda “mengasihi” tetangga anda, demi “kasih” itu sendiri. Inilah Kebenaran! Kebenaran tidak pernah memecah-belah. Kebenaran selalu mempersatukan.
Mengasihi tetangga membuat manusia meningkat kesadarannya, dari kesadaran personal, ego-based menuju kesadaran transpersonal, intelegensi-based.
Salah satu program e-learning dari One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/) adalah program Neo Transpersonal Psychology (http://stponline.oneearthcollege.com/) yang membahas tentang peningkatan kesadaran dari keadaan personal, ego-based menuju keadaan transpersonal, integensia-based. Kemudian program lainnya adalah Neo Interfaith Studies (http://interfaith.oneearthcollege.com/) yang mempunyai tujuan agar para peserta program dapat memberikan apresiasi terhadap keyakinan yang berbeda. Kemudian ada satu program lagi yaitu Ancient Indonesian History And Culture (http://history.oneearthcollege.com/) yang dimaksudkan agar para peserta program dapat mengetahui dan menghargai sejarah awal Kepulauan Nusantara. Ketiga program tersebut sebenarnya saling kait-mengkait.
Pada zaman ini sebenarnya seluruh warga dunia sudah menjadi tetangga kita. YM Bhikku Sanghasena juga menyampaikan……. Misalkan kita sedang damai, rileks duduk santai di atas kursi dan seangkir kopi panas di sebelah kita. Selanjutnya tangan kita sedang memegang cangkir akan minum, dan kita mendengar suara ledakan di tetangga kita, apakah kita bisa rileks dan damai?………. Misalkan kita sedang rileks, merasa nyaman dan memegang secangkir kopi untuk dinikmati, akan tetapi dari jendela nampak seorang ibu dan anak terluka berdarah-darah, sedang menangis apakah kita bisa merasa damai?……… Kita hanya bisa merasa rileks, damai dan minum kopi dengan nyaman bila tetangga kita juga sedang duduk rileks dan minum kopi juga……… Beliau menyampaikan bahwa pada zaman dahulu, manusia melakukan perang hanya memakai busur dan anak panah yang jangkauannya hanya puluhan meter. Kemudian berita peperangan tersebut sampai ke telinga seseorang yang berada di luar daerah makan waktu berbulan-bulan. Akan tetapi sekarang untuk menghancurkan sebagian dunia cukup memencel sebuah tombol. Kemudian pada saat ini, kejadian di belahan dunia lain dalam waktu beberapa menit sudah ada di depan kita…….. Dulu pengaruh suatu peristiwa perang terhadap kedamaian terbatas, kini beritanya tersebar dalam waktu singkat sekali……. Kita harus punya visi baru bagi kedamaian orang, kedamaian keluarga, kedamaian negara, kedamaian agama. Kita tidak hidup sendiri, mengalami damai sendiri, dan tidak peka, tidak terpengaruh anak-anak kecil yang terbunuh dalam perang atau kekerasan………
Agama yang mengajari manusia untuk menghormati tetangga, seharusnya berperan dalam mendamaikan dan mempersatukan umat manusia, akan tetapi kala kepentingan politik dan kekuasaan merasuki agama, maka agama justru bisa menjadi sumber ketidak damaian antar tetangga. Dalam buku “Vedaanta, Harapan Bagi Masa Depan”, Anand Krishna, Pustaka Bali Post, 2007 disampaikan……. Dalam 2000 tahun terakhir saja kita sudah ribuan kali berperang atas nama agama. Atau, dengan menggunakan dalih agama. Pemahaman kita tentang agama memang elastis – bisa membenarkan aksi kejahatan demi surga dan mati syuhada. Bisa juga menolaknya dan memberi interpretasi lain bagi surga dan syuhada. Adalah sangat jelas – walau banyak yang tidak mau mengakuinya – bahwa agama “bisa” dijadikan alasan untuk membenarkan aksi kejahatan dan kekerasan. Agama “dapat” digunakan sebagai alat untuk berbuat kejam, keji dan tidak adil terhadap sesama manusia……..
Politik dan agama mempunyai dua domain yang berbeda. Politik berfokus pada bagaimana cara memperoleh serta mempertahankan kekuasaan, sedangkan agama berfokus pada hubungan antara manusia dan Tuhan serta hubungan sesama manusia. Kala politik dan agama berkolaborasi, politik dan agama mencari celah untuk saling memanfaatkan. Politik memanfaatkan agama sebagai alat mencapai tujuan, memakai simbol agama untuk menarik simpatisan partai, dan menjadikan agama sebagai tameng ketika mereka diserang oleh lawan politiknya. Agama yang seharusnya menjadi sumber inspiratif dan kekuatan etis, justru menjadi kendaraan bagi para politikus. Peran agama sebagai penjaga nilai moral menjadi mandul karena berada dalam kungkungan kepentingan politik. Di dunia ini sejak zaman dahulu ada kecenderungan pemimpin politik memperluas kekuasaannya hingga ke wilayah agama dan ada kecenderungan pemimpin agama untuk memperluas kekuasaannya hingga ke wilayah politik. Pemimpin politik yang memperluas kekuasaannya hingga ke wilayah agama akan cenderung mengeksploitasi agama untuk kepentingan politiknya dan sekaligus memandulkan peran agama sebagai kontrol moral terhadap kekuasaan. Sebaliknya, pemimpin agama yang memperluas kekuasaannya hingga ke wilayah politik akan sulit dikontrol dan dikritik karena kehadiran mereka di wilayah politik dianggap mewakili Tuhan. Dan bila agama sudah berkolaborasi dengan politik maka mereka akan mengabaikan kepentingan tetangga.
Dalam buku “A NEW CHRIST Jesus: The Man and His Works, Wallace D Wattles, Re-editing. Terjemahan Bebas, dan Catatan oleh Anand Krishna”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010 disampaikan……… Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia (tetanggamu) seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” (Markus 12 : 30-31). Adalah dalam konteks kesetaraan pula ketika Yesus berperan supaya kita mencintai tetangga, atau sesama manusia, sebagaimana mencintai diri. Apa arti mencintai tetangga, atau sesama manusia? Seandainya saya hendak makan siang bersama istri saya, di atas meja makan hanyalah tersedia sepotong kue pai dan sisa roti yang sudah kering. Kemudian saya ambil pai untuk diri saya dan menyisakan roti kering untuk istri, yang konon saya cintai, apakah dengan cinta seperti ini saya dapat mencintai tetangga saya? Jelas tidak. Jika saya mencintai istri saya, saya akan menginginkan kue itu untuk dia sebagaimana saya inginkan untuk diri saya. Jika saya mencintai tetangga saya, segala kenikmatan yang saya inginkan untuk diri saya akan saya inginkan untuk dia pula. Jika saya mencintaimu, apa yang saya upayakan untuk diri saya akan saya upayakan pula untuk dirimu. Apa yang saya upayakan bagi anak-anak saya akan saya upayakan pula bagi anak-anakmu. Saya tidak akan membiarkan dirimu dizalimi sebagaimana saya tidak akan membiarkan diri saya dizalimi. Saya tidak akan menerima ketidakadilan terhadap mereka yang kaucintai, sebagaimana saya tidak menerima ketidakadilan terhadap mereka yang saya cintai. Ketika kita menginginkan bagi orang lain segala apa yang kita inginkan bagi diri sendiri, tidak ada lagi kompetisi. Tidak ada perlombaan, persaingan, dan pertikaian……..
Pada saat ini kelompok lintas agama sudah berupaya agar semua orang mempunyai toleransi terhadap agama lain, akan tetapi di Anand Ashram bukan hanya toleransi tetapi apresiasi antar agama sudah terjadi. YM Bhikku Sanghasena menyampaikan penghormatan pada Anand Ashram. Beliau sangat kagum dengan sebuah contoh nyata yang dilakukan di Anand Ashram, orang-orang dari berbagai bangsa, suku, ras, berbagai profesi, berbagai usia, dan dari berbagai agama dapat bekerja sama meningkatkan kesadaran dengan Visi Satu Bumi, Satu Langit, Satu Umat Manusia. Beliau berkomentar, contoh itu dapat dikembangkan dalam sebuah negara atau pun dunia.
Untuk Kebahagiaan Sejati, Ikuti Program Online Spiritual Trasnpersonal Psychology
http://www.oneearthcollege.com/
Situs artikel terkait
http://www.oneearthmedia.net/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo
http://www.kompasiana.com/triwidodo
http://blog.oneearthcollege.com/
http://twitter.com/#!/triwidodo3
Desember 2011
