

VIVAnews – Riset patahan aktif di Jawa Barat untuk mempelajari bencana di zaman purba berujung pada penemuan mengejutkan: keganjilan berupa struktur piramida di Gunung Sadahurip, Garut, Jawa Barat. Diperkirakan besar dan usianya melampaui Piramida Giza di Mesir — yang diyakini sebagai makam Firaun, Dinasti keempat Mesir, Khufu, yang dibangun selama lebih dari 20 tahun pada kurun waktu sekitar tahun 2560 sebelum Masehi.
Kini, misteri piramida di Garut, Jawa Barat diharapkan akan segera terkuak. Anggota Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Iwan Sumule mengatakan, sejumlah peneliti dan arkeolog asing telah menawarkan bantuan dalam proses eskavasi. “Termasuk dari Prancis, Amerika Serikat, dan Belanda menyatakan minat untuk membantu eskavasi,” kata dia saat dihubungi VIVAnews, Selasa 29 November 2011.
Dia menambahkan, berdasarkan hasil survei, didukung sejumlah data, termasuk hasil foto IFSAR — lima meter di atas permukaan tanah, nyata ditemukan adanya struktur piramida yang adalah buatan manusia. “Semua aspek sudah diteliti, termasuk carbon dating. Di Gunung Sadahurip itu menunjukkan umur batuan 10.000 tahun lebih. Artinya kalau Piramida Giza di Mesir berusia sekitar 3.000 tahun sebelum masehi, kita (Garut) 10.000 tahun,” tambah dia. “Hasil tes karbon tak bisa ditipu.” Besarnya pun melampaui piramida di Mesir. Menurut Iwan, tinggi piramida Garut diperkirakan 200 meter. “Makanya kami perkirakan, lebih tinggi dan lebih tua tiga kali lipat dari Piramida Giza di Mesir.”
Pernyataan di atas dikutip dari……. http://nasional.vivanews.com/news/read/268167-asing-berniat-ungkap-misteri-piramida-garut
Dalam salah satu Materi Program “Ancient Indonesian History and Culture” (http://history.oneearthcollege.com/) dari One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/) disampaikan bahwa Prof. Stephen Oppenheimer, dan pakar lainnya menyampaikan bahwa…… “Indocina dan Pulau-pulau Indonesia sampai ke Kalimantan dan Bali, dulu terhubung daratan dengan Benua Asia dalam suatu paparan bernama Paparan Sunda, seperti juga yang di Palawan, Filipina.”…….. Hindia — yaitu, India and Indonesia — adalah lokasi sebenarnya dari dua Atlantis, yang dikenang dengan nama Atlantis dan Lemuria baik oleh Atlantologists maupun Occultists. Walaupun sering dibesar-besarkan maupun disalahartikan, kedua Atlantis tersebut sesungguhnya sangat nyata, dan meninggalkan jejak keberadaan yang tidak terbantahkan di bekas peradabannya.
Prof. Stephen Oppenheimer (Ahli Genetika/ Peneliti DNA Inggris, 1947 – ) menyampaikan…….. “Sepertinya sayalah yang pertama berpendapat bahwa Asia Tenggara merupakan cikal bakal unsur-unsur peradaban Barat… Tumbuhnya peradaban kuno di Timur Tengah berakar dari tenggelamnya pantai-pantai Asia Tenggara… Apa yang tersisa sekarang dari Asia Tenggara hanya dapat selintas mengindikasikan Eden yang pernah ada.”
Sebelum tenggelam secara bertahap selama kurang lebih 9.000 tahun, luas daratan Paparan Sunda paling tidak dua kali India sekarang, yang meliputi Indocina, Malaysia, Indonesia dan Filipina. Dalam bukunya “Quests of the Dragon and Bird Clan” Paul Kekai Manansala menulis: “Ada tiga banjir besar – yang pertama 14.000 tahun yang lalu, yang kedua 11.500 tahun yang lalu, dan yang ketiga 8.500 tahun yang lalu. Permukaan air laut terus naik hingga batas tertinggi tercapai sekitar 5.500 tahun yang lalu. Sebagai catatan, banjir ini tidak diakibatkan oleh meluapnya sungai ataupun hujan deras.”
James Churchward dalam bukunya “The Lost Continent of Mu” di tahun 1926, berpendapat bahwa Paparan Sunda tidak hanya berpenduduk padat tetapi juga merupakan pusat peradaban maju zaman pra-sejarah.
Sebetulnya bukan hal yang aneh jika kita menyimak penemuan Eugene Dubois (1891), dan Koenigswald (1937), dimana mereka menemukan fosil Homo erectus (orang tegak) yang berumur 400.000 – 700.000 tahun di daerah Sangiran, Jawa Tengah. Homo erectus adalah salah satu spesies genus orang yang telah punah dan pernah hidup dalam rentang 1,8 juta hingga 50-70.000 tahun yang lampau, dan merupakan nenek moyang Homo sapiens kita!
Sekitar 11.500 tahun yang lalu, banjir besar kedua terjadi yang mengakibatkan Paparan Sunda terbelah menjadi beberapa bagian. Dataran tinggi berubah menjadi beberapa pulau, sedangkan dataran rendah terendam lumpur di bawah laut. Paparan Sunda yang tadinya tersambung dengan anak benua India (sekarang terdiri dari Negara India, Pakistan, Bangladesh, Nepal, Myanmar dan Bhutan), menjadi bagian yang terpisah. Sebelum terbelah pulau utama dikenal sebagai “Jambudwipa”, yang bisa diartikan karena bentuknya yang mirip buah jambu air maupun jambu mede, atau juga karena ukurannya yang “jumbo” dibandingkan pulau-pulau di sekitarnya. Setelah terbelah menjadi beberapa bagian Paparan Sunda mulai dikenali dengan berbagai nama pulau-pulau. Kisah Ramayana India yang ditulis oleh Begawan Valmiki sekitar 8,000SM, ada menyebutkan Yavadvipa, Java, atau Jawa. Yava sering diartikan sebagai barley putih, atau sorgum, atau juga biji-bijian putih, padi-padian. Hal ini mengindikasikan bahwa Yavadvipa merupakan penghasil padi-padian.
Banjir besar ketiga terjadi sekitar 8.500 tahun yang lalu, dan kembali memporakporandakan Paparan Sunda. Kali ini pulau utama Yavadvipa yang terbelah. Pulau Jawa yang sekarang menjadi pulau terpadat penduduknya di dunia hanyalah sebagian kecil dari Yavadvipa sebelum banjir besar ketiga. Kali ini gelombang imigran bergerak ke arah Yunani. Pada waktu kedatangan rombongan ini daerah tersebut belum memiliki peradaban manusia, tetapi imigran Tatar sunda ini bukan saja para pembangun bangunan yang ulung tetapi juga secara alami sangat seniman. Mereka menyebut diri mereka dan tanah itu Yavan, yang berarti “berasal dari Pulau Jawa”. Ribuan tahun kemudian, para pelancong dari China menyebut Yavan dengan logat mereka sebagai Yunan – Yunani.
Genetik kita diwariskan dari leluhur sejak zaman dahulu kala secara turun temurun. Zaman dulu dan zaman sekarang ini adalah satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam genetik seseorang terdapat catatan evolusi panjang kehidupannya sampai saat ini…… Kita perlu mengkoreksi klasifikasi sejarah yang mengkotak-kotakkan Sejarah Bangsa menjadi Zaman Pra Hindu, Zaman Hindu, Zaman Islam, Zaman Penjajahan dan seterusnya. Genetik kita pada saat ini ada kaitannya dengan masa lalu, tidak dapat dipisah-pisahkan atas dasar kepercayaan yang dianut pada beberapa masa.
Ingin mendalami dan menghargai sejarah awal Kepulauan Nusantara? Ikuti program Ancient Indonesian History And Culture (http://history.oneearthcollege.com/).
Situs artikel terkait
http://www.oneearthmedia.net/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo
http://www.kompasiana.com/triwidodo
http://blog.oneearthcollege.com/
http://twitter.com/#!/triwidodo3
Desember 2011
