Banyak warga dunia yang hati mereka berbunga-bunga karena memperoleh pujian dan manakala tak mendapat pujian kepercayaan diri mereka pun layu. Warga dunia tersebut serakah akan pujian terhadap diri mereka. Oleh karena itu mereka selalu ingin menonjol di tengah masyarakat, mereka tinggal di rumah yang mewah, mengendarai mobil yang membawa decak kekaguman, foto diri mereka sering nongol di media. Mereka jauh dari sifat tawadhu, rendah hati. Pujian dan penghargaan dari luar ada batasnya, gelombang laut selalu mengalami pasang dan surut. Manakala mereka mulai purna tugas, ketika ketenaran mereka meredup, saat keriput mulai menyebar ke wajah, kepercayaan diri mereka pun surut. Maut sudah mengintainya, tetapi masih saja dia terikat dengan dunia. Mengapa tidak memutuskan keterikatan terhadap pujian dan penghargaan saat ini juga? Mengapa tidak belajar untuk hidup percaya diri tanpa terpengaruh pujian dan penghargaan orang luar? Orang-orang seperti demikian mungkin dari segi kehidupan fisiknya sudah mandiri, sudah dewasa dan tidak perlu dituntun orang tua dalam menjalani hidupnya. Akan tetapi dari segi kepercayaan diri, mereka masih menetek susu pujian dan penghargaan dari masyarakat. Mestinya mereka mulai melepas ketergantungan dan hidup mandiri dari kebutuhan pujian dan penghargaan luar.
Dalam buku “The Ultimate Learning Pembelajaran Untuk Berkesadaran” disampaikan……… Pujian dan pengakuan adalah koleksi mereka yang tidak percaya diri dan tidak percaya Gusti. Pujian dan pengakuan dari siapa? Dari dunia ini? Dunia yang senantiasa berubah? Untuk apa? Sifat dunia yang berubah terus dapat mengubah pujian menjadi hujatan dalam sekejap. Hati kita menjadi besar ketika dipuji orang dan menjadi ciut ketika dimaki orang. Hati seperti apakah ini? Dalam bahasa Inggris, hati seperti ini disebut chicken heart, hati seekor ayam……….
Seseorang yang bersandar pada pujian orang berarti dirinya bersandar pada pengakuan pihak luar. Dalam buku “Sehat Dalam Sekejap, Medina” disampaikan…….. Yang menyebabkan depresi adalah diri kita sendiri, berbagai macam perasaan kurang enak yang timbul dari dalam diri, misalnya: Perasaan kurang diperhatikan; Kurang percaya diri/minder; Kesepian; Dan lain sebagainya. Perasaan-perasaan tersebut muncul karena kita belum menemukan jati diri. Kita tidak mengetahui potensi diri. Kita bersandar pada pengakuan dari pihak luar. Jika ada yang memuji, kita senang. Jika ada yang mencaci-maki, kita sedih. Berarti, kita membiarkan orang lain mengendalikan diri kita. Selama kita masih bersandar pada sesuatu di luar diri, depresi pun tidak bisa dihindari…….
Dalam salah satu materi program e-learning Neo Transpersonal Psychology disampaikan…….. mereka yang mengeluh “kurang diperhatikan” sebenarnya adalah sebuah pembenaran dari kegagalan mereka dalam menyesuaikan diri terhadap situasi buruk yang menimpanya. Orang sukses tidak akan mengeluh kurang mendapat perhatian!! Apakah itu berarti bahwa mereka tidak pernah diabaikan dalam kehidupan mereka? Apakah mereka tidak pernah sama sekali merasa menderita akibat perlakuan acuh tak acuh dari orang yang mereka cintai atau mereka sayangi? Tidak. Mereka juga menghadapi berbagai masalah tersebut. Cara mereka merespon permasalahan yang membuat mereka jadi berbeda. Mereka menanggapi perlakuan acuh tak acuh, ketidakpedulian dan penanganan yang keliru dengan: Tidak terperangkap dalam masalah yang dihadapi; Bekerja keras untuk menghadapi dan mengatasi permasalahan dengan mencari solusi pemecahannya; Dan,meningkatkan kesadaran mereka ke tingkat kesadaran yang lebih tinggi di mana mereka bisa lebih obyektif melihat masalah yang mereka hadapi. Hal inilah yang disebut sebagai: Pendekatan Transpersonal
Salah satu program e-learning dari One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/) adalah program Neo Transpersonal Psychology (http://stponline.oneearthcollege.com/) yang membahas tentang peningkatan kesadaran dari keadaan personal, ego-based menuju keadaan transpersonal, integensia-based. Kemudian program lainnya adalah Neo Interfaith Studies (http://interfaith.oneearthcollege.com/) yang mempunyai tujuan agar para peserta program dapat memberikan apresiasi terhadap keyakinan yang berbeda. Kemudian ada satu program lagi yaitu Ancient Indonesian History And Culture (http://history.oneearthcollege.com/) yang dimaksudkan agar para peserta program dapat mengetahui dan menghargai sejarah awal Kepulauan Nusantara. Ketiga program tersebut sebenarnya saling kait-mengkait.
Kita semestinya tidak terikat dengan pujian dari luar. Dalam buku “Fear Management, Mengelola Ketakutan, Memacu Evolusi Diri” tersebut juga disampaikan…….. Apa yang dimaksud dengan ketakterikatan? Dan, apa pula keterikatan itu? Keterikatan adalah ketergantungan dan kepercayaan kita pada pujian, pada imbalan, pada penghargaan dan pengakuan. Selama kita masih mengejar semuanya itu, kita masih terikat. Dan, selama kita masih terikat, kita masih takut. Lapisan Inteligensia kita memperoleh energi dari dua sumber utama, sumber dalam diri, dari rasa percaya diri yang tidak tergantung pada pujian dan makian orang dan sumber di luar diri, dari pujian dan pengakuan. Ketika pujian berubah menjadi hujatan, dan pengakuan menjadi penolakan, lapisan inteligensia kita kehausan energi. Saat itu menjadi ganas. Kita akan melakukan apa saja untuk memperoleh pujian dan pengakuan. Selama masih mengejar, kita masih terikat. Janganlah tergantung pada sumber energi di luar diri. Gunakan energi yang berasal dari dalam dirimu sendiri. Ketidaktergantungan pada sesuatu di luar diri inilah yang disebut ketidakterikatan………
Kebutuhan akan pujian sering menutupi nilai pelayanan. Dalam buku “Think In These Things, Hal Hal Yang Mesti Dipikirkan Seorang Anak Bangsa” disampaikan…….. Kemuliaan melayani atau nilai pelayanan sering terkalahkan oleh pujian dan penghargaan. Kemudian, pujian dan penghargaan itu yang menjadi penting. Kita lupa bahwa pelayanan bukanlah pelayanan bila yang dituju adalah pujian dan penghargaan. Jiwa pelayanan tercemar oleh pujian dan penghargaan. Pujian dan penghargaan mengubah pelayanan menjadi jasa. Dan, jasa adalah dagang, usaha, bisnis……… Adakah kebahagiaan dari pujian dan penghargaan yang kita peroleh dari seseorang yang tidak waras? Pujian dan penghargaan dari orang-orang yang tidak waras hanya membuktikan bahwa kita dianggap sebagai bagian dari komunitas yang tidak waras. Dan, dengan mempercayai pujian mereka, menerima penghargaan dari mereka – kita mengamini kepercayaan mereka…….
Dalam materi Neo Interfaith Studies (http://interfaith.oneearthcollege.com/) disampaikan bahwa Surat Asy Syu’araa berulang-ulang mengingatkan supaya kita meniru para rasul, para nabi, dan tidak mengharapkan “upah” dari manusia (antara lain seperti dalam ayat 180). Sesungguhnya inilah yang membedakan kita dari para rasul dan khalifatullah. Kita mengharapkan imbalan dari dunia, dan harapan itu membuat kita menjadi “warga dunia”. Kita menjadi budak dunia. Sementara para rasul dan khalifatullah tetap mempertahankan kewarganegaraan mereka. Mereka tetap menjadi warga surga yang sedang berkunjung ke dunia. Mereka mempertahankan status mereka sebagai “tamu”.
Fitrah kita bukanlah sebagai warga dunia, tetapi sebagai duta Allah yang sedang berkunjung di dunia atas perintahNya. Jika kita tidak menyadari hal itu, maka kita menjadi warga dunia yang sedang berkunjung ke bait Allah sebagai tamuNya. Apakah Allah membedakan antara warga atau tamu? Bukankah kita semua adalah ciptaanNya? Ya betul. Dia tidak membedakan. Kita sendiri yang menentukan kedudukan kita. Kita sendiri yang memilih, dan menempatkan diri sebagai pengunjung/tamu di dunia atau sebagai warga tetap.
Berikutnya dijelaskan adab atau disiplin seorang tamu di dunia;
1. Penilaian yang benar,
2. Tidak merampas hak manusia,
3. Tidak merusak dunia, dan
4. Selalu bertaqwa pada Gusti Allah (ayat 182/4).
Inilah adab seorang tamu di dunia. Pilihan sepenuhnya di tangan kita. Sesungguhnya seperti mursyid mengatakan “Allah Maalik hai” – Gusti Allah Maha Memiliki. Mau jadi warga dunia atau tamu di dunia, kita semua tetaplah milikNya. Adalah demi kebaikan kita sendiri bahwa pilihan itu di-“cipta”-kan supaya kita bisa “bermain” dengan cantik. Marilah kita mencontohi permainan cantik para pecintaNya dengan mempertahankan kewarganegaraan surga kita yang sedang berkunjung ke dunia sebagai tamu.
Untuk Kebahagiaan Sejati, Ikuti Program Online Spiritual Trasnpersonal Psychology
http://www.oneearthcollege.com/
Untuk memahami benang merah persamaan agama, ikuti Neo Interfaith Studies http://interfaith.oneearthcollege.com/
Situs artikel terkait
http://www.oneearthmedia.net/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo
http://www.kompasiana.com/triwidodo
http://blog.oneearthcollege.com/
http://twitter.com/#!/triwidodo3
Desember 2011