Sangatlah menarik membaca apa yang dikemukakan oleh cendekiawan muslim Azyumardi Azra pada berita Kompas Cyber Net tanggal 18 Nopember 2005. Menurut beliau, terdapat permasalahan tentang adanya pemahaman Islam yang belum tepat. Adanya pemahaman Islam yang salah sebagaimana yang diyakini oleh kelompok teroris. Bahkan menurut beliau pemahaman ini merupakan pemahaman sesat.
Saya setuju apabila ini dianggap pemahaman sesat. Karena sesungguhnya apa yang didefinisikan sesat adalah apabila jalan yang ditempuh sudah menyimpang jauh dari tujuan agama, kedamaian. Ajaran pokok Islam yaitu rahmat bagi alam semesta, Rahmattan lil alamin. Dengan kata lain segala sesuatu tindakan yang tidak memberikan hasil akhir rahmat bagi sekalian alam adalah sesat. Titik berat permasalahan adalah hasil akhir perbuatan. Apabila setiap umat muslim berpegang teguh pada pemahaman ini, Indonesia benar-benar akan menjadi pusat kebangkitan Islam dunia. Kedamaian dan kasih kepada seluruh makhluk ciptaan Allah swt akan mewarnai perilaku muslimin dan muslimat. Saya sangat terkesan dengan apa yang disampaikan oleh Aa Gym dalam tausiahnya pada malam menjelang hari raya pada salah satu stasiun televisi. Hampir semua surat dalam kitab suci Al Qur’an diawali kalimat Bismillah Arrohman irohim. Artinya sifat utama Allah swt adalah pengasih dan penyayang. Sehingga seharusnya perilaku umat Islam wajib dilandasi sifat kasih dan sayang. Berpedoman pada sifat ini kita haruslah berani mawas diri, apakah tindakan kita sudah didasari oleh kasih dan sayang? Bila kita sudah bisa dan mampu berperilaku sebagaimana sifat utama Allah swt, tentu akan tercapai tujuan pokok ajaran Islam. Adalah menjadi kewajiban kita bersama untuk untuk meluruskan kembali apa yang menjadi tujuan pokok ajaran Islam, rahmat bagi sekalian alam. Sekarang timbul pertanyaan, siapa yang mampu mengubah citra Islam yang selama ini selalu dikaitkan dengan tindakan teroris? Kembali pada ajaran Nabi kita Rasullah Muhammad Saw, suatu bangsa tidak akan bisa merubah nasibnya bila bangsa itu sendiri tidak mau merubahnya. Artinya, yang bisa merubah adalah umat Islam sendiri.
Selama ini kita sudah lupa pengertian Islam secara universal, penyerahan diri secara total kepada Allah swt. Munculnya beberapa pernyataan bahwa kita mampu membela Islam, justeru mengkerdilkan pengertian Islam itu sendiri. Apabila kita mengkalim bahwa kita mampu membela Islam, artinya Islam dianggap sebagai suatu institusi atau lembaga yang patut atau wajib dibela. Apakah memang demikian? Coba mari kita renungkan. Segala sesuatu yang kita fahami tentang Islam selama ini adalah ritualnya. Belum menyentuh esensinya, artinya belum dilandasi ajaran pokok yaitu rahmat bagi sekalian alam. Sering kitra lupa bahwa sesungguhnya agama bukanlah tujuan. Agama adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan. Akibatnya kita tidak pernah sampai pada tujuan. Kita asyik berdebat tentang cara-cara atau ritual. Kita telah kehilangan acuan, cara pandang dan lupa tujuan beragama. Lupa akan ajaran pokok Islam yaitu rahmat bagi sekalian alam.
Hal ini sesungguhnya tidak lepas dari pengertian kita tentang tauhid. Secara umum pemahaman tentang tauhid telah dimaknai secara keliru. Kita hanya menyembah satu Tuhan. Dan Dia selalu kita anggap bersinggasana disuatu tempat. Apabila ini pemahaman kita tentang tauhid adalah suatu kesalahan besar. Artinya kita telah menempatkan Allah di sisi yang berseberangan. Berarti ada dua individu yang berbeda. Apakah mungkin kita dapat hidup di luar Allah? Bagi saya hal ini suatu hal yang mustahil. Allah Yang Maha Hidup, apakah kita bisa hidup di luar Yang Maha Hidup?. Tidak mungkin. Saya sering membayangkan dunia ini seperti seekor ikan dalam suatu akuarium. Sementara planet-planet lain juga ikan-ikan yang hidup dalam akuarium. Coba sekarang kita bayangkan, seandainya kita bertanya pada ikan, dimanakah air hai ikan?. Saya yakin sang ikan tidak akan mampu menjawab, karena bagi dia air adalah kehidupan. Yang mampu membedakan ikan dan air adalah kita yang ada di luar akuarium. Dengan mengambil perumpamaan ini, bisakah sekarang kita mengatakan bahwa Allah itu berada disuatu tempat yang terpisah dengan kita? Jadi sesungguhnya kita ini hidup dalam Tuhan yang satu adanya. Benarlah apa yang disebutkan dalam kitab suci Al Qur’an : Tuhan itu lebih dekat dari urat nadimu.
Dan sebenarnya pula kita umat manusia ini bersaudara dan satu. Mungkin banyak yang akan membantah, bagaimana bisa?. Kalau ada yang berpendapat demikian, tolong jawab pertanyaan saya. Bisakah kita memilih untuk tidak menghirup udara yang dihembuskan orang lain? Udara yang dihembuskan orang lain pasti akan kita hisap dan akan menjadi bahan untuk bermetabolisme dalam darah. Tumbuh jadi daging, rambut, dan kulit. Demikian juga sebaliknya. Apapun agamanya, kita tidak akan mampu menghindarkan diri untuk tidak menghisap nafas yang mereka hembuskan. Dengan berbekal pada pemahaman ini tegakah kita menyakiti sesama. Dari sisi mana pembunuhan terhadap sesama manusia,sebagaimana yang telah dilakukan kelompok teroris dapat dibenarkan.
Hanya pikiran kita yang mampu mengkotak-kotakkan bahwa manusia satu dengan lainnya tidak berhubungan. Apabila kita sampai saat ini masih memikirkan demikian, berarti kita bertuhankan pada pikiran kita. Belum menuhankan Allah swt. Kita bersama bisa merubah lingkungan kita menjadi sorga, bila kita berani merobah paradigma berpikir bahwa kita umat manusia terpisahkan antara satu dengan lainnya. Islam bisa menjadi rahmat bagi sekalian alam bisa terwujud hanya dan hanya bila kita ber paradigma : Satu Bumi, Satu Langit dan Satu Umat Manusia. Itulah ajaran Pokok Islam, Rahmat Bagi sekalian alam.