September 18, 2014

Pengetahuan menjadikan seseorang sombong. Pengalaman menjadikan seseorang bijak..

Selalu saja kita mencari kesalahan setan untuk membenarkan kesalahan yang kita perbuat. Kita lupa bahwa ketika melaukan suatu kesalahan dapat dipastikan bahwa mata terbuka dan memandang sesuatu. Kemudian otak mulai berpikir. Wah enak juga kalau saya bisa mendapatkan barang itu??? Pikiran semacam ini kemudian berkembang. Dari mana dapat duit untuk mendapatkan barang itu?? Jika tidak punya duit, kita akan meminjam. Jika tidak ada yang dipinjami, kita akan mencuri. Demikian cara kerja pikiran.

Mari kita simak berita di media tentang peristiwa penipuan penjualan hape di Bandung…

Baru-baru ini kita mendengar akan adanya seorang wanita di Bandung bisa mendapatkan uang puluhan milyar dari memasang iklan berjualan telepon genggam. Mungkin anda menyalahkan si wanita karena melakukan penipuan. Tetapi bagi saya lain. Itulah kepintaran si wanita yang bisa mengibuli banyak orang.

Jadi sesungguhnya, mereka yang tertipu adalah orang lemah. Lemah karena kebodohannya sendiri. Akibat keserakahannya sendiri. Mengapa???

Si wanita memasang iklan menjual telepon genggam dan tablet dengan harga sanga miring. Si pembeli ingin mendapatkan banyak untung, oleh karenanya ia memesan barang dari si wanita. Yang parah lagi, bukankah sudah banyak kejadian seperti ini terjadi, mengapa masih saja keserakahan pikiran menguasainya??? Bukankah semua berawal dari melihat?  Tentu melihat dengan mata bukan??

Kemudian pikirannya bekerja, wah murah ini. Bisa untung besar jika dijual. Seandainya saja orang tidak serakah, dan ia menggunkana pikirannya, masak sih ada barang semurah ini??? Pasti ada sesuatu yang tidak benar. Pikiran yang jernih seperti ini tidak muncul jika pikirannya terkuasai oleh keserakahan.

Keserakah muncul dari tindakan reaktif. Pikiran yang jernih terjadi pikirannya telah bersifat responsif. Dalam diri manusia ada bagian atau fakultas yang bisa memilah dan memilih. Dalam kitab suci Veda, ini yang disebut ‘VIVEKA’. Atau intelegensia. Kecerdasan ilahi.

Beda dengan intelektual. Intelektual di dasari cara berpikir hewan. Reaktif. Hanya berpikir untung dan rugi bagi diri sendiri. Sedangkan pola pikir intelegensia memiliki dasar cara berpikir untuk kepentingan orang banyak. Intelektual selalu memikirkan untuk golongan, kelompok dan diri sendiri. Inilah pola pikir hewaniah. Tidak ada yang salah. Karena memang dalam tempurung kepala kita masih ada bagian otak yang berasal dari hewan, yaitu limbik.

Sedangkan bagian otak yang tidak dimiliki oleh hewan mamalia disebut ‘neo-cortex’. Otak baru inilah yang menjadikan seseorang memiliki kebijakan dalam bertindak. Tindakan mana saja yang tidak menjadikan orang lain rugi. Dalam hal contoh kasus di Bandung, ke dua pihak: pihak penjual dan pembeli menggunakan bagian otak hewan, limbik. Bukan ‘neo-cortex’.

Banyak sudah pesan nabi dan para suci agar menggunakan ‘viveka’ Namun karena perilaku yang ingin mendapatkan kenayaman badan, kita cenderung mengabaikan…

Marilah kita banyak membaca dan berupaya melakoni sehingga bkan lagi sebagai pengetahuan pinjaman. Pengetahuan menjadikan manusia sombong. Pengalaman menjadikan manusia semakin bijak…

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone