October 16, 2014

Mengenal Meditasi, Perkawinan Bagian 7: Perjalanan dari Aku menjadi Kita, dari Pasangan Hidup menjadi Sahabat dalam Tugas Suci

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Foto Bersama teman-teman AKC Joglosemar di Sragen

“Apakah Latihan-Latihan Di Ashram Bertentangan Dengan Agama Saya ? Tidak. Bahkan Anda sama sekali tidak perlu meninggalkan agama Anda, yang diperlukan dalam latihan ini adalah keterbukaan Anda, jiwa apresiatif Anda, kesadaran Anda bahwa agama adalah sarana bagi penemuan kembali jati diri. Mereka yang masih berwawasan sempit, yang masih berpikiran picik, yang masih belum bisa menerima bahwa setiap agama bersumber dari Allah Yang Satu Ada-Nya – mereka yang mengkotak-kotakkan umat manusia. berdasarkan suku, ras, agama dan lain sebagainya – belum saatnya menjadi peserta program-program lanjutan di Ashram. Karena program-program lanjutan ini dimaksudkan bagi mereka yang berjiwa besar. Setidaknya cukup besar, sehingga dapat mencintai Muhammad sebagaimana ia mencintai Isa dan Buddha dan Krishna dan Lao Tze dan Zarathustra, dan lain-lain.” Sumber  http://www.anandashram.or.id/f-a-q

 

Mulai Latihan Meditasi

Pada bulan Februari 2004, Anand Krishna Center Semarang mulai mengadakan Latihan Meditasi di Kantor Gapensi Jawa Tengah, di Jalan Puri Anjasmoro yang berjarak 100 m dari rumah kami. Sekitar bulan April 2004 saya diajak istri datang ke Gapensi karena dia ingin kami berdua ikut latihan meditasi. Ada tetangga kami, teman arisan istri yang mengajak istri ikut latihan meditasi. Dan, saya setuju sehingga kami berdua bersama teman-teman yang lain melakukan latihan bersama dengan fasilitator  dr. Djoko Pramono. Tetangga kami yang mengajak kami berdua, beberapa minggu kemudian sudah tidak ikut latihan lagi, tetapi saya ikut latihan terus sampai kini.

Pada saat saya menginjak usia 50 tahun tersebut, saya baru mulai latihan meditasi Manajemen Stress. Ada sensasi kelegaan yang kami berdua rasakan. Herannya, setelah mulai latihan meditasi, membaca kembali buku Pak Anand Krishna menjadi lebih jelas.

Dan mulai saat itu seluruh buku karya Pak Anand kami beli bukan hanya satu set tetapi 2 set, satu set untuk perpustakaan keluarga. Latihan pertama yang kami berdua ikuti adalah Voice Culturing, dan sepulang dari latihan kami merasa lega.

Kesempatan berikutnya adalah pada bulan oktober 2004 kami berdua berkesempatan mengikuti Program Khusus Seni Memberdaya Diri 2 dan Reiki  1st degree di Semarang. Kami bersama seluruh teman Anand Krishna Centre dibawah pimpinan Pak Djoko, Ma Jaya dan Mas Erwin Thomas mempersiapkan acara program khusus dan juga acara bedah buku Penggal Kepalamu dan Serahkan pada Sang Murshid di Universitas Diponegoro. Berhadapan langsung dengan Bapak Anand Krishna, Ma Archana, Ma Gyan dan Mbak Wayan, meningkatkan pemahaman kami berdua tentang spiritual.

 

Buku-Meditasi-untuk-Manajemen-Stres-1024x675

Cover Buku Meditasi dan Neo Zen Reiki

Dituntun Keberadaan

“Pikiran dan perasaan yang sempit adalah hasil, atau akibat, dari pendidikan dan pergaulan yang salah, keliru, dan memang menyempitkan. Salah satu tujuan awal setiap kepercayaan umat manusia adalah untuk memperluas pandangannya. Kepercayaan menghapus batas-batas buatan manusia yang memisahkan satu bangsa dari bangsa lain, satu negara dari negara lain. Kepercayaan mengajak kita untuk berketuhanan, dimana Tuhan itu Tunggal, Satu ada-Nya. Konsep Tuhan sebagai Hyang Tunggal adalah untuk mempersatukan seluruh umat manusia. Belum bisa bersatu dengan makhluk-makhluk di planet lain, di alam lain sekitar kita, atau dengan bentuk-bentuk kehidupan yang lain, setidaknya kita bersatu dengan sesama manusia itulah tujuan awal setiap kepercayaan. Manusia justru terkotakkan dalam kotak-kotak kepercayaan yang sesungguhnya hanyalah beda penampilan. Esensinya – saripatinya satu dan sama.”  (Krishna, Anand. (2012). Cinta yang Mencerahkan Gayatri Sadhana Laku Spiritual bagi Orang Modern. Azka)

 

Kelihatannya memang kami berdua dituntun Keberadaan untuk sering bepergian yang ternyata merupakan perjalanan spiritual kami untuk menghormati semua agama. Ayah saya pernah ikut perkumpulan Theosofi, sedang ibu saya senang tirakat dan berdoa setiap malam. Kedua orang tua saya juga amat bahagia dalam kehidupan dihari tuanya dan akhirnya mereka melakukan shalat. Bacaan mereka mungkin nggak sempurna lafalnya, tetapi hati mereka tertuju kepada Gusti Allah.

Ayah isteri saya adalah orang paling jujur yang pernah saya temui, dan ucapan, kata-katanya selalu benar. Beliau selalu berdoa tiap jam 12 malam, tapi jarang saya lihat shalat. Anehnya beliau kesayangan orang-orang spiritual seperti Eyang Nyopit. Bahkan Eyang Kyai Siradj (yang sering dianggap wali) sering mengajak santrinya shalat di rumah Bapak Mertua. Ibu mertua saya kalau berdoa setiap jam 3 malam. Petuah-petuah eyang Kyai Siradj amat mempengaruhi kehidupan keluarga mertua saya. Dengan kondisi spiritual demikianlah istri saya dibesarkan. Dan istri saya yakin setelah ketemu suami sejati, dia akan ketemu guru sejati.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Foto bersama teman-teman AKC Joglosemar di Sragen

.

Program 9 Malam Menuju Tauhid

“Sering kali, seorang duta besar tidak akan turun tangan sendiri untuk memberi informasi tentang negerinya. Dia akan menggunakan media cetak dan media elektronik untuk menyampaikan berbagai informasi. Lalu berkat informasi yang disampaikan duta besar itu, anda tertarik untuk mengunjungi negerinya. Langsung membeli tiket dan jalan sendiri. Tampaknya , anda tidak menggunakan jasa kedutaan. Apabila kalau negeri itu tidak mengharuskan anda memiliki visa. Tetapi, sesungguhnya ketertarikan anda terhadap negeri itu sudah membuktikan adanya ‘tangan’ sang duta besar yang sedang bekerja dibalik layar jadi kalau anda berjalan sendiri dan sampai ditujuan dengan selamat, itupun berkat bantuan para pir. Demikin menurut Rumi.” (Krishna, Anand. (2000). Masnawi Buku Kesatu, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)

Ketika ditawari untuk ikut acara Program Khusus Sufi Intensif di One Earth Ciawi pada bulan November 2004, saya dengan istri langsung bersedia. Saya jarang menangis, tetapi di One Earth Ciawi saya gampang menangis, dan saya begitu terharu melihat anak-anak muda bersahabat erat walau mereka menganut agama yang berbeda.

Baru setelah lama masuk Anand Ashram dan merenung, saya merasa bahwa bukanlah suatu kebetulan saya dan istri diundang mengikuti Program yang bernama “Sembilan Malam Menuju Tauhid”. Ada tangan-tangan yang tidak nampak mengajak kami berdua, dan kami berdua menerima ajakan tersebut.

Latihan-latihan pertama kali terasa aneh, tetapi bagi saya ada benang merah persamaannya. Di antaranya menurut saya yang masih awam, pada saat latihan pikiran tidak punya banyak kesempatan bekerja, karena ingat napas, napas cepat, atau menari berputar. Bagaimana mau berpikir kalau mau jatuh keseimbangan kita karena berputar. Hanya musik dan afirmasi yang dapat masuk ingatan. Dan apapun latihannya setelah itu ada rasa kelegaan. Ditempat inilah saya juga mulai belajar menggoyang kepala pada saat bhajan.

Setiap pagi kami bangun pagi antre mandi di asrama sebelah kompleks Oneearth. Pukul 6 sudah mulai latihan cleansing di Aula As-Salam. Dilanjutkan mandi, sarapan dan mendengarkan penjelasan Bapak Anand Krishna tentang Hadist Qudsyi, yang membuka cakrawala kita. Banyak hadist yang mengapresiasi agama lain. Siang hari Working meditation, Meditasi Therfa dan Whirling yang dilakukan sampai sore hari. Di luar acara tersebut ada acara pemutaran film, dan program-program yang lain seperti Program Tarot oleh Ma Archana. Malam hari kita mendengarkan masukan dari berbagai tokoh agama. Acara berakhir pada pukul 21.30 malam, selama 9 hari penuh.

Saya ingat sebelum saya memperoleh beasiswa tugas belajar ke Canada, ada dua orang profesor Canada yang datang memberikan program tentang Project Economics dan Water Resources Development. Lima puluh calon peserta diberi pelatihan dan dan di akhir program diberikan test. Sepuluh orang terbaik berhak memperoleh beasiswa. Setelah lolos, saya dan teman-teman dilatih berbahasa Inggris di British Council, kemudian diberi pelajaran oleh wakil Duta Besar Canada tentang masyarakat Canada. Ada sebuah persiapan agar kita dapat sukses menempuh pendidikan di Canada.

Apakah Duta Besar juga memberikan pelatihan-pelatihan bila kita ingin pergi menuju Kerajaan-Nya? Apakah kita juga akan ditest matapelajaran yang telah diberikan kepada kita? Apakah kita diberitahu tata-cara, adab Kerajaan-Nya? Wallahu alam. Yang jelas kami pernah mendengar, bahwa bila seseorang yakin dan mau berdiri untuk meningkatkan kesadaran, maka akan ada kekuatan yang mendorongnya maju ke depan. Kata-kata itulah yang dipegang oleh istri saya, yang disampaikan kepada anak-anak. Yakin, dan walaupun tidak bisa berbahasa Inggris, pengetahuan juga kurang, nyatanya bisa bepergian ke beberapa negara di luar negeri, dan bahkan bisa melakukan ziarahke makam Nabi Muhammad di Madinah, Nabi Isha di Kashmir, Ziarah Buddha di India-Nepal, Mahatma Gandhi di India, JF Kennedy di USA, dan Soekarno di Blitar.

Suatu pengalaman yang luar biasa bertemu teman-teman berlatar belakang agama dan pekerjaan berbeda yang datang dari berbagai kota seperti: Bali, Jogja, Semarang, Surabaya, Lampung, Pontianak, Medan dan sebagainya. Kami mulai memahami, banyak jalan yang berbeda-beda dengan tujuan Satu.

Para pembicara program saat itu adalah: Bapak Nasarudin Umar yang berbicara tentang Islam; Bapak Frans Magnis Suseno berbicara tentang Katholik; Bapak Natan Setiabudi berbicara tentang Kristen Protestan; Bapak Jo Priastanaa berbicara tentang Buddha; Bapak Adi Suripto berbicara tentang Hindu; Bapak Chandra Setiawan berbicara tentang Khonghucu, dan Mr. Sharma yang sharing lagu-lahu pujian dari Sikh, Gurubani. Kebetulan hari pertama adalah hari Devali, sehingga kita melakukan perayaan pencerahan tersebut. Pada tanggal 15 November 2004, kita merayakan hari raya Idul Fitri dengan sharing dari teman-teman. Kita juga diajak pergi ke beberapa tempat ibadah pada hari Minggu. Akan tetapi karena macet, kita hanya sempat ke Hare Krishna Temple di Cisarua. Pada kesempatan program lainnya, kami sempat datang ke Masjid, Gereja, dan Kuil Su Khong di daerah Puncak.

Esensi dari masing-masing agama pada Program 9 Malam Menuju Tauhid yang dibuat oleh teman-teman Anand Ahram, rencananya akan kami tulis dalam artikel tersendiri.

 

Belajar memahami pentingnya Guru

Pada saat ini kalau disuruh tutup mata pada latihan meditasi kami selalu patuh, akan tetapi pada saat pertama kali di One Earth saya sering tidak patuh, karena sering saya perhatikan wajah Bapak Anand Krishna. Pulang dari One Earth kami berdua merasakan perubahan menyolok. Kami lebih tenang, mulai belajar merayakan hidup. Istri kami juga jauh lebih sehat, padahal istri saya mempunyai bawaan Thalasemia Minor. Pada waktu kami membaca ‘Soul Quest ‘dalam bahasa Indonesia, kami tahu betul tempat tinggal Bapak Anand Krishna sewaktu di Solo. Kami berdua juga berasal dari Solo. Kami yakin yang beliau ceritakan tentang Bu Sri adalah Eyang Srini, sesepuh spiritual yang sering memberikan lambang-lambang ketika orang yang kesusahan datang mohon petunjuk. Ibu saya dan Ibu istri saya termasuk beberapa orang yang sering mohon petunjuk kepada beliau.

Sebagian besar orang mengatakan bahwa mereka mempunyai hati nurani, dan mereka merasa bisa berkonsultasi dan mendengarkan suara hati nurani, guru yang sudah built in di dalam diri. Alam yang serba terbatas ini hanyalah proyeksi dari “Sang Aku”, proyeksi dari Ia yang meliputi Segalanya. Oleh karena itu Guru yang berada di dalam diri dan Guru yang ada di luar diri adalah proyeksi “Sang Aku” yang berkenan memandu kita. Ada beberapa orang yang berkata: kita dapat mengetahui bajik dan jahat, benar dan salah, asli dan palsu, dengan berkonsultasi hati nurani kita. Mereka bilang tidak membutuhkan guru di luar diri.

Bagaimana pun, menurut pendapat pribadi kami, harus diingat bahwa hati nurani tidak akan membantu perbaikan pemahaman kecuali hati nurani tersebut telah mencapai tingkat pemurnian yang tinggi. Tingkat kesadaran kita akan mempengaruhi “suara hati nurani” kita. Mind kita yang belum jernih akan mempengaruhi “suara hati nurani”. Hati nurani memang tempat Gusti bersemayam, tetapi suara yang terdengar oleh kita akan dipengaruhi oleh “semrawut”-nya mind kita. “Hati nurani yang belum murni” tidak dapat memberikan saran yang tepat. Seseorang yang masih belum dapat mengendalikan insting hewani sulit mendengarkan suara hati nurani yang membawanya kepada kesadaran. Keyakinan intelektual sangat dipengaruhi oleh pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Intelektualitas, dalam banyak kasus hanya sebagai alat hanya bagi naluri dan keinginan terpendam. Kesadaran seseorang berbicara sesuai dengan  kecenderungan, pendidikan, kebiasaan, nafsu dan masyarakat lingkungannya.

Kami sangat terkesan saat membaca buku (Krishna, Anand. (2003). Atisha, Melampaui Meditasi untuk Hidup Meditatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama) dan kami mulai mengumpulkan quotation, kata-kata mutiara dari Buku Bapak Anand Krishna. Bila kebiasaan kebanyakan orang adalah memberi tanda stabilo kuning pada kalimat-kalimat penting, maka kalimat-kalimat penting tersebut kami tulis dan kami arsipkan untuk referensi. Semoga kalimat-kalimat tersebut yang merupakan benih-benih pikiran Bapak Anand Krishna bisa tumbuh kembang di dalam diri. Quotation yang saya kutip pada setiap Note saya ambil dari “semacam ensiklopedia” yang saya kumpulkan dari buku-buku Bapak Anand Krishna.

“Perjalanan panjang menuju sumber memang penuh tantangan, kebuasan nafsu, keliaran panca indera, keterikatan pikiran, ketidakseimbangan rasa, semuanya itu sangat mengganggu. Maka, pikiran manusia memang mesti dialihkan dari segala sesuatu yang tidak menunjang evolusinya, kepada sesuatu yang menunjangnya. Untuk itu, kita membutuhkan seorang pemandu, seorang yang tahu persis tentang tantangan-tantangan dalam perjalanan. Guru adalah pemandu itu. Alangkah beruntungnya mereka yang memperoleh seorang guru! Apa yang mesti dipikirkan lagi? Apa yang mesti diragukan? Hendaknya mereka tidak bimbang, dan berserah diri kepadanya. Mengikuti petunjuknya, menuruti nasihatnya. Hendaknya mereka tidak bermalas-malasan. Mereka harus menggunakan seluruh tenaga untuk melanjutkan perjalanan bersama Sang Guru. Sungguh sangat beruntungnya mereka sehingga bertemu dengan Ia yang telah tercerahkan, terjaga, dan mengetahui setiap kelemahan dan kekurangan mereka, sehingga dapat menunjukkannya kepada mereka. Selanjutnya, tentu mereka sendiri yang mesti memperbaikinya.” (Das, Sai. (2010). Shri Sai Satcharita. Anand Krishna Global Co-Operation Indonesia)

 

Blog terkait:

http://triwidodo.wordpress.com/

http://kisahspiritualtaklekangzaman.wordpress.com/

http://www.oneearthmedia.net/

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone